Financial Distress THD Konservatisme
Financial Distress THD Konservatisme
Abstract
Pendahuluan
1
prinsip dasar akuntansi termasuk penyajian laporan keuangan. Salah satu prinsip
akuntansi yang perlu dipenuhi adalah konservatisme. Prinsip akuntansi konservatisme
adalah kecenderungan untuk mengakui rugi sedini mungkin dan menunda laba sampai
memiliki kepastian yang tinggi untuk dapat direalisasi.
Sekar Mayangsari dan Wilopo (2002) menyatakan bahwa secara intuitif prinsip
konservatisme bermanfaat karena bisa digunakan untuk memprediksi kondisi
mendatang yang sesuai dengan tujuan laporan keuangan. Konsep konservatisme yang
tidak diterapkan akan menyesatkan laporan keuangan. Hal ini menyebabkan kondisi
dan kinerja yang tercermin dalam laporan keuangan tidak mencerminkan yang
sesungguhnya. Hal ini akan merugikan pengguna laporan keuangan terutama investor
karena akan menyesatkan pengambilan keputusan oleh investor. Tingkat kesulitan
keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor penyebab tidak diterapkannya
prinsip konservatisme.
Krisis ekonomi global telah mempengaruhi dunia usaha di Indonesia secara
keseluruhan hingga banyak perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Sedangkan
manajer perusahaan selaku agen dituntut oleh para pemegang saham atau investor
selaku prinsipal untuk menjaga stabilitas operasional bisnisnya dan menjaga laba yang
dihasilkannya atau setidaknya mempertahankan keberadaannya. Karena dua kondisi
tersebut, maka ada kemungkinan atau potensi adanya perilaku oportunistik bahwa
manajer selaku agen akan melakukan berbagai tindakan yang tidak sesuai dengan
tujuan yang telah disepakati dengan prinsipal. Berbagai tindakan yang dapat dilakukan
tersebut seperti melakukan manajemen laba, pengakuan pendapatan yang tidak sesuai
standar akuntansi keuangan atau pendapatan fiktif, dan berbagai tindakan lainnya.
Tindakan tersebut dapat dilakukan, salah satu caranya adalah dengan mengatur tingkat
konservatisme akuntansi, yaitu dengan mengurangi tingkat konservatisme akuntansi
atau bahkan mengubah dari konservatif menjadi liberal atau optimis.
Bukan hanya krisis ekonomi global saja yang mempengaruhi kesulitan
keuangan perusahaan, tetapi masih ada berbagai faktor lainnya. Faktor-faktor tersebut
antara lain keberadaan komite audit, struktur kepemilikan saham perusahaan, kinerja
keuangan perusahaan, ukuran dewan, dan independensi dewan.
Kondisi kesulitan keuangan perusahaan yang diakibatkan krisis ekonomi global
dan berbagai faktor lain mendorong perusahaan untuk melakukan pengurangan tingkat
konservatisme akuntansi. Oleh karena itu, penelitian faktor-faktor yang
mempengaruhi kesulitan keuangan perusahaan dan pengaruh tingkat kesulitan
keuangan perusahaan terhadap konservatisme akuntansi menarik untuk dilakukan dan
penting untuk mendukung hasil penelitian sebelumnya.
Tujuan Penelitian
Kajian Pustaka
2
A. Konservatisme
1. Definisi Konservatisme
Menurut Belkaoui (2000: 187) prinsip konservatisme menyatakan bahwa ketika
memilih diantara dua atau lebih teknik akuntansi yang dapat diterima, maka
preferensinya adalah memilih yang paling kecil dampaknya terhadap ekuitas
pemegang saham. Secara lebih spesifik, prinsip ini menunjukan bahwa lebih
disukai melaporkan nilai terendah untuk aset dan revenue dan nilai tertinggi
untuk utang dan expenses.
3
Bagi penyusun standar akuntansi, konservatisme akan menghindarkan
mereka dari kritik akibat dari penyajian laporan keuangan yang overstate
daripada understate.
3. Pengukuran Konservatisme
Watts (2003b) dalam artikelnya yang berjudul “Conservatism in
Accounting Part II: Evidence and Research Opportunities“ menyatakan ada
tiga jenis tipe pengukuran untuk menilai konservatisme:
a. Net asset measures,
b. Earnings and accrual measures, and
c. Earnings/stock returns relation measures.
Semua tindakan bergantung pada efek pengakuan yang asimetris
konservatisme keuntungan dan kerugian atas angka-angka akuntansi yang
dilaporkan, khususnya aktiva bersih, pendapatan, dan akrual.
Nilai pasar aset dan kewajiban yang terdiri dari perubahan aktiva
bersih setiap periode tetapi semua perubahan ini tidak tercatat dalam
4
rekening dan laporan keuangan. Dengan konservatisme, peningkatan nilai
aset (keuntungan) yang tidak kuat tidak dicatat sedangkan penurunan
yang tingkat verifiability yang sama dicatat. Hasilnya adalah bahwa
aktiva bersih understated - di bawah nilai pasar. Para peneliti memperoleh
perkiraan pernyataan ini dengan menggunakan model-model penilaian
saham perusahaan dan / atau rasio nilai buku aktiva bersih perusahaan
terhadap nilai ekuitas (book-to-market ratio).
Model penilaian Feltham-Ohlson biasanya digunakan untuk
memperkirakan tingkat aktiva bersih yang undervaluation. Model-model
termasuk parameter yang mencerminkan tingkat keterangan yang
mengecilkan aset operasi. Model menimbulkan understatement dengan
mengasumsikan depresiasi akuntansi melebihi depresiasi ekonomi.
Perkiraan parameter konservatisme diperoleh dari estimasi model
penilaian dan dari deret waktu estimasi hubungan antara variabel-variabel
akuntansi yang dimasukan ke model penilaian.
Beaver dan Ryan (2000) dalam Watts (2003b) mengukur
konservatisme perusahaan menggunakan rasio book-to-market perusahaan
yang didasarkan pada pemikiran bahwa, ceteris paribus, perusahaan
menggunakan akuntansi konservatif melaporkan aktiva bersih yang lebih
rendah dan rasio book-to-market lebih rendah. Menggunakan time series
dan data cross sectional yang mereka meregresi rasio book-to-market
pada tahun individu dan variabel dummy perusahaan dan pada return
saham perusahaan individual untuk saat ini dan lima tahun sebelumnya.
Koefisien perkiraan dummy perusahaan individu menangkap terus bagian
perbedaan antara nilai buku perusahaan dan nilai pasar ekuitas. Semakin
rendah koefisien, disebut sebagai "bias component", semakin banyak nilai
buku aktiva bersih yang bias ke bawah maka akuntansi perusahaan lebih
konservatif. Dengan konstruksi, karena rata-rata koefisien adalah nol,
koefisien mengestimasi konservatisme relatif dan bukan konservatisme
agregat. Book-to-market measure digunakan untuk mengukur proksi
sejauh mana konservatisme bervariasi di seluruh perusahaan.
b. Earnings/Accrual Measures
5
Stock market price berusaha untuk mencerminkan perubahan nilai
aset pada saat terjadinya perubahan baik perubahan atas kerugian maupun
keuntungan dalam nilai asset- stock return tetap berusaha untuk
melaporkannya sesuai dengan waktunya. Basu (1997) menyatakan bahwa
konservatisme menyebabkan kejadian-kejadian yang merupakan kabar
buruk atau kabar baik terefleksi dalam laba yang tidak sama (asimetri
waktu pengakuan). Hal ini disebabkan karena salah satu definisi
konservatisme menyebutkan bahwa kejadian yang diperkirakan akan
menyebabkan kerugian bagi perusahaan dan harus segera diakui sehingga
mengakibatkan kabar buruk lebih cepat terefleksi dalam laba
dibandingkan kabar baik. Basu (1997) memprediksi bahwa pengembalian
saham dan penghasilan cenderung mencerminkan kerugian dalam periode
yang sama, tapi pengembalian saham mencerminkan keuntungan lebih
cepat daripada earnings.
6
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan keuangan perusahaan yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Struktur Kepemilikan
Kemungkinan suatu perusahaan berada pada posisi tekanan keuangan
juga banyak dipengaruhi oleh struktur kepemilikan perusahaan tersebut.
Struktur kepemilikan tersebut menjelaskan komitmen dari pemiliknya
untuk menyelamatkan perusahaan. Struktur kepemilikan antara lain dapat
berupa kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kepemilikan
asing.
Deng dan Wang (2006) dalam Fachrudin (2008: 42) menuliskan dua
argumen mengenai peran kepemilikan manajerial dalam tata kelola
perusahaan – convergence of interest (pemusatan kepentingan) atau
managerial entrenchment (pertahanan manajerial). Ketika kepemilikan
manajerial meningkat, dorongan untuk menggelapkan sumber daya
perusahaan menurun. Hipotesis pemusatan kepentingan (convergence-of-
interest) Jensen and Meckling mendukung argumen ini. Mereka
memandang bahwa manajer mengalokasikan sumber daya perusahaan
untuk memuaskan kepentingan diri sendiri, yang dengan begitu
mengganggu kepentingan pemegang saham diluar manajemen tersebut
(outside shareholder). Kepemilikan manajerial, bagaimanapun, dapat
menyatukan kepentingan pemegang saham dari dalam dan dari luar
manajemen. Sebaliknya, ketika manajer mengontrol cukup kepemilikan
untuk mendominasi dewan, mereka dapat mengambil alih dari para
pemegang saham tanpa khawatir posisi dan kompensasinya terancam.
Semakin besar kepemilikan manajerial dan lebih banyak hak voting yang
dikontrol oleh manajemen, semakin kecil kemungkinan terjadi hostile
takeover, yang konsekuensinya memperkuat pertahanan manajerial
(managerial entrenchment). Semakin besar proporsi kepemilikan manajer,
semakin kecil kemampuan para pemegang saham untuk menekan mereka
dalam tindakan untuk kepentingannya.
Kepemilikan institusional dari pihak luar berfungsi sebagai external
monitoring. Kepemilikan institusional ini berpengaruh positif terhadap
pengambilan keputusan perusahaan, dan berhubungan positif dengan
kemungkinan survive perusahaan kesulitan keuangan (Parker, et al., 2002)
dalam Fachrudin (2008: 42).
Penelitian yang dilakukan oleh Classens, et al. (1999) mengenai
struktur kepemilikan di Republik Ceko menyatakan bahwa nilai suatu
perusahaan akan lebih tinggi apabila perusahaan tersebut dimiliki oleh
lembaga keuangan yang disponsori oleh bank. Hal ini menjelaskan bahwa
bank, sebagai pemilik perusahaan, akan menjalankan fungsi
monitoringnya dengan lebih baik dan investor percaya bahwa bank tidak
akan melakukan ekspropriasi atas aset perusahaan. Selain itu, apabila
perusahaan tersebut dimiliki oleh perbankan maka apabila perusahaan
tersebut menghadapi masalah keuangan maka perusahaan akan lebih
mudah mendapatkan suntikan dana dari bank tersebut. Classens et al.
(1999) menyatakan bahwa kepemilikan oleh bank akan menurunkan
kemungkinan perusahaan mengalami kebangrutan. Namun, apabila
struktur kepemilikan perusahaan dimiliki oleh dewan direksi atau dewan
komisarisnya maka dewan tersebut justru akan cenderung melakukan
tindakan-tindakan ekspropriasi yang menguntungkannya secara pribadi
7
Oleh karena itu dengan kepemilikan perusahaaan dimiliki oleh
direksi semakin meningkat maka keputusan yang diambil oleh direksi akan
lebih cenderung untuk menguntungkan dirinya dan secara keseluruhan
akan merugikan perusahaan sehingga kemungkinan nilai perusahaan akan
cenderung mengalami penurunan.
