Proximate Analysis, Antioxidant Activity, and Pigmen Composition of Ulva Lactuca L. From Kukup Beach
Proximate Analysis, Antioxidant Activity, and Pigmen Composition of Ulva Lactuca L. From Kukup Beach
Proximate Analysis, Antioxidant Activity, and Pigmen Composition of Ulva Lactuca L. From Kukup Beach
* Penulis korespondensi
Email: [email protected]
ABSTRACT
Seaweed has been widely consumed in Asia include Indonesia, especially coastal community. Seaweed
has nutrients and non-nutrients compound that benefit health. Unfortunatelly, information about the
potential of edible seaweed is limited. The objective of this study is to analyze the total nutrient levels
(proximate), antioxidant activity, and pigment composition of Ulva lactuca L. that grow abundantly in
Pantai Kukup, Gunung Kidul regency, Central Java. Ulva lactuca L. had 11.53% of water content, 2.94%
of ash content, 5.17% of fat, 17.43% of protein, and 62.93% of carbohydrate. Antioxidant test by using
DPPH found that inhibition concentration (IC50) of Ulva lactuca L. was 88890.55 ppm. Ulva lactuca L.
contain chlorophyll a, b, and c, neoxanthin, anteraxanthin, dinoxanthin, flavoxanthin, micronone, and
vaucheriaxanthin and other unidentified pigments. Ulva lactuca L. has high carbohydrate and protein with
low lipid, which is potential as functional food material. Moreover, Ulva lactuca L. showed antioxidant
activity, which is prospective in health, pharmaceutical, cosmetic.
ABSTRAK
Rumput laut telah banyak dikonsumsi di Asia termasuk Indonesia khususnya masyarakat pesisir. Rumput
laut kaya akan zat gizi dan non gizi yang bermanfaat untuk menunjang kesehatan tubuh. Akan tetapi,
informasi mengenai potensi rumput laut yang biasa dimakan masih terbatas. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui kadar nutrisi total (proksimat), aktivitas antioksidan, dan komposisi pigmen rumput laut
hijau Ulva lactuca L. yang tumbuh di perairan pantai Kukup, kabupaten Gunung Kidul, Jawa Tengah dan
dikonsumsi oleh masyarakat di sekitar pantai. Ulva lactuca L. memiliki kadar air 11,53%, kadar abu
2,94%, lemak 5,17,% protein 17,43%, dan karbohidrat 62,93%. Uji aktivitas antioksidan dengan DPPH
menunjukkan konsentrasi penghambatan 50% (IC50) Ulva lactuca L. yaitu 88890.55 ppm. Ulva lactuca L.
mengandung pigmen korofil a, b, dan c, neoxantin, anteraxantin, dinoxantin, flavoxantin, micronone, dan
vaucheriaxantin dan pigmen lain yang belum teridentifikasi. Ulva lactuca L. memiliki kadar karbohidrat
dan protein yang cukup tinggi tetapi rendah lemak sehingga berpotensi sebagai bahan baku makanan
fungsional. Aktivitas antioksidan pada Ulva lactuca L. prospektif untuk dikembangkan dalam bidang
kesehatan, farmasi, dan kosmetik.
1
Junet Franzisca da Costa et al., 2018.
2
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 17 (1): 1-17, 2018.
Karotenoid, pigmen alami berwarna kuning kandungan nutrisi Ulva lactuca L. segar
hingga orange, yang terdapat di rumput laut maupun yang sudah diproses dari wilayah
merupakan antioksidan yang potensial ini belum diteliti. Oleh karena itu, penelitian
(Wijesekara et al., 2012; Miyashita et al. ini bertujuan untuk mengetahui kadar total
2012). Karotenoid adalah pigmen karbohidrat, protein, lemak, abu, dan air
fotosintesis yang secara in vivo membantu pada Ulva lactuca L. serta potensi
klorofil memanen cahaya matahari tetapi antioksidan ekstrak kasar dan kandungan
sekaligus juga berperan untuk melindungi pigmen sebagai informasi dasar bagi
klorofil dari intensitas cahaya berlebih yang pemanfaatan Ulva lactuca L. secara optimal
merusak dengan cara memadamkan dalam bidang industri makanan maupun
oksigen singlet dan memerangkap radikal farmasi.
bebas (Gross, 1991; Wang et al., 2004).
