Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih, yang biasanya tidak diatur secara formal.[1] Dalam komunikasi interpersonal, setiap partisipan menggunakan semua elemen dari proses komunikasi.[1] Misalnya, masing-masing pihak akan membicarakan latar belakang dan pengalaman masing-masing dalam percakapan tersebut [1]
Komunikasi sangat penting bagi semua aspek kehidupan manusia.[2] Komunikasi manusia dapat mengekspresikan gagasan, perasaan, harapan dan kesan kepada sesama serta memahami gagasan, perasaan dan kesan orang lain.[2] Komunikasi tidak hanya mendorong perkembangan kemanusiaan yang utuh, tetapi juga menciptakan hubungan sosial yang sangat diperlukan dalam kelompok sosial apapun.[2] Komunikasi memungkinkan terjadinya kerja sama sosial, membuat kesepakatan-kesepakatan penting, dan lain-lain.[2] Individu yang terlibat dalam komunikasi memiliki latar belakang sosial, budaya dan pengalaman psikologis yang berbeda-beda.[2] Perbedaan ini dapat memengaruhi efektivitas sebuah komunikasi.[2] Sangat penting bagi setiap individu untuk memahami simbol-simbol yang digunakan dalam komunikasi, baik simbol verbal maupun nonverbal.[2] Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih.[2] Setiap pihak dapat menjadi pemberi dan pengirim pesan sekaligus pada waktu yang bersamaan.[2]
Pengertian
[sunting | sunting sumber]- De Vito (2009) mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan di antara dua orang atau lebih, formal maupun informal. Komunikasi interpersonal dimengerti sebagai umpan balik yang saling berkaitan satu sama lain dengan tujuan untuk membantu seseorang meningkatkan efektivitas pribadi dan efektivitas antara pribadi. Komunikasi interpersonal mengharuskan pelaku untuk bertatap muka antara dua orang atau lebih dengan membawakan pesan verbal maupun non verbal sehingga masing-masing bisa memahami satu sama lain dan berinteraksi secara efektif.
- Rogers (dalam Rakhmat, 2012) mengatakan bahwa makin baik komunikasi interpersonal, maka makin terbuka seseorang mengungkapkan dirinya dan makin positif persepsinya terhadap orang lain melebihi persepsi dirinya.
- Tubbs dan Moss (2008) mengartikan komunikasi interpersonal sebagai sebuah proses komunikasi antara komunikan dan komunikator yang ditandai dengan terwujudnya saling pengertian, kesenangan, saling mempengaruhi, hubungan sosial yang baik, juga adanya tindakan nyata sebagai umpan-balik. Komunikasi diharapkan dapat mengurangi dampak buruk yang timbul pada kelompok yang berkaitan dengan kejenuhan dalam pekerjaan.
- Cangara (2005) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal sangat penting untuk meningkatkan hubungan antar individu, menghindari dan mengatasi konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian, berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain, mengendalikan perilaku, memberi motivasi, sebagai pernyataan emosi, dan memberikan suatu informasi.