8
9
Hipotesis
10
Tabel 4.1
Variabel-variabel untuk uji pooling
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a KKP -.983 .236 17.342 1 .000 .374
D1_KKP .250 .335 .558 1 .455 1.284
D2_KKP -.043 .368 .014 1 .907 .958
D3_KKP .359 .328 1.193 1 .275 1.431
D1 -.188 .532 .125 1 .723 .828
D2 -.140 .543 .066 1 .797 .869
D3 -.468 .517 .818 1 .366 .626
Constant 1.869 .383 23.802 1 .000 6.484
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS
Tabel 4.2
Hosmer and Lemeshow’s
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 4.413 8 .818
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS
d. Wald Statistic
Dari tabel dibawah dapat dilihat bahwa variabel kesulitan keuangan
memiliki nilai signifikan dibawah 5%, oleh karena itu, hipotesis nol yang
menyatakan β = 0 atau tingkat kesulitan keuangan tidak mempengaruhi
peluang perusahaan menerapkan konservatisme akuntansi ditolak. Dengan
kata lain, hipotesis alternatif yang menyatakan kesulitan keuangan perusahaan
11
mempengaruhi peluang perusahaan menerapkan konservatisme akuntansi
diterima.
Tabel 4.3
Wald Statistic
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
a
Step 1 KKP .834 .121 47.381 1 .000 2.303
Constant 1.663 .184 81.770 1 .000 5.273
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS
Tabel 4.4
Nagelkerke’s R square
Model Summary
-2 Log Cox & Snell Nagelkerke R
Step likelihood R Square Square
1 532.425a .137 .189
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS
12
Ln (Pi/(1-Pi)) = -1,956 - 0,870 KEP – 3,570 GPM + 5,328
DEBT
P-Value = (0, 066) (0, 457) (0, 019) (0,000)
Tabel 4.5
Variabel-variabel untuk uji pooling
13
Nilai probabilitas Hosmer and Lemeshow’s goodness of fit test masing-
masing tahun dari 2005-2008 adalah sebesar 0.288, 0.519, 0.928, dan 0.767.
Nilai signifikan ini berada diatas 5% sehingga hipotesis nol, yang menyatakan
model yang dihipotesakan fit dengan data, tidak ditolak atau dengan kata lain,
model regresi logistik tersebut dapat digunakan untuk penelitian.
Tabel 4.6
Hosmer and Lemeshow’s
14
lebih besar daripada nilai χ2 maka hipotesis nol ditolak dan model dengan
penambahan variabel bebas kedalam model memperbaiki model.
d. Wald Statistic
Dari tabel dibawah dapat dilihat bahwa variabel GPM dan DEBT yang
merupakan proksi dari variabel kinerja keuangan perusahaan memiliki nilai
signifikan dibawah 5% untuk setiap tahunnya dari 2005-2008, oleh karena itu,
hipotesis nol yang menyatakan β = 0 atau kinerja keuangan perusahaan tidak
mempengaruhi peluang perusahaan mengalami kesulitan keuangan ditolak.
Dengan kata lain, hipotesis alternatif yang menyatakan kinerja keuangan
perusahaan mempengaruhi peluang perusahaan mengalami kesulitan keuangan
perusahaan diterima. Hal ini bertentangan dengan variabel struktur
kepemilikan yang memiliki nilai signifikan diatas 5% untuk setiap tahun
pengamatan yang mengartikan bahwa hipotesis nol tidak ditolak sehingga
struktur kepemilikan, dalam penelitian ini berupa kepemilikan institusional,
tidak berpengaruh terhadap peluang perusahaan mengalami kesulitan
keuangan.
e. Nagelkerke’s R square
Nilai Nagelkerke’s R square menjelaskan seberapa besar variabilitas
variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Oleh karena itu, untuk
tahun 2005 nilai Nagelkerke’s R square sebesar 24,9% menyatakan bahwa
24,9% variabilitas kesulitan keuangan perusahaan dapat dijelaskan oleh
variabel bebas yaitu kinerja keuangan perusahaan dan struktur kepemilikan.