Peran karotenoid sebagai pelindung klorofil BAHAN DAN METODE
juga terjadi secara in vitro (da Costa et
al.,2007). Baweja et al. (2016) dan Sampel dan Presparasi Sampel
Miyashita et al. (2012) menyatakan bahwa Sampel yang digunakan dalam
karakteristik untuk memadamkan dan penelitian ini adalah rumput laut yang biasa
memburu radikal bebas merupakan dasar dikonsumsi oleh masyarakat di pesisir
pemanfaatan karotenoid sebagai selatan Pulau Jawa, Gunung Kidul.
antioksidan untuk mencegah berbagai Pengambilan sampel rumput laut dilakukan
penyakit kardiovaskular, kanker, dan pada saat air laut surut. Sampel rumput laut
penyakit-penyakit kronis lainnya. Selain yang diperoleh dicuci dengan air laut untuk
sebagai antioksidan, karotenoid rumput laut menghilangkan kotoran dan epifit yang
seperti α-karoten, β-karoten, dan β- menempel. Sampel dikemas dalam plastik
kriptoxantin merupakan provitamin A. hitam (polybag) dan disimpan dalam cool
Ulva lactuca L. merupakan salah satu jenis box yang telah diisi es batu. Selanjutnya
rumput laut hijau yang memiliki wilayah sampel disimpan di dalam freezer sampai
sebaran yang sangat luas di dunia, yakni di analisis selanjutnya dilakukan.
benua Eropa, Amerika, maupun Asia, Sampel rumput laut diidentifikasi di
termasuk Indonesia (Algabase). Ulva Laboratorium Sistematika Tumbuhan
lactuca L. disebut juga sebagai sea lettuce Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada,
karena talusnya yang lebar seperti bentuk Jogjakarta.
daun,dengan panjang antara 30 – 50 cm
(ada yang mencapai 100cm). Masyarakat Analisis Kadar Abu dan Kadar Air
pesisir pantai Selatan Jawa, khususnya Analisis kadar abu (total mineral)
wilayah Gunung Kidul selama ini telah dan kadar air dilakukan secara
memanfaatkan Ulva lactuca L. sebagai termogravimetri dengan mengacu metode
bahan pangan. Kondisi perairan yang Sudarmadji et al. (1984). Sampel sebanyak
terhubung dengan Samudera Hindia, 2 gram dimasukkan ke dalam cawan
dengan arus yang tidak begitu kuat serta porselen yang sudah diketahui bobotnya.
substrat berupa rataan terumbu karang, Sampel untuk analisis kadar abu (2 gram),
mendukung pertumbuhan Ulva lactuca L. diarangkan di atas bunsen dengan nyala api
sehingga tumbuh melimpah di Pantai kecil sampai berasap. Selanjutnya
Kukup. Pantai Kukup adalah daerah dimasukkan ke dalam tanur pada suhu
destinasi wisata, sehingga disamping 550°C sampai menjadi abu yang berwarna
mengkonsumsi langsung sebagai sayuran, putih, sedangkan sampel untuk analisis
masyarakat di sekitar pantai Kukup juga kadar air (2 gram) langsung dimasukkan ke
membuat kerupuk dari Ulva lactuca L. dan dalam oven dengan suhu 105oC selama
dijual sebagai oleh-oleh. Akan tetapi, kurang lebih 3 jam. Cawan dari oven dan
tanur didinginkan dalam desikator dan
3
Junet Franzisca da Costa et al., 2018.
4
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 17 (1): 1-17, 2018.
konsentrasi sampel untuk mengurangi dimonitor pada panjang gelombang 430 nm.
konsentrasi DPPH sebanyak 50%. Persen Kromatogram setiap puncak dianalisis
penghambatan dihitung dengan rumus : menggunakan acuan pustaka yang
menggunakan sampel dan metode yang
𝐴𝑏𝑠.𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝐴𝑏𝑠.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
% penghambat = 𝑥 100 % sama.
𝐴𝑏𝑠.𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜
5
Junet Franzisca da Costa et al., 2018.
Dibandingkan dengan jenis lain dari yang disimpulkan dari hasil penelitian-
sesama genus Ulva, kadar karbohidrat total penelitian sebelumnya.
