Lompat ke isi

Kaisar Romawi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kaisar Kekaisaran Romawi
Bekas Kerajaan
Imperial
Vexillum
Augustus
Penguasa pertama Augustus
Penguasa terakhir Theodosius I (Bersatu/klasikal),
Romulus Augustulus (Barat),
Konstantinus XI (timur)
Gelar Imperator, Augustus, Caesar, Princeps, Dominus Noster, atau Autokrator (menurut periode)
Pendirian 27 SM
Pembubaran 395 (Bersatu/klasikal),
476 (Barat),
1453 (Timur)
Penuntut takhta Tidak ada

Kaisar Romawi adalah gelar yang digunakan oleh penguasa Kekaisaran Romawi dari masa berdirinya oleh Augustus pada 27 SM hingga jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476 M, dan dilanjutkan dalam Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) hingga Konstantinopel jatuh pada tahun 1453 M. Gelar ini pertama kali diperkenalkan oleh Gaius Julius Caesar, tetapi penggunaannya sebagai gelar kekaisaran dimulai oleh penerusnya, Augustus, yang dianggap sebagai kaisar pertama. Kaisar Romawi memiliki kekuasaan tertinggi dalam politik, militer, dan keagamaan Romawi.

Sejarah Awal

[sunting | sunting sumber]

Julius Caesar dan Peralihan Republik ke Kekaisaran

[sunting | sunting sumber]

Julius Caesar, yang berasal dari keluarga patricius, memainkan peran penting dalam peralihan Republik Romawi menjadi Kekaisaran Romawi. Pada tahun 44 SM, Caesar diangkat sebagai diktator seumur hidup, sebuah gelar yang memperkuat kekuasaannya. Namun, pembunuhan Caesar pada tahun 44 SM memicu perang saudara di Romawi yang berlangsung hingga 27 SM, ketika kemenangannya disahkan oleh Senat, menjadikannya sebagai "Princeps Senatus" atau "pemimpin pertama senat." Augustus tidak menyebut dirinya sebagai "kaisar" secara langsung, tetapi kekuasaannya diakui sebagai kekuatan de facto.

Augustus: Kaisar Pertama

[sunting | sunting sumber]

Octavianus, yang kemudian dikenal sebagai Augustus, adalah penerus Julius Caesar dan dianggap sebagai kaisar pertama Romawi. Augustus mendirikan fondasi Kekaisaran Romawi dengan mengonsolidasikan kekuasaan di tangannya, termasuk komando militer tertinggi dan hak untuk menunjuk pejabat tinggi. Pada masa pemerintahannya (27 SM–14 M), Augustus memperkenalkan reformasi dalam pemerintahan, militer, dan sistem perpajakan yang meningkatkan stabilitas dan kemakmuran Romawi, serta memulai masa yang dikenal sebagai "Pax Romana" atau "Perdamaian Romawi."

Struktur Kekuasaan Kaisar

[sunting | sunting sumber]

Kaisar Romawi memiliki kekuasaan mutlak dalam berbagai aspek pemerintahan. Gelar resmi yang digunakan oleh seorang kaisar bervariasi sepanjang sejarah Romawi, dan sering mencerminkan kompleksitas kekuasaan yang dimilikinya:

  1. Princeps: Gelar yang berarti "yang pertama di antara orang-orang" dan digunakan oleh kaisar untuk menekankan posisinya sebagai pelindung rakyat dan senat.
  2. Imperator: Gelar militer yang digunakan oleh kaisar untuk menegaskan supremasi militer mereka. Ini juga menjadi asal mula istilah "kaisar."
  3. Pontifex Maximus: Gelar ini memberikan kaisar kekuasaan keagamaan tertinggi sebagai kepala agama Romawi.
  4. Augustus: Gelar yang menunjukkan status dewa-dewa dan sakralitas kekuasaan kaisar.

Kaisar juga mengendalikan Senat, meskipun secara teknis merupakan badan legislatif tertinggi, kekuasaan senat secara bertahap berkurang di bawah kaisar.

Dinasti dan Periode Kekaisaran

[sunting | sunting sumber]

Sepanjang sejarah Romawi, terdapat beberapa dinasti utama yang memerintah Kekaisaran Romawi. Setiap dinasti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan Kekaisaran.

Dinasti Julio-Claudian (27 SM–68 M)

[sunting | sunting sumber]

Dinasti ini didirikan oleh Augustus dan diikuti oleh penerusnya yang berasal dari garis keluarga Julius Caesar dan Augustus. Kaisar terkenal dari dinasti ini termasuk Tiberius, Caligula, Claudius, dan Nero. Pada masa dinasti ini, Kekaisaran Romawi berkembang secara ekonomi dan militer, tetapi juga mengalami skandal politik yang melemahkan citra kaisar.