Dengan demikian, sebesar 75,1% varians kesulitan keuangan perusahaan
belum dijelaskan oleh model dalam penelitian ini. Hal yang sama juga berlaku
untuk tahun-tahun lainya, yaitu pada tahun 2006 dengan nilai Nagelkerke’s R
square sebesar 22,6%, tahun 2007 dengan nilai Nagelkerke’s R square sebesar
15,3%, dan tahun 2008 dengan nilai Nagelkerke’s R square sebesar 44,5%.
Tabel 4.8
Nagelkerke’s R square
Model Summary
-2 Log Cox & Snell Nagelkerke R
Tahun
likelihood R Square Square
2005 134.483a .185 .249
2006 140.446a .169 .226
2007 141.026a .112 .153
2008 113.864a .333 .445
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS
15
Hasil Penelitian
16
menjadi tidak berpengaruh terhadap peluang perusahaan mengalami kesulitan
keuangan.
17
kinerja keuangan perusahaan dengan proksi leverage memiliki pengaruh
positif terhadap tingkat kesulitan keuangan perusahaan.
Sedangkan saran-saran yang dianjurkan oleh penulis dalam penelitian ini antara
lain:
1. Bagi Investor
Investor dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk mengetahui
peluang perusahaan mengubah tingkat konservatisme akuntansinya apabila
sedang dalam kondisi kesulitan keuangan. Selain itu, investor dapat
menggunakan kinerja keuangan dengan ukuran profitability dan leverage
perusahaan untuk mengetahui peluang perusahaan mengalami kesulitan
keuangan sehingga investor mendapatkan salah satu masukan bermanfaat
untuk mengambil suatu keputusan untuk berinvestasi.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi
akademisi untuk mendukung ilmu akuntansi khususnya akuntansi keuangan
seperti untuk menguji apakah suatu teori yang berkaitan dengan ilmu
akuntansi masih relevan dan untuk mendukung hasil penelitian sebelumnya
dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Mengubah proksi yang digunakan untuk mengukur struktur kepemilikan
saham perusahaan misalnya dengan kepemilikan asing, kepemilikan oleh bank
atau lembaga keuangan, atau kepemilikan lainnya agar struktur kepemilikan
saham perusahaan dapat diidentifikasikan.
4. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan yang bermanfaat bagi
perusahaan untuk mengetahui salah satu faktor yang mengubah tingkat
konservatisme akuntansi. Selain itu, perusahaan perlu memantau kinerja
keuangannya dengan proksi profitability dan leverage agar tindakan preventif
terhadap peluang kebangkrutan suatu perusahaan dapat dilakukan.
18
Daftar Pustaka
19
Givoly, D. dan Carla Hayn (2000), “The changing time-series properties of earnings,
cash flows and accruals: Has financial reporting become more conservative?”,
Journal of Accounting and Economics, Agustus Vol. 29.
Givoly, Dan and Carla Hayn (2002), “Rising Conservatism: Implications for
Financial Analysis”, Financial Analysts Journal, Jan/Feb Vol. 58.
Gujarati, Damodar N. (1995), Basic Econometrics, Edisi 3, Singapore: McGraw-Hill.
Hair, Joseph F. et al. (1998), Multivariate Data Analysis, Edisi 5, New Jersey:
Prentice-Hall.
Hastoni (2004), “Evaluasi Atas Akuntansi Persedian dan Pengaruhnya terhadap
Laba Rugi Dalam Laporan Keuangan PD.USAHA MEUBEL”, Jurnal Ilmiah
Ranggagading, Vol. 4.
Hendriksen, Eldon S, dan Michael F. Van Breda (2000), Teori Akunting, Edisi
Kelima, Jilid 1, Terjemahan oleh Herman Wibowo, Batam, Interaksara.
Hendriksen, Eldon S, dan Michael F. Van Breda (2002), Teori Akunting, Edisi
Kelima, Jilid 2, Terjemahan oleh Herman Wibowo, Batam, Interaksara.