Ulva lactuca L. dalam penelitian ini lebih Kadar protein Ulva lactuca L. yang
tinggi dari Ulva fasciata yang dilaporkan dari ditemukan dalam penelitian ini (17,43%)
pantai bagian Tenggara India dan Mesir hampir sama dengan beberapa penelitian
berturut-turut 19,68% (Manivannanet al. sebelumnya seperti yang dilaporkan oleh
2009) dan 23,7% (Ismail, 2017), akan tetapi Khairy and El-Shafay (2013), Abdel-Khaliq
masih lebih rendah dari Ulva fasciata yang et al. (2014), dan Rohani-Ghadikolalei et al.
dilaporkan oleh Rameshkumar et al. (2012) (2012) berturut-turut 17,88%, 17,60%, dan
yakni 70,1%. Ulva reticulata dan Ulva rigida 17,10%. Akan tetapi ada beberapa hasil
juga memiliki kandungan karbohidrat total penelitian sebelumnya yang memiliki kadar
lebih rendah dari Ulva lactuca L. dalam protein total lebih rendah dari rentang kadar
penelitian yakni berturut-turut 55,77% protein total Ulva lactuca L. yang
(Ratana-Arporn and Chirapart, 2006) dan dikemukakan seperti pada hasil temuan
16, 74% (Frikha et al., 2011). Rasyid et al. (2017) sebesar 13,60%, Krisye
Total protein Ulva lactuca L. dalam et al. (2014) sebesar 5,30%, dan Santi et
penelitian ini sebesar 17,43% berat kering. al., (2012) sebesar 2,85%. Ortiz et al.
Baweja et al., (2016) menyatakan bahwa (2006) mengemukakan hasil kadar protein
total protein rumput laut hijau dan merah total Ulva lactuca L. sebesar 27,20%,
berkisar antar 10 – 48% berat kering dan dimana angka ini lebih tinggi dari rentang
khusus Ulva Lactuca L. berkisar antara 10 – yang dikemukakan.
26% (Nisizawa et al., 1987; Fleurence, Lemak total Ulva lactuca L. dalam
1999; Fleurence et al., 2012). Dengan penelitian ini sebesar 5,17% berat kering.
demikian kadar protein total Ulva lactuca L. Dibandingkan dengan lemak total dari pada
dalam penelitian ini masuk dalam rentang penelitian-penelitian sebelumnya maka
6
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 17 (1): 1-17, 2018.
kadar lemak total Ulva lactuca L. dalam sangat mempengaruhi kandungan nutrisi
penelitian ini lebih tinggi dari yang Ulva lactuca L. Kandungan nutrisi dapat
dilaporkan oleh Rohani-Ghadikolaei et al. bervariasi menurut kondisi lingkungan pada
(2012) (3,60%), Khairy and El-Shafay habitat Ulva lactuca L. (Santi et al., 2012;
(2013) (3,57%), Krisye et al. (2014) Krisye et al., 2014; dan Rasyid et al., 2017).
(2,90%), Santi et al. (2012) (2,24%), dan Analisis proksimat pada rumput laut yang
Abdel-Khaliq et al. (2014) (0,70%), tetapi tumbuh di perairan pada benua Eropa
lebih rendah dari yang dilaporkan oleh (Polat and Ozogul, 2013, Amerika (Ortiz et
Yaich et al. (2011) (7,78%). al., 2006; Ryther et al., 1985) serta Asia
Lemak total rumput laut sangat (Khairy and El-Shafay, 2013; Rohani-
rendah. Khairy and El-Shafay (2013) Ghadikolalei et al., 2012) dapat
melaporkan kadar lemak total beberapa menunjukkan hasil yang berbeda. Selain
rumput laut coklat, merah, dan hijau kurang perbedaan tempat dan pengaruh musim
dari 4% berdasarkan berat kering. Akan (Khairy and El-Shafay, 2013; Polat and
tetapi jika dibandingkan dengan tumbuhan Ozogul, 2013; Rohani-Ghadikolalei et al.
darat, kandungan polyunsaturated fat 2012; Ryther et al. 1985; Fleurence, 1999),
(PUFA) pada rumput laut lebih tinggi, yang kedalaman turut mempengaruhi kandungan
dapat berperan sebagai antioksidan yang dan komposisi nutrisi Ulva lactuca L. (Dere
kuat untuk mencegah penyakit-penyakit et al., 2003). Umur talus juga berpengaruh
kardiovaskular, osteoarthritis, dan diabetes terhadap kandungan komposisi kimia Ulva
(Mendis and Kim, 2011). Undaria dan Ulva lactuca L. yang ditemukan pada penelitian
merupakan genus rumput laut yang kaya ini dimana sampel yang digunakan masih
akan asam lemak stearidonic (omega 3) muda dilihat dari ukuran talus kurang dari
dan hexadecatrienoic (omega 6) (Baweja et 10 cm dan warna talus masih hijau terang.
al., 2016).