Komunikasi merupakan suatu gejala yang kompleks dan oleh sebab itu, setiap individu yang mengamati gejala komunikasi memiliki pendekatan yang berbeda-beda.[3] Komunikasi adalah proses di mana saling membagi informasi, gagasan dan perasaan antar individu.[1] Komunikasi dalam menyentuh aspek-aspek yang lebih dalam dari setiap orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut, baik tentang hidup pada masa lalu, tentang keluarga, dan kegiatan yang sedang dilakukan sekarang.[1] Salah satu komponen komunikasi adalah saling mendengarkan.[2] Mendengarkan sangat penting, karena dengan mendengarkan setiap pihak yang terlibat dalam suatu peristiwa komunikasi dapat saling memahami dan memberi umpan balik atau respons dengan cara yang baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan.[2] Setiap pihak dapat menjadi pemberi dan pengirim pesan sekaligus pada waktu yang bersamaan.[2]
Selain proses, komunikasi juga dapat dimaknai sebagai suatu transaksi informasi di mana tidak hanya berkaitan dengan kegiatan fisik.[1] Komunikasi juga merupakan suatu tindakan yang bersifat psikologis, yakni berkaitan dengan impresi dari orang yang terlibat dalam komunikasi.[1] Impresi dibentuk dalam pikiran orang-orang yang sedang terlibat dalam komunikasi.[1]
Komponen-komponen
[sunting | sunting sumber]Pemberi Pesan
[sunting | sunting sumber]Setiap orang terlibat dalam komunikasi karena memiliki informasi, gagasan, dan perasaan yang mereka bagi kepada orang lain.[1] Komunikasi tidak berjalan satu arah, namun bersifat timbal balik antara pemberi pesan dan penerima pesan.[1] Pemberi pesan dapat menjadi penerima pesan, dan penerima pesan dapat menjadi pemberi pesan.[1] Peran-peran ini dapat terjadi saat komunikasi sedang berlangsung. Pemberi pesan disebut dengan komunikator dan penerima pesan disebut dengan komunikan.[1]
Pesan
[sunting | sunting sumber]Pesan merupakan ide-ide dan perasaan yang dibagi antara pengirim dan penerima.[4] Inti dari sebuah peristiwa komunikasi adalah pesan, suatu maksud atau gagasan yang ingin disampaikan.[4] Faktor yang mempengaruhi suatu pesan diterima adalah kejelasan, kesiapan penerima, kompleksitas, panjangnya pesan, dan informasi yang terorganisir.[4] Ide-ide dan perasaan dikomunikasikan jika ide atau gagasan itu dipresentasikan dengan simbol-simbol.[1] Simbol terdiri dari dua, yaitu simbol verbal dan nonverbal.[1] Simbol verbal bersifat terbatas dan kompleks, sedangkan simbol nonverbal dapat berupa ekspresi wajah, gestikulasi, postur tubuh, tekanan suara, penampilan dan lain-lain.[1]
Umpan Balik
[sunting | sunting sumber]Umpan Balik merupakan respons yang diberikan oleh penerima dan pemberi pesan dalam sebuah peristiwa komunikasi.[2] Dengan adanya umpan balik, para partisipan yang terlibat dalam peristiwa komunikasi dapat mengetahui bahwa gagasan atau perasaan mereka diterima sesuai dengan yang diharapkan.[2] Pengirim dan penerima pesan dalam komunikasi tatap muka memiliki kesempatan yang sangat besar untuk memberikan umpan balik secara langsung.[2] Dalam komunikasi tatap muka ini, para partisipan dapat memiliki kesempatan untuk melihat apakah pesan yang disampaikan dipahami dan diikuti atau tidak.[2]
Gangguan
[sunting | sunting sumber]Gangguan adalah segala sesuatu yang mengganggu komunikasi, termasuk sikap dan emosi penerima dan pemberi pesan.[2] Stres, cemas, sikap-sikap negatif dan motivasi rendah merupakan faktor yang mempengaruhi gangguan.[4] Gangguan dapat terjadi dalam tiga bentuk yakni eksternal, internal, dan semantik.[1]
Gangguan Eksternal (External Noise)
[sunting | sunting sumber]Gangguan eksternal datang dari lingkungan. Lingkungan dapat berupa udara panas maupun dingin, kegaduhan dan suasana yang tidak menyenangkan lainnya.[1] Kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan dapat mengganggu penerima dan pemberi pesan dalam memahami pesan yang disampaikan.[1]
Gangguan Internal (Internal Noise)
