Lompat ke isi

Efek pengamat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Efek pengamat merupakan sebuah fenomena sosial mengenai kecenderungan seseorang untuk enggan menolong dalam situasi darurat ketika terdapat banyak orang lain di sekitarnya.[1] Pada prinsipnya, teori ini menjelaskan bahwa semakin banyak orang, maka semakin kecil kemungkinan untuk menolong dibandingkan ketika seseorang dalam kondisi sendirian. Penelitian mengenai efek pengamat ini dilakukan oleh dua orang peneliti psikologi sosial bernama Bibb Latane dan John Darley.

Situasi darurat yang dimaksud dalam teori ini memiliki pengertian tersendiri. Terdapat lima elemen yang mendefinisikan situasi darurat, antara lain: membahayakan nyawa atau harta milik orang lain, peristiwa tersebut tidak biasa dan jarang ditemui oleh orang-orang, jenis peritiwa bervariasi, tidak terdapat prediksi mengenai peristiwa tersebut, dan membutuhkan tindakan instan dalam menangani permasalahan yang terjadi.

Respons serta tindakan pertolongan yang cepat dari seorang saksi dibutuhkan dalam menangani situasi darurat. Namun, efek pengamat menyebabkan munculnya kecenderungan untuk menahan diri dari menolong bahkan tidak melakukan tindakan apapun ketika ada orang lain di sekitar tempat kejadian. Terjadinya efek pengamat ini dapat disebabkan oleh tiga hal. Pertama, kebingungan akan pemegang tanggung jawab. Keberadaan orang lain mengaburkan kepastian mengenai pihak yang harus bertanggung jawab untuk menolong. Sedangkan ketika dalam kondisi sendirian, seseorang merasa memegang tanggung jawab sepenuhnya. Penyebab kedua adalah takut menyebabkan kesalahan sosial (social blunders). Seseorang takut ditertawakan atau dipermalukan ketika melakukan tindakan pertolongan yang salah. Terutama dalam konteks masyarakat modern seperti sekarang, ketakutan terhadap kesalahan sosial dapat bersumber dari maraknya jebakan yang sengaja direncanakan untuk suatu kepentingan, misalnya untuk acara televisi atau konten YouTube. Penyebab terakhir adalah pengaruh sosial (social influence). Perilaku menolong yang ditunjukkan oleh satu orang dapat mempengaruhi orang lain untuk ikut menolong. Begitu pula dengan pengabaian. Ketika tidak ada seorang pun yang menolong, maka situasi tersebut cenderung dipersepsikan sebagai sesuatu yang kurang serius atau tidak berbahaya.[1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Hogg,A. Michael, Vaughan, M. Graham: "Social Psychology Eighth Edition", halaman 529. Academic Pearson Educaton Limited, Inc. ISBN 978-1-292-09050-4