Kadar abu merupakan kandungan Uji Aktivitas Antioksidan
total mineral yang dikandung oleh suatu Uji aktivitas antioksidan ekstrak Ulva
bahan. Kadar abu Ulva lactuca L. dalam lactuca L. dalam penelitian ini
penelitian ini sebesar 2.94% berdasarkan menggunakan 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl
berat basah yang mana lebih rendah (DPPH) sebagai sumber radikal bebas.
dibandingkan dengan kadar abu beberapa DPPH banyak dipilih karena radikal bebas
penelitian sebelumnya yang berkisar antara ini tergolong stabil (Molyneux, 2004). Ulva
11 – 18 % (Rasyid et al., 2017; Turan et al., lactuca L. dilarutkan dalam methanol
2015; Krisye et al., 2014; Rohani- (ekstrak methanol) sehingga diharapkan
Ghadikolalei et al., 2012; Yaich et al., 2011), hanya senyawa yang larut dalam methanol
bahkan Nisizawa et al. (1987) melaporkan misalnya pigmen (klorofil dan karotenoid)
kadar abu Ulva lactuca L. sebesar 22.6%. dan asam lemak bisa larut, jadi tidak semua
Kadar air Ulva lactuca L. dalam komponen seluler sel akan terlarut (Marxen
penelitian ini (11,53%) ditemukan lebih et al., 2007).
rendah dari yang dilaporkan oleh Rasyid et Sebagai radikal bebas, DPPH
al. (2017) (16,90%), Turan et al. (2015) membutuhkan donor atom hidrogen untuk
(30,89%), dan Krisye et al. (2014) (16,70%), membuatnya stabil. Penelitian ini akan
namun masih lebih tinggi dari temuan menguji kemampuan Ulva lactuca L. untuk
Abdel-Khaliq et al. (2014) (8.50%) dan mendonorkan atom hidrogen kepada DPPH
Rohani-Ghadikolalei et al. (2012). dan meredam aktivitas DPPH. Absorbansi
Variasi kandungan karbohidrat, maksimum DPPH pada panjang gelombang
protein, lemak, abu, dan air Ulva lactuca L. 517 nm (Blois, 1958; Molyneux, 2004).
sangat tergantung dari lingkungan dimana Berkurangnya absorbansi DPPH yang
rumput laut ini ditemukan. Letak geografis dimonitor pada panjang gelombang 517 nm
7
Junet Franzisca da Costa et al., 2018.
12
Persentase Penghambatan (%)
10
6
y = 0.00053x + 2.88801
R² = 0.97220
4
0
0 5000 10000 15000 20000
Konsentrasi Ulva lactuca L. (ppm)
8
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 17 (1): 1-17, 2018.
1800
1600 11
1200
1000
800
600
400 5 6 28
21 31
1718 20 22 29
200 7 13 24 27
1 32
19 23 30
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu Tambat (menit)
Gambar 3. Kromatogram KCKT ekstrak kasar Ulva lactuca L. yang dideteksi pada panjang gelombang
430 nm. Serapan maksimum setiap puncak yang diberi nomor merupakan pigmen-pigmen
yang teridentifikasi pada Tabel 3.
9
Junet Franzisca da Costa et al., 2018.
Tabel 3. Komposisi Pigmen Ulva lactuca L. yang Dideteksi Pada Panjang Gelombang 430 nm
Puncak tR' tR Eluent (nm) Pigmen Acuan Pustaka
0 2.772
1 1.879 4.651 416, 656 golongan klorofil Hegazi et al., 1998; Limantara &
Heriyanto, 2010,
2 2.103 4.875 397, 423, 613, 669 Klorofilid a Britton, 1995, Hegazi et al., 1998;
Limantara & Heriyanto, 2010
3 2.444 5.216 416, 439, 466, golongan xantofil dan Britton, 1995
613, 666 klorofilid a
4 2.796 5.568 402, 427, 445, golongan xantofil dan Britton, 1995
472, 662 klorofil
5 3.041 5.813 413, 436, 464 Neoxantin Britton, 1995
6 3.415 6.187 416, 440, 470 Dinoxantin Britton, 1995, Jeffrey et al. 1997
7 4.3 7.072 402, 423, 449 Flavoxantin Britton, 1995, Hegazi et al., 1998;
Limantara & Heriyanto, 2010
8 4.908 7.68 421, 441, 468 Micronone Hegazi et al., 1998
9 5.377 8.149 412, 434, 463 9'cis-neoxantin Hegazi et al., 1998
10 5.911 8.683 412, 434, 461 9'cis-neoxantin - like Hegazi et al., 1998
11 7.052 9.824 422, 445, 473 Anteraxantin Britton, 1995; Jeffrey et al., 1997; Hegazi
et al., 1998; Limantara & Heriyanto,
2010; Heriyanto et al., 2017
12 8.172 10.944 463, 599, 646 Divinil klorofil b Jeffrey et al., 1997
13 9.207 11.979 430, 463, 577, golongan klorofil b Jeffrey et al., 1997
604, 656
14 9.985 12.757 464, 603, 653 golongan klorofil b Jeffrey et al., 1997
15 10.561 13.333 465, 653 golongan klorofil b Jeffrey et al., 1997
16 11.02 13.792 420, 441, 468 Vaucheriaxantin Britton, 1995, Jeffrey et al., 1997
17 11.553 14.325 418, 441, 463 Vaucheriaxantin-like Britton, 1995, Jeffrey et al., 1997
18 11.959 14.731 453, 582, 634 Chlorophyll c-like Jeffrey et al., 1997
19 15.607 18.379 440, 656 golongan klorofil b Jeffrey et al., 1997
20 18.529 21.301 465, 600, 650 klorofil b' Hegazi et al., 1998; Limantara &
Heriyanto, 2010
21 19.873 22.645 465, 599, 651 golongan klorofil b' Hegazi et al., 1998; Limantara &
Heriyanto, 2010
22 20.716 23.488 458, 546, 593, 642 Golongan klorofil b Jeffrey et al., 1997
23 22.455 25.227 458, 599, 652 golongan klorofil b Jeffrey et al., 1997
24 24.908 27.68 471, 603, 654 golongan klorofil b Jeffrey et al., 1997
25 26.636 29.408 413, 538, 665 Feofitin a Jeffrey et al., 1997
26 29.441 32.213 410, 463, 537, 664 golongan feofitin a Jeffrey et al., 1997
27 30.977 33.749 416, 506, 537, golongan feofitin a Jeffrey et al., 1997
570, 610, 656
28 35.681 38.453 430, 583, 614, 664 Klorofil a Jeffrey et al., 1997, Hegazi et al., 1998;
Limantara & Heriyanto, 2010, Heriyanto
et al., 2017
29 39.884 42.656 421, 573, 610, 657 golongan klorofil a Jeffrey et al., 1997, Limantara &
Heriyanto, 2010
30 41.559 44.331 412, 537, 573, golongan klorofil a Jeffrey et al., 1997, Limantara &
610, 663 Heriyanto, 2010
31 48.161 50.933 436, 672 golongan klorofil a Jeffrey et al., 1997, Limantara &
Heriyanto, 2010
32 52.332 55.104 413, 505, 537, golongan feofitin a Jeffrey et al., 1997, Limantara &
610, 664 Heriyanto, 2010
10
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 17 (1): 1-17, 2018.
Panjang gelombang 430 nm dipilih karena klorofilid a, feofitin a, dan juga bentuk
baik klorofil maupun karotenoid sama-sama epimer klorofil a dan b. Pigmen mirip klorofil
mengabsorbsi cahaya pada panjang c yang teridentifikasi pada tR 11,959 menit
gelombang ini. Klorofil memiliki serapan dengan serapan maksimum pada 453, 582,
maksimum pada panjang gelombang 410, dan 634 nm sepertinya bentuk klorofil c
430, 453, dan 642, dan 662 nm, sedangkan baru atau bahkan klorofil jenis baru yang
karotenoid memiliki serapan maksimum ditemukan tingkat kepolarannya lebih
pada 430 – 470 nm, 470 – 500 nm, dan 500 rendah dibandingkan kelompok karotenoid
– 530 nm (Gross, 1991). Identifikasi pigmen xantofil. Klorofil c biasanya terelusi terlebih
dilakukan dengan membandingkan waktu dahulu sebelum kelompok karotenoid
tambat yang dikenal dengan time retention xantofil pada KCKT fase terbalik (Hegazi et
(tR) dan pola spektra yang merupakan hasil al., 1998; Limantara & Heriyanto, 2010;
plot fungsi absorbansi (mAU) dan panjang Heriyanto et al., 2017).
