REAL in Nursing Journal (RNJ) : Relaksasi Autogenik Menurunkan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Volume 1, No.

3
Desember 2018

REAL in Nursing Journal (RNJ)


Research of Education and Art Link in Nursing Journal

https://ojs.fdk.ac.id/index.php/Nursing/index

Relaksasi Autogenik Menurunkan Kadar Gula


Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

Aria Wahyuni, Imelda Rahmayunia Kartika


& Amira Pratiwi

Program Studi Pendidikan Ners


STIKes Fort de Kock Bukittinggi, Indonesