Lompat ke isi

Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
M. Iftitah Sulaiman Suryanagara
Menteri Transmigrasi ke-12
Mulai menjabat
21 Oktober 2024
PresidenPrabowo Subianto
Sebelum
Pendahulu
Abdul Halim Iskandar sebagai Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Indonesia
Pengganti
Petahana
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir10 Maret 1977 (umur 47)
Pandeglang, Indonesia
Partai politikDemokrat
AlmamaterAkademi Militer (1999)
Penghargaan sipilAdhi Makayasa - Tri Sakti Wiratama 1999
Karier militer
Pihak Indonesia
Dinas/cabang TNI Angkatan Darat
Masa dinas1999— 2019
Pangkat Letnan Kolonel
SatuanKavaleri
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara (lahir 10 Maret 1977) adalah seorang pengusaha, dan purnawirawan TNI AD. Kini ia menjabat sebagai Menteri Transmigrasi di Kabinet Merah Putih sejak 21 Oktober 2024. Ia lulusan terbaik Akademi Militer tahun 1999.

Reformasi TNI mengamanatkan militer untuk tidak terlibat dalam kegiatan politik dan bisnis. Untuk itu, sebagai konsekuensi dari aktivitasnya dalam dunia bisnis, politik negara dan usahanya mengembangkan jaringan internasional, Suryanagara memutuskan pensiun dini, setelah dinas 20 tahun di militer.

Pasca pensiun, Suryanagara mengakuisisi beberapa perusahaan investasi dan konsultan, yang ia gagas dan rintis bersama para mitra bisnisnya. Saat ini, ia mengembangkan berbagai perusahaan, yang bergerak dalam bidang investasi, energi dan usaha lainnya.

Selain pengusaha, Suryanagara juga adalah seorang penulis [1] dan pengajar di beberapa institusi pendidikan. Pengalamannya di bidang investasi, dilengkapi dengan pengetahuannya di bidang strategi dan geopolitik,[2] pertahanan dan intelijen, keamanan nasional dan regional [3], serta perdamaian internasional.[4][5]

Riwayat Hidup

[sunting | sunting sumber]

Karier Militer

[sunting | sunting sumber]

Suryanagara memulai karier sebagai Komandan Peleton di Yonkav 8-Tank/Kostrad hingga menjadi Perwira Seksi Operasi. Lalu, ia dipindahkan ke Aceh untuk membentuk satuan baru, Yonkav 11/Kodam Iskandar Muda.

Periode itu, ia lebih banyak bertugas di medan tempur, selama tiga tahun; Operasi Rencong pada tahun 2003 dan Operasi Pemulihan Keamanan tahun 2004.[6] Setelah Tsunami yang membawa berkah perdamaian di Aceh, penugasan beralih ke Operasi Bantuan Kemanusiaan pada tahun 2005.

Tahun 2006, Suryanagara terpilih sebagai penjaga perdamaian di Lebanon,[7] melalui Kontingen Garuda-XXIII A/UNIFIL. Ia juga terpilih menjadi perwakilan UNIFIL (bersama perwira India dan Polandia) sebagai pembawa bendera PBB dalam Hari Nasional Italia tahun 2007, di Roma Italia.[8]

Pulang dari Lebanon, Suryanagara ikut membidani dan membangun Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP TNI) di Sentul, Bogor. Tahun 2010, Mabes TNI menugaskan Suryanagara sebagai Instruktur Internasional pertama TNI,[9] di bidang Misi Pemeliharaan Perdamaian. Bersama instruktur dari Jerman dan Australia, ia melatih 35 perwira dari 11 negara, di New Castle, Australia.

Saat mengembangkan PMPP TNI, Suryanagara juga ditugaskan sebagai staf pimpinan di Mabes TNI. Baik sebagai Staf Pribadi Kasum TNI, maupun Panglima TNI. Sebelum akhirnya ia ditarik ke Istana Negara untuk membantu tugas-tugas kepresidenan. Pada masa itu, Suryanagara juga diberi kesempatan menjadi wakil TNI dalam Program "The Young Future Leader" dari Pemerintah Australia tahun 2012, dan dari Pemerintah Korea Selatan tahun 2013.[10]

Selain aktif sebagai perwira lapangan melalui penugasan operasi dalam dan luar negeri, menulis menjadi hobi yang ditekuni Suryanagara, seperti tulisan yang berjudul "TNI AD menjadi tentara kelas dunia, mungkinkah?" yang diterbitkan majalah Jurnal Yudhagama Vol 33 No.I, Edisi Maret 2013.[11]

Beberapa tulisan sebelumnya adalah; Membangun Sikap Kewaspadaan Generasi Muda (2002). Pendayagunaan Public Relations TNI untuk mengembalikan Citra TNI di masa depan (2002), Konsepsi Teritorial bagi Satuan Kostrad (2003), Konsepsi Penyelesaian Konflik Aceh secara Damai (2004), Strategi Public Relations TNI di Daerah Operasi Tempur (2005), dan TNI dan Bencana Alam: Upaya mitigasi untuk mengurangi risiko bencana (2006). Melalui tulisan-tulisan itu, Suryanagara mendapatkan penghargaan sebagai penulis terbaik di tingkat Kostrad, TNI AD dan TNI.