gelombang (nm) pada waktu tambat dimana Selain klorofil, pigmen lain yang
terjadi serapan maksimum. Hasil identifikasi berhasil dipisahkan oleh KCKT adalah
pigmen setiap puncak ditampilkan pada kelompok karotenoid. Identifikasi jenis
Tabel 3. karoteind dalam penelitian ini tidak hanya
Waktu tambat (tR) sebenarnya didasarkan pada bentuk pola spektra dan
merupakan hasil pengurangan waktu panjang gelombang serapan maksimum,
tambat serapan maksimum pigmen (tR’) tetapi juga berdasarkan persentase rasio
dengan waktu tambat eluent (t0) (Pfander puncak III terhadap puncak II (% III:II) setiap
and Riesen, 1995; Hegazi et al.,1998). spektrum hasil plot absorbansi dan panjang
Waktu tambat eluent (t0) adalah waktu yang gelombang masing-masing puncak.
dibutuhkan oleh larutan fase gerak Pola spektrum karotenoid biasanya
(pengelusi) untuk melalui kolom (Pfander memiliki tiga puncak serapan maksimum
and Riesen, 1995) yakni puncak pertama yang disebut dengan fine structure.
kromatogram KCKT (Britton, 1995). Waktu Serapan maksimum yang membentuk tiga
tambat eluent (t0) pada penelitian ini adalah puncak terkait dengan jumlah ikatan
2.772 menit. rangkap pada struktur karotenoid, sehingga
KCKT memisahkan pigmen beberapa karotenoid dengan jumlah ikatan
berdasarkan kepolarannya. Pemisahan rangkap (kromofor) yang sama seperti β-
pigmen ekstrak kasar Ulva lactuca L. karoten, neoxantin, violaxantin, kriptoxantin,
menggunakan KCKT fase terbalik (Reverse- dan zeaxantin (9 ikatan rangkap), memiliki
phased HPLC) pada penelitian ini, sehingga pola spektrum yang sama (Gross, 1991;
pigmen yang keluar terlebih dulu adalah Britton, 1995; Jeffrey et al., 1997). Posisi
pigmen yang lebih polar (Gross, 1991). tiga puncak serapan maksimum karotenoid
Klorofil a dan b bersifat kurang polar, tetapi sangat dipengaruhi oleh bentuk struktur
klorofil c dan turunan klorofil a seperti molekul (kondisi cincin, gugus tertentu
klorofilid a bersifat polar sehingga dapat antara lain gugus karbonil) dan pelarut
dideteksi pada menit-menit awal (Gross, 1991), oleh sebab itu,ratio posisi
pemisahan, kemudian diikuti oleh kelompok tiga puncak serapan maksimum karotenoid
karotenoid xantofil yang lebih polar dapat membantu untuk membedakan jenis-
dibandingkan dengan kelompok karotenoid jenis karotenoid yang memiliki jumlah ikatan
karoten. rangkap yang sama (Britton, 1995; Jeffrey
Berdasarkan komposisi pigmen et al., 1997).
yang teridentifikasi pada Tabel 3, kelompok Persentase rasio III:II sangat
klorofil yang terdeteksi dari ekstrak kasar membantu dalam proses identifikasi
Ulva lactuca L. adalah klorofil a, b, c, dan karotenoid. Vaucheriaxantin (puncak 16
turunan kedua jenis klorofil tersebut seperti pada Gambar 3) memiliki serapan
11
Junet Franzisca da Costa et al., 2018.
12
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 17 (1): 1-17, 2018.
13
Junet Franzisca da Costa et al., 2018.
14
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 17 (1): 1-17, 2018.
15
Junet Franzisca da Costa et al., 2018.
16
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 17 (1): 1-17, 2018.
17