Lompat ke isi

Gombong, Kebumen

Koordinat: 7°36′19.01″S 109°30′54.56″E / 7.6052806°S 109.5151556°E / -7.6052806; 109.5151556
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

7°36′19.01″S 109°30′54.56″E / 7.6052806°S 109.5151556°E / -7.6052806; 109.5151556

Gombong
Pintu masuk Benteng van der Wijck
Pintu masuk Benteng van der Wijck
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenKebumen
Pemerintahan
 • CamatSupoyo, S.Sos.
Populasi
 • Total47,410 (SP 2.010) jiwa
Kode Kemendagri33.05.19 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3305190 Edit nilai pada Wikidata
Desa/kelurahan14
Peta
PetaKoordinat: 7°36′19.0163″S 109°30′54.5620″E / 7.605282306°S 109.515156111°E / -7.605282306; 109.515156111

Gombong (bahasa Jawa: ꦒꦺꦴꦩ꧀ꦧꦺꦴꦁ) adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Gombong merupakan kota terbesar kedua setelah Kota Kebumen. Kecamatan Gombong juga merupakan kota bisnis di Kabupaten Kebumen karena lokasinya yang strategis, yaitu dilewati oleh jalan nasional, menjadi simpul dari jalan utama yang menuju Kecamatan Buayan, Kuwarasan, Karanggayam dan Sempor serta Kabupaten Banjarnegara. Sebelum kemerdekaan Gombong, merupakan bagian dari Kabupaten Karanganyar (Roma) yang dilebur dengan Panjer menjadi Kabupaten Kebumen. Kecamatan Gombong berada di sebelah barat dari Kota Kebumen. Jarak Kecamatan Gombong dengan Kota Kebumen sejauh 21 kilometer. Luas wilayahnya 29,48 km², dan jumlah penduduknya 47.870 jiwa.[1] Kecamatan Gombong terdiri atas 14 desa/ Kelurahan, 81 RW, dan 288 RT. Pusat pemerintahan Kecamatan Gombong berada di Kelurahan Gombong.

Sebelum nama Gombong di kenal dan di pakai sebagai nama tempat, daerah ini dahulunya bagian dari sebuah daerah bernama Româ atau Remâ atau Rekma yang berpusat di Karanganyar, Kebumen, nama tersebut merupakan bentuk Krama Inggil dari rambut. Nama Româ atau Remâ ini dipakai sampai tahun 1830. Sebelum dikuasai oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, dahulu Roma adalah bagian dari wilayah Kesultanan Yogyakarta, yang merupakan daerah mancanegara barat. Roma pun sempat eksis menjadi sebuah Kabupaten hingga tahun 1936. Peninggalan bangunan pemerintahannya dapat dilihat disekitar Alun-alun Karanganyar, Kebumen.

Pada masa perjuangan Pahlawan Diponegoro (1825-1830) nama desa Gombong belum ada, tetapi namanya adalah dukuh Giyombong, bagian dari Roma (Karanganyar). Nama dukuh tersebut berasal dari nama kepala Dukuhnya yaitu Kyai Gombong Wijaya yang sebenarnya berasal dari Banyumas. Beliau adalah seorang bekas prajurit Pangeran Diponegoro yang berjuang di daerah Banyumas.

Karena didudukinya daerah Banyumas oleh Kompeni Belanda, Kyai Gombong Wijaya menyingkirkan diri di suatu daerah tak bertuan di sebelah barat Kemit (Karanganyar) dan kemudian menetap bersama pengikutnya. Beliau menjabat sebagai ketua rombongan sekaligus sebagai bekel atau Kepala Dukuh. Selanjutnya beliau disebut Kiyai Giyombong. Para pendatang maupun pengungsi dari daerah-daerah yang sudah tidak aman karena telah diduduki oleh kompeni atau Belandapun singgah ke dukuh Giyombong. Baik untuk tinggal sementara maupun menetap menjadi penduduk dukuh Giyombong yang dipimpinnya.

Dari Banyumas, Belanda semakin terdesak dan akhirnya mengambil siasat untuk mendirikan pertahanan di sebelah dukuh Giyombong yang mulai ramai oleh penduduk, dan belum banyak diketahui keberadaannya itu. Belanda pun mendirikan pertahanan berupa benteng yang nantinya akan dipakai untuk berlindungnya pasukan yang terdesak dari pertempuran di sekitar Banyumas dari pertempuran di sekitar Banyumas dan Ngijo (sekarang Ijo).

Dalam pembangunan benteng pertahanan itu, Belanda memaksa masyarakat dukuh Giyombong untuk kerja rodi atau kerja paksa bahu membahu mendirikan benteng, yang nantinya benteng itu diberi nama Benteng Van Der Wijck (Kini terkenal sebagai salah satu objek wisata Kabupaten Kebumen dari Gombong). Kiyai Giyombong atau bekel dukuh Giyombong sebagai kepala dukuh merasa kasihan melihat penduduknya yang setiap hari kerja rodi tanpa upah, dari pagi hingga petang, yang menyebabkan kelaparan disana-sini karena sawah tidak ada yang menggarap, dan kalau persediaan makanpun telah diambil oleh Belanda. Hal itu membuat penduduk dukuh Giyombong menderita.

Namun, ketika Kiyai Giyombong mendengar berita tentang pertempuran pasukan Mataram dengan kompeni Belanda di daerah Ayah dan dengan kemenangan di pihak Mataram. Kiyai Giyombong pun mengambil siasat untuk meminta perlindungan dari pihak Mataram agar penduduk Giyombong terbebas dari penderitaan dan kelaparan. Kemudian Kiyai Giyombong menghadap pasukan Mataram yang bermarkas di bukit Indrakila. Permintaan beliau pun disetujui, kemudian pasukan Mataram berpindah markas di daerah dapuran pring di sebelah selatan dukuh Giyombong.

Pertempuran sengit pun terjadi siang dan malam di daerah Giyombong, penduduk sudah tidak lagi kerja rodi pada kompeni, namun diperintahkan oleh bekel dukuh mereka untuk bahu membahu membantu pihak Mataram melawan Belanda. Belanda pun mundur ke benteng pertahanannya. Dan pasukan matarm melanjutkan bergerilya ke daerah timur. Untuk mengenang jasa Kiyai Giyombong, dukuh yang semakin ramai kini menjadi ibu kota kecamatan dan dikenal sebagai kota Gombong.[2] Hingga sekarang masyarakat Gombong masih mempercayai beberapa (Piweling) Kiyai Giyombong, yang antara lain: “Eling-eling, mbesuk zaman rame, ing Giyombong (Gombong) ora bakal ana peperangan / rerusuhan maneh, nanging sing ana yaiku godane mung “ main lan royal wadon”.

Desa/kelurahan

[sunting | sunting sumber]
  1. Gombong
  2. Wonokriyo
  3. Kalitengah
  4. Semanding
  5. Wero
  6. Sidayu
  7. Patemon
  8. Kemukus
  9. Semondo
  10. Wonosigro
  11. Klopogodo
  12. Banjarsari
  13. Kedungpuji
  14. Panjangsari

Batas-batas Wilayah

[sunting | sunting sumber]
  1. Sebelah Barat: Kecamatan Sempor dan Kecamatan Buayan
  2. Sebelah Timur: Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Kuwarasan
  3. Sebelah Utara: Kecamatan Sempor
  4. Sebelah Selatan: Kecamatan Kuwarasan

Kecamatan Gombong sebagian besar memiliki kondisi geografi berupa dataran rendah. Ketinggian rata-rata Kecamatan Gombong adalah 21 meter di atas permukaan air laut. Puncak tertingginya adalah puncak Bukit Igir Gadung yang memiliki ketinggian 116 meter di atas permukaan air laut yang berada di perbatasan Desa Klopogodo dengan Desa Wonosigro dan Kecamatan Sempor. Sungai yang melintas di wilayah ini antara lain Sungai Kemit, Sungai Gombong, Sungai Semali, Sungai Wonokriyo, Sungai Kalisalam, Sungai Kawo dan Sungai Patemon.

Penggunaan Lahan

[sunting | sunting sumber]

Sebagai kota bisnis dengan populasi penduduk yang padat, penggunaan lahan di Kecamatan Gombong sebagian besar digunakan untuk pemukiman penduduk dan lahan persawahan. Seluruh lahan persawahan merupakan jenis sawah irigasi dari Waduk Sempor. Sebagian kecil lahan perbukitan di wilayah utara digunakan sebagai hutan.

Transportasi

[sunting | sunting sumber]

Transportasi di Kecamatan Gombong sangat beragam mulai dari angkutan desa, angkutan kota, bus antar kota antar provinsi, bus antar kota hingga kereta api. Stasiun kereta api utama di kecamatan tersebut adalah Stasiun Gombong, melayani kereta api antarkota dan aglomerasi di lintas selatan dan tengah Pulau Jawa. Kecamatan Gombong dilintasi jalan nasional yang menghubungkan sejumlah wilayah di Kabupaten Kebumen atau berbagai kota di Pulau Jawa. Sejumlah ruas lainnya adah jalan provinsi yang menghubungkan Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen dengan Kabupaten Banjarnegara melalui Kecamatan Sempor Serta Kabupaten Kebumen Dengan Kabupaten Banyumas Melalui Kecamatan Rowokele (Jalan Nasional). Dua ruas jalan alternatif dari Kecamatan Gombong menuju jalan Daendels di wilayah pesisir Kabupaten Kebumen di antaranya Ruas Gombong - Buayan - Karangbolong - Daendels serta Ruas Gombong - Kuwaru - Purwaganda - Puring - Daendels. Kondisi jalan dan jembatan di wilayah ini sudah bagus dan mendukung.

Sebagian besar penduduk Kecamatan Gombong berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga, Wiraswasta, Pengusaha, PNS, Politikus, dan petani. Sebagian penduduk usia produktif pergi merantau atau bersekolah ke kota besar seperti Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi (Jabotabek), Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surabaya, Kota Yogyakarta, Kota Surakarta, Purwokerto dan sejumlah kota besar di luar pulau seperti Sumatra, Bali, dan Kalimantan. Mayoritas penduduk Kecamatan Gombong memeluk agama Islam dan agama Kristen. Jenjang pendidikan yang dicapai penduduk di wilayah ini adalah hingga Universitas meski sebagiaan besar tamatan Sekolah menengah pertama dan Sekolah menengah atas

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]
Universitas Muhammadiyah Gombong

Beberapa sekolah dasar, sekolah luar biasa, sekolah menengah negeri dan swasta serta perguruan tinggi yang ada di Kecamatan Gombong adalah sebagai berikut:

PERGURUAN TINGGI

  1. Universitas Muhammadiyah Gombong

SD/MI

SMP/MTs

  1. SMP NEGERI 1 GOMBONG
  2. SMP Negeri 2 Gombong
  3. SMP NEGERI 3 GOMBONG
  4. SMP NEGERI 4 GOMBONG
  5. SMP MUHAMMADIYAH GOMBONG
  6. SMP PIUS BAKTI UTAMA GOMBONG
  7. MTs NEGERI 8 KEBUMEN
  8. MTs PLUS MAARIF GOMBONG

SMA/SMK/MA

SEKOLAH LUAR BIASA

  1. SLB Budi Asih Gombong
  2. SLB Putra Manunggal Gombong

Sarana Publik

[sunting | sunting sumber]
Stasiun Gombong dari arah timur

Sarana publik di Kecamatan Gombong sangat bagus dengan adanya pasar tradisonal, hotel, swalayan, restaurant, langgar, masjid, gereja, pura, kleteng yang mendukung serta fasilitas kesehatan. Berikut sejumlah fasilitas umum yang ada di Kecamatan Gombong:

  1. RSU PKU Muhammadiyah Gombong di Kelurahan Wonokriyo
  2. RS Palang Biru Gombong di Desa Kedungpuji
  3. RS Bersalin Palang Biru Gombong di Keluarahan Gombong
  4. Puskesmas Gombong 1 di Kelurahan Gombong
  5. Puskesmas Gombong 2 di Desa Semondo
  6. Pasar Induk Wonokriyo di Kelurahan Wonokriyo
  7. Pasar Desa Sidayu di Desa Sidayu
  8. Stasiun Gombong di Kelurahan Wonokriyo
  9. Terminal Bus Gombong di Kelurahan Semanding

Pariwisata & Sosial Budaya

[sunting | sunting sumber]

Kecamatan Gombong selain kota bisnis juga yang merupakan kota budaya memiliki tempat wisata, potensi wisata, kerajinan tangan serta makanan khas yang menjanjikan. Tempat pariwisata ada yang sudah dikelola dengan baik oleh pemerintah Kabupaten Kebumen dan juga ada yang belum. Beberapa sumber menyebutkan Kecamatan Gombong mempunyai objek wisata pantai, goa dan waduk. Padahal semua wisata tersebut lokasinya sudah berada di luar wilayah Kecamatan Gombong namun masih di sekitarnya. Seperti Objek wisata Waduk Sempor berada di Kecamatan Sempor, Goa-goa serta sejumlah pantai seperti Goa Jatijajar dan Pantai Ayah ditemui di Kecamatan Ayah. Pantai juga ditemui di wilayah selatan Kecamatan Gombong yang masuk ke wilayah Kecamatan Puring dan Kecamatan Buayan. Berikut ini objek wisata dan tempat nongkrong anak muda yang terletak di Kecamatan Gombong:

Objek wisata Benteng Van Der Wijck

1. Benteng Van der Wijck

Benteng Van der Wijck adalah sebuah benteng tua peninggalan Belanda di utara Kota Gombong. Saat ini benteng tersebut digunakan sebagai tempat rekreasi keluarga & wahana permainan anak. Benteng ini tepatnya berada di Desa Sidayu.

2. Roemah Martha Tilaar

Berawal dari keinginan Ibu Martha Tilaar untuk memberikan kontribusi bagi Kota kelahirannya Gombong, maka inisiatif membangun Roemah Martha Tilaar ini dimulai. Selain berisi informasi perjalanan hidup Ibu Martha Tilaar dengan latar belakang Gombong, Roemah Martha Tilaar juga akan mengadakan kegiatan-kegiatan sosial dan ekonomi kemasyarakatan selain juga kegiatan preservasi budaya lokal. Roemah Martha Tilaar menempatkan museum sebagai konteks dan aktivitas sebagai konten sehingga diharapkan menjadi sebuah tempat yang vibrant. Dalam pengembangan program-program untuk kegiatan dan aktivitas yang akan dijalankan, Roemah Martha Tilaar mengambil inspirasi dari 4 Pilar Martha Tilaar Group yaitu: Beauty Education, Beauty Green, Beauty Culture dan Empowering Woman.

3. BSC (Bintang Sport Center)

Bintang Sport Center Gombong dibangun sekitar tahun 2005, dan diresmikan pada tahun 2007 oleh pemiliknya yaitu Drs. S. Bimantoron. Bintang Sport Center Gombong adalah tempat untuk berolahraga. Terletak di Wonokriyo, Gombong, Kebumen, Jawa Tengah, Bintang Sport Center Gombong terdapat lapangan futsal, tennis, fitses, dan kolam renang. BSC memiliki fasilitas kolam renang yang berstandar internasional (olympic) yang terbagi menjadi dua bagian yaitu kolam renang dewasa dan kolam renang anak-anak dan dilengkapi dengan Water Boom setinggi 20 meter dan Water Boom khusus di kolam renang anak-anak. Kedalaman kolam renang Bintang Sport Center Gombong pada kolam renang dewasa 100 meter dan 160 meter serta pada kolam renang anak-anak 50 cm. Panjang kolam renang pada kolam renang dewasa 50 meter dan kolam renang anak-anak 25 meter. Bintang Sport Center Gombong buka setiap hari dari pukul 07.00-18.00 untuk kolam renangnya. Tiket masuk pun sangat terjangkau yaitu untuk hari senin-jumat Rp.12.000 dan hari sabtu & minggu Rp.15.000.