Hong-xia Li, Wang Zong-jun, & Deng Xiao-lan (2007), “Ownership, independent
directors, agency costs and financial distress: evidence from Chinese listed
companies”, Corporate Governance, Vol. 8.
Ikatan Akuntasi Indonesia (2007), Standar Akuntansi Indonesia, Jakarta: Salemba
Empat.
Imam Ghozali (2006), Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi 4,
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Institute for Financial and Business Research (2006), Indonesian Capital Market
Directory, Jakarta: ECFIN.
Institute for Financial and Business Research (2007), Indonesian Capital Market
Directory, Jakarta: ECFIN.
Institute for Financial and Business Research (2008), Indonesian Capital Market
Directory, Jakarta: ECFIN.
Institute for Financial and Business Research (2009), Indonesian Capital Market
Directory, Jakarta: ECFIN.
Jensen, M.C., and W. H. Meckling (1976), “Theory of the firm: managerial behavior,
agency costs and ownership structure”, Journal of Financial Economics,
October Vol. 3.
Jogiyanto Hartono dan Syaiful Ali (2002), “Pengaruh Pemilihan Metode Akuntansi
terhadap Tingkat Underpricing Saham Perdana”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, Vol. 17.
Khaira Amalia Fachrudin (2008), ”Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Personal”,
Medan: USU Press.
Kiryanto dan Edy Suprianto (2006), ”Pengaruh Moderasi Size Terhadap Hubungan
Laba Konservatisma Dengan Neraca Konservatisma”, Simposium Nasional
Akuntansi 9.
Lodovicus Lasdi (2008), Paper: ”Determinan Konservatisma Akuntansi”, The 2nd
National Conference UKWMS Surabaya 6 September 2008.
Lisnawati (2006), Skripsi: “Pengaruh tingkat kesulitan keuangan, Growth, dan Size
Perusahaan Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, IBII (Tidak
Dipublikasikan).
M. Arief Ujiyantho dan Bambang Agus Pramuka (2007), ”Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”, Simposium Nasional
Akuntansi 10.
20
Nachrowi D. Nachrowi dan Hardius Usman (2002), Penggunaan Teknik Ekonometri,
Edisi 1, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Nachrowi D. Nachrowi dan Hardius Usman (2006), Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Jakarta.
Penman, Stephen H. dan Xiao Jun Zhang (2002), ”Accounting Conservatism, The
Quality of Earnings and Stock Returns”, sumber: http://papers.ssrn.com.
Ratna Wardhani (2006), “Mekanisme Corporate Governance Dalam Perusahaan
Yang Mengalami Permasalahan Keuangan (Financially Distressed Firms)”,
Simposium Nasional Akuntansi 9.
Scott, William R. (1997), Financial Accounting Theory, Toronto: Prentice Hall.
Sekar Mayangsari dan Wilopo (2002), “Konservatisme Akuntansi, Value Relevance
dan Discretionary Accruals: Implikasi Empiris Model Feltham-Ohlson
(1996)”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, September Vol. 5.
Suwardjono (2008), Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan,
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Tatang Ary Gumanti (2002), “Pilihan-Pilihan Akuntansi dalam Aplikasi Teori
Akuntansi Positif”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Juni Vol. 6.
Tony Wijaya (2009), Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS, Yogyakarta:
Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Watts, R. L. (2002), Paper: “Conservatism in Accounting”, 16 December University
of Rochester.
Watts, R. L. (2003a), Paper: “Conservatism in Accounting Part I: Explanations and
Implications”, 16 May University of Rochester.
Watts, R. L. (2003b), Paper: “Conservatism in Accounting Part 2: Evidence and
Research Opportunities”, 21 August University of Rochester.
Watts, Ross L., & Jerold L. Zimmerman (1986), Possitive Accounting Theory, New
Jersey: Prentice Hall.
Wolk, Henry L. dan Michael G. Tearney (1997), Accounting Theory A Conceptual
and Institutional Approach, Edisi 4, Ohio: South Western College Publishing.
www.bankruptcyaction.com/insolart1.htm
www.idx.co.id
21