Dinasti Flavia (69–96 M)

[sunting | sunting sumber]

Setelah jatuhnya Dinasti Julio-Claudian, Vespasianus mendirikan Dinasti Flavia yang berhasil memulihkan kestabilan di Romawi. Keluarganya memerintah dengan gaya pemerintahan yang lebih militeristis. Kaisar-kaisar seperti Vespasianus dan putranya Titus berhasil menundukkan pemberontakan Yahudi dan membangun kembali Roma setelah kebakaran besar.

Dinasti Nerva-Antoninus (96–192 M)

[sunting | sunting sumber]

Dinasti ini dikenal dengan kaisar-kaisarnya yang adil dan bijaksana, termasuk Trajanus, Hadrianus, dan Marcus Aurelius. Masa pemerintahan mereka disebut sebagai puncak kejayaan Kekaisaran Romawi, ditandai dengan ekspansi besar-besaran dan reformasi hukum serta administrasi yang signifikan.

Dinasti Severa (193–235 M)

[sunting | sunting sumber]

Dinasti ini dimulai dengan Septimius Severus, yang menguatkan kekuasaan militer dalam pemerintahan Romawi. Namun, setelah pemerintahan singkat Caracalla dan Severus Alexander, dinasti ini runtuh, menandai awal krisis abad ketiga yang melanda Kekaisaran Romawi.

Krisis Abad Ketiga dan Tetrarki

[sunting | sunting sumber]

Setelah runtuhnya Dinasti Severa, Romawi mengalami masa krisis internal yang disebut Krisis Abad Ketiga (235–284 M), di mana terjadi pergantian kaisar yang cepat, invasi barbar, dan ketidakstabilan ekonomi. Untuk mengatasi krisis ini, Kaisar Diokletianus memperkenalkan sistem Tetrarki, di mana kekuasaan dibagi antara dua kaisar senior (augustus) dan dua kaisar junior (caesar). Sistem ini untuk sementara berhasil memulihkan stabilitas, tetapi tidak lama setelah pengunduran diri Diokletianus, kekuasaan kembali terpusat di tangan Konstantinus Agung.

Konstantinus Agung dan Kekristenan

[sunting | sunting sumber]

Konstantinus Agung (306–337 M) adalah kaisar yang paling dikenal karena mengadopsi Kekristenan sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi. Pada masa pemerintahannya, Konstantinus menyatukan kembali kekaisaran yang sebelumnya terpecah dan mendirikan ibu kota baru di Bizantium, yang kemudian dikenal sebagai Konstantinopel. Keputusan Konstantinus untuk mendukung Kekristenan mengubah wajah kekaisaran dan agama dunia barat selamanya.

Kekaisaran Romawi Barat dan Timur

[sunting | sunting sumber]

Pada abad ke-4, Kekaisaran Romawi secara efektif dibagi menjadi dua bagian: Kekaisaran Romawi Barat yang berpusat di Roma dan Kekaisaran Romawi Timur (kemudian dikenal sebagai Kekaisaran Bizantium) yang berpusat di Konstantinopel. Kekaisaran Romawi Barat runtuh pada tahun 476 M setelah serangkaian serangan dari suku-suku barbar seperti Visigoth dan Vandal. Namun, Kekaisaran Romawi Timur terus bertahan hingga jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 M.

Warisan Kaisar Romawi

[sunting | sunting sumber]

Warisan kaisar Romawi tetap hidup dalam sejarah Eropa dan dunia. Gelar "kaisar" digunakan dalam berbagai bentuk oleh penguasa lain sepanjang sejarah, seperti "Kaiser" di Jerman dan "Tsar" di Rusia, yang keduanya secara etimologis berasal dari "Caesar." Kekaisaran Romawi juga meninggalkan warisan hukum, seni, arsitektur, dan konsep pemerintahan yang terus mempengaruhi dunia modern hingga saat ini.

Daftar Kaisar Romawi

[sunting | sunting sumber]

Berikut ini adalah daftar beberapa kaisar Romawi yang paling berpengaruh:

  1. Augustus (27 SM–14 M)
  2. Tiberius (14–37 M)
  3. Caligula (37–41 M)
  4. Claudius (41–54 M)
  5. Nero (54–68 M)
  6. Vespasianus (69–79 M)
  7. Trajanus (98–117 M)
  8. Hadrianus (117–138 M)
  9. Marcus Aurelius (161–180 M)
  10. Septimius Severus (193–211 M)
  11. Diokletianus (284–305 M)
  12. Konstantinus Agung (306–337 M)

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. Grant, Michael. The Roman Emperors: A Biographical Guide to the Rulers of Imperial Rome 31 BC - AD 476. Scribner, 1985.
  2. Goldsworthy, Adrian. The Complete Roman Army. Thames & Hudson, 2003.
  3. Scullard, H. H. From the Gracchi to Nero: A History of Rome 133 BC to AD 68. Routledge, 1982.
  4. Jones, A. H. M. The Later Roman Empire, 284–602: A Social, Economic, and Administrative Survey. Johns Hopkins University Press, 1964.

Pranala Luar

[sunting | sunting sumber]