4. Pasar Pereng Semanding

Pasar Pereng Semanding adalah objek wisata lokal baru, yang dikembangkan awal tahun 2019 oleh Pemdes Semanding. Pasar ini berbeda dari pasar umumnya, karena letaknya yang berada di bantaran (baca : Pereng) Sungai Gombong. Pengunjung akan dimanjakan oleh suasana sejuk pekarangan bambu yang rindang, hiburan tradisional seperti Ebleg (semacam Kuda Lumping), senam ceria dan jajanan kampung murah aneka rasa. Pasar ini diadakan setiap 2 minggu sekali pada hari minggu. Untuk biaya masuk, pengunjung hanya akan dikenakan tarif parkir umum.

5. Radio Kopi Gombong

Bagi para pemburu kuliner atau hanya sekadar kongko bareng teman-teman. Tidak ada salahnya mencoba datang ke Radio Kopi yang terletak di Jalan di Jalan Yos Sudarso Nomor 171 Gombong. Konsep berdirinya Radio Kopi merupakan metamorfosa dari Radio Suara Karang Bolong (SKB) yang sangat ngehit diera 1980-an hingga 1990-an. Hingga akhirnya sejak akhir Maret lalu menjadi tempat wisata kuliner untuk berkumpul warga Gombong yang sehat, nyaman serta bebas alkohol. Selain itu, kafe ini dibangunan tiga lantai menggunakan atap kontainer. Lantai satu didesain untuk keluarga, lantai dua dilengkapi panggung live music dan lantai tiga sebagai tempat nonton film, sepakbola, hingga Moto GP dengan kapasitas sekitar 200 orang. Sedangkan, di rooftop terdapat beberapa meja kursi untuk ngopi dan menikmati pemandangan Kota Gombong yang menawan.

6. Alun-alun Manunggal

Alun-alun Manunggal adalah sebidang tanah lapang luas yang terletak di perbatasan desa Wero dan Gombong. Alun-alun ini dikelilingi oleh masjid di barat, GOR Gombong di selatan, kantor perusahaan swasta di timur dan jalan nasional di sebelah utara. Walaupun tidak terletak persis di tengah kota, tempat ini selalu menjadi favorit warga untuk berekreasi. Hal ini disebabkan kondisi yang layak dan membuat nyaman. Pembangunan gencar dilakukan Pemerintah Kabupaten Kebumen dengan mengatur saluran air lapangan, memasang lampu-lampu besar di tiap sudut, membangun lingkar jogging track dan juga penanaman tanaman bunga-bunga cantik di tiap sisinya. Di deretan lapangan utara dan barat, terdapat jajaran pedagang aneka rupa dan hiburan bagi anak-anak. Deretan selatan dan timur lebih sering digunakan muda mudi komunitas motor untuk berkumpul. Tentu tempat ini memiliki prospek untuk jauh lebih menarik jika segenap warga Gombong dan pengunjung lebih peduli dengan kebersihan dan keindahan tanaman yang ada.

7. Makanan Khas

Selain tempat wisata yang menarik, Kecamatan Gombong juga terkenal dengan wisata kulinernya. Makanan paling khas di Kecamatan Gombong yaitu Tempe Mendoan dan Lanting. Ada juga kuliner berat seperti Sate Gombong dan Soto Gombong yang sangat nikmat. Pedagang jajanan tersebut dapat ditemui sepanjang Jl. Yos Sudarso, Jl. Sempor Lama, Jl. Kartini dan Jl. Puring.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Jumlah Penduduk Kabupaten Kebumen Menurut Kecamatan". BPS Kebumen. 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-13. Diakses tanggal 2020-05-08. 
  2. ^ "Sejarah Gombong". beritakebumen.info. 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-31. Diakses tanggal 2020-07-31.