Tidak hanya mengisi ruang pemikiran di internal TNI, Suryanagara juga menuangkan pemikiran dan gagasannya di surat kabar nasional, sejak berpangkat Kapten. Tulisan pertamanya di harian nasional adalah "Negosiasi Secangkir Kava di Sirec" (2010, Kompas)[12], dan "Australia, Indonesia formalizing military diplomacy" (2012, Jakarta Post).[13]

Sebagaimana dituturkan dalam artikel "Kenapa Saya menulis?", ia mengakui, hobi menulisnya didasari oleh pemikiran bahwa dua kualitas terpenting dalam dunia militer profesional adalah "knowledgeable" dan "open-minded leadership." Menurutnya, hal tersebut dibuktikan oleh Mayor Jenderal Clausewitz (Prussia), Kapten Liddell Hart (Inggris), Jenderal Besar AH. Nasution (Indonesia) dan Jenderal Sun Tzu (Tiongkok). Nama-nama tersebut memberi kontribusi yang sangat besar lewat karya tulisnya, dan menjadi rujukan bagi institusi militer di seluruh dunia.

Berbeda dengan profesi lainnya, ia sependapat dengan Samuel P. Huntington, bahwa profesionalisme militer bukan semata-mata soal keahlian dan kemahiran, melainkan juga soal "Loyalitas, Jiwa Korsa, dan Tanggung Jawab kepada Negara". Karena itu, Suryanagara mengatakan bahwa militer profesional harus mengedepankan pengetahuan, keterampilan dan karakter, yang dibentuk melalui pendidikan dan dunia literasi, selain penugasan di lapangan.

Pada tahun 2015-2016, saat mengikuti pendidikan di US Army Command and General Staff College, Fort Leavenworth, Kansas, AS, Suryanagara aktif dalam organisasi Senat Mahasiswa bersama 8 perwira lainnya, mewakili 109 perwira dari 90 negara.[14] Atas prestasi akademiknya, ia juga mendapat penugasan sebagai Asisten Operasi dalam "Joint Military Exercise: Eagle-Owl"; Latihan Militer Gabungan antara pasukan Amerika Serikat dan Inggris. Di akhir pendidikan, ia dinominasikan sebagai peraih penghargaan "General Dwight D. Eisenhower Award" (Lulusan Terbaik).

Jabatan Pemerintahan

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ SURYANAGARA, IFTITAH (2022-04-13). "Mengawal Reformasi, Menjaga NKRI". kompas.id. 
  2. ^ "Ancaman Instabilitas dan Strategi Rekonsiliasi". Kompas.id (dalam bahasa Inggris). 2019-06-02. 
  3. ^ SURYANEGARA, IFTITAH (2021-10-05). "Ancaman Instabilitas Kawasan". kompas.id. 
  4. ^ Post, The Jakarta. "How Indonesia can pave the way for peace in Ukraine". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). 
  5. ^ "Multilateral Naval Exercise Komodo: Enhancing Indonesia's Multilateral Defence Diplomacy?" (PDF). LSE London School of Economic and Political Science. 
  6. ^ "Tiga Pelajaran Soal Efektifitas Satuan Kavaleri Saat Darurat Militer di Aceh". Tribunnews.com. 2023-07-02. 
  7. ^ https://www.facebook.com/detikcom. "Kapal Logistik TNI ke Libanon Berangkat Pkl 21.00 WIB". detiknews. 
  8. ^ "Military uniform". Wikipedia (dalam bahasa Inggris). 2023-05-25. 
  9. ^ "Dubes Australia Kunjungi PMPP TNI | IKAHAN". IKAHAN.com. 
  10. ^ "Pertukaran Pemimpin Masa depan"
  11. ^ Riwayat Hidup Singkat Penulis; Jurnal Yudhagama Vol 33 No I, Edisi Maret 2013.
  12. ^ dongan (2010-11-01). "Negosiasi Secangkir Kava di Sirec". dongan's (dalam bahasa Inggris). 
  13. ^ "Australia-Indonesia formalizing military diplomacy". 
  14. ^ Center, Simons (2016-06-14). "International officers receive graduation badges". The Simons Center (dalam bahasa Inggris). 
  15. ^ Media, Kompas Cyber (2024-10-20). "Profil dan Harta Iftitah Sulaiman, Menteri Transmigrasi pada Kabinet Merah Putih". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2024-10-22. 
Jabatan politik
Didahului oleh:
Abdul Halim Iskandar
sebagai Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Indonesia
Menteri Transmigrasi Indonesia
sebelumnya bernama Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Indonesia

2024–sekarang
Petahana