[sunting | sunting sumber]Gangguan internal terjadi dalam pikiran penerima dan pemberi pesan.[1] Bila pemberi dan penerima pesan tidak fokus pada pesan atau komunikasi yang sedang terjadi, maka pesan tidak dapat dimengerti atau disampaikan sebagaimana mestinya.[1] Misalnya, seorang mahasiswa tidak mendengar dosennya, karena pada saat dosen mengajar, mahasiswa tersebut sedang berpikir tentang makan siang.[2]
Gangguan Semantik (Semantic Noise)
[sunting | sunting sumber]Gangguan semantik disebabkan oleh reaksi emosional para partisipan terhadap kata-kata yang digunakan.[1] Para partisipan biasanya memiliki reaksi negatif terhadap orang-orang yang membuat pernyataan.[1]
Media/Saluran
[sunting | sunting sumber]Media/saluran adalah perantara yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan.[2] Dalam komunikasi tatap muka, media yang utama adalah suara dan pandangan. Media yang lain berupa radio, televisi, tape, surat kabar, dan majalah.[2]
Setting (Lingkungan)
[sunting | sunting sumber]Setting adalah lingkungan di mana komunikasi terjadi.[1] Setting dapat memiliki pengaruh yang signifikan pada komunikasi.[1] Formal Setting tepat untuk presentasi formal.[2] Misalnya auditirorium yang baik digunakan untuk memberikan pidato, dan presentasi, tetapi tidak baik untuk percakapan yang bersifat personal dan intim.[2]
Openness (Keterbukaan)[5]
[sunting | sunting sumber]Artinya tiap pihak bersedia membuka diri atau membagi informasi tentang dirinya yang biasanya dirahasiakan, dan juga bersedia mendengarkan pesan dari lawan bicara secara terbuka dan merespons dengan jujur.
Empathy (Empati)[5]
[sunting | sunting sumber]Artinya kemampuan individu untuk memahami lawan bicara berdasarkan sudut pandang lawan bicaranya tersebut. Kemampuan ini membantu individu untuk mengerti apa yang dilalui oleh lawan bicaranya secara emosional. Jadi ikut merasakan perasaan orang lain.
Positiveness (Sikap positif)[5]
[sunting | sunting sumber]Mengacu pada kemampuan individu dalam menggunakan pesan yang positif. Memuji hal-hal positif yang dimiliki oleh lawan bicara, mengekspresikan kepuasan dalam berkomunikasi dengannya, tersenyum, menjaga kedekatan posisi tubuh pada saat berbicara, dll.
Supportiveness (Sikap Mendukung)[5]
[sunting | sunting sumber]Terdiri dari dukungan yang terucap maupun yang tidak terucap, seperti senyuman atau anggukan kepala. Memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap: deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategik, dan provisional bukan sangat yakin.
Equality (Kesetaraan)[5]
[sunting | sunting sumber]Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk dibagi.
Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, perselisihan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.
Kesetaraan tidak mengharuskan individu untuk menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesamaan kepribadian bertujuan agar masing-masing pihak yang berkomunikasi merasa dihargai dan dihormati sebagai manusia yang memiliki suatu yang penting untuk dikontribusi kepada orang lain.
Komunikasi Verbal
[sunting | sunting sumber]Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata untuk menyampaikan pesannya, baik secara lisan maupun tulisan.[6] Pesan verbal adalah segala macam simbol yang memakai satu kata atau lebih.[7] Komunikasi verbal dapat terbagi lagi menjadi dua jenis:
Komunikasi lisan
[sunting | sunting sumber]Komunikasi lisan merupakan suatu proses di mana seorang komunikator berinteraksi secara lisan dengan komunikan untuk mempengaruhi tingkah lakunya.[6] Komunikasi semacam ini dapat dilakukan dalam bentuk percakapan langsung dan tatap muka, atau secara tidak langsung (media) seperti melalui telepon, radio, televisi dan perangkat elektronik lainnya.[6]
Komunikasi tulisan
[sunting | sunting sumber]Adapun yang dimaksud dengan komunikasi tulisan adalah proses komunikasi yang menggunakan bantuan perantara medium dalam penyampaian pesannya.[6] Media perantara yang dimaksud adalah kertas, yang bisa mewujud dalam buku, surat, laporan atau memo.[6] Komunikasi tertulis ini juga salah satu metode untuk bisa mendokumentasikan atau merekam bahasa yang terucap ke dalam bentuk aksara tulisan.[6]
Komunikasi Nonverbal
[sunting | sunting sumber]Komunikasi mengacu pada pengiriman pesan melalui sebuah media,[4] dan komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa menggunakan kata.[6] Maka dari itu, komunikasi nonverbal dapat disampaikan dalam banyak cara seperti isyarat, simbol, ekspresi wajah, gestur ataupun perilaku.[4] Komunikasi nonverbal diidentifikasi melalui beberapa mode yakni environtment, interpesonal distance, posture, hand gesture, facial expressions, voice quality, personal appearance.[4]
Environment
[sunting | sunting sumber]Lingkungan dapat mempengaruhi penyampaian suatu pesan.[4] Lingkungan seperti warna ruangan, temperatur udara, cahaya, dan tata ruangan memberikan pesan tertentu kepada yang melihatnya.[4]
Interpersonal Distance
[sunting | sunting sumber]Interpersonal Distance adalah kedekatan fisik atau sentuhan fisik yang dapat memberi sebuah tindakan yang bersahabat.[4]
Posture
[sunting | sunting sumber]Posture adalah sikap mengkomunikasikan pesan.[4] Berdiri tegak biasanya menyampaikan pesan bahwa seseorang memiliki rasa percaya diri dan memiliki emosi yang positif.[4] Dan berbagai sikap lainnya dengan maknanya masing-masing.[4]
Hand Gesture
[sunting | sunting sumber]Menggerakkan tangan menunjukkan sikap positif terhadap pribadi yang lain.[4] Gesture juga menunjukkan level dominasi seseorang terhadap yang lainnya.[4]
Facial Expressions
[sunting | sunting sumber]Memperjelas pesan yang ingin disampaikan dengan menggunakan ekspresi mata, wajah maupun kepala.[4] Ekspresi wajah dapat menentukan kepercayaan orang lain terhadap apa yang disampaikan.[4]
Voice Quality
[sunting | sunting sumber]Kualitas suara sangat penting dalam sebuah peristiwa komunikasi.[4] Suara dapat membuat orang yang mendengarkan menjadi fokus dan minat terhadap pesan yang disampaikan.[4]
Personal Apppearance
[sunting | sunting sumber]Penampilan bersifat eksternal yang memainkan peran sangat penting dalam mempengaruhi orang lain.[4]
Tantangan Komunikasi
[sunting | sunting sumber]Tantangan terhadap komunikasi dapat berasal dari budaya, latar belakang sosial, ataupun bias-bias lainnya seperti bias jenis kelamin, ras, etnis, dan sebagainya.[2] Tantangan komunikasi juga bisa disebabkan oleh lingkungan yang terlalu gaduh yang membuat pesan tidak dapat disampaikan dengan maksimal.[2] Selain itu tantangan komunikasi juga bisa berasal dari persepsi partisipan yang berbeda.[2] Tantangan lain yang perlu diperhatikan oleh para partisipan yang akan terlibat dalam suatu peristiwa komunikasi adalah informasi yang overload, tantangan kepercayaan dan kredibilitas, waktu yang kurang tepat, penyaringan informasi.[8]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x Communicating Effectively, 6 Edition, New York: MCGraw-Hill, 2001
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y CB: Interpersonal Development. Character Building Development Center (CBDC), Universitas Bina Nusantara, 2013
- ^ Communication Theories, Perspective, Processes, and Contexts, New York: McGraw-Hill, 2005
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t Human Relations, Interpersonal Job-Oriented Skills. 9 Edition, New Jersey: Pearson Prentice Hall. 2007
- ^ a b c d e DeVito, Joseph A. 2009. The Interpersonal Communication Book. Hunter College of the City University of New York: New York.
- ^ a b c d e f g Komunikasi Antarpribadi (edisi ke-4). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. 2020. hlm. 4.4. ISBN 9786023924202.
- ^ Mulyana, Deddy (2008). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. hlm. 260. ISBN 9795149938.
- ^ Interpersonal Skill in Organizations, New York: Mc Graw Hill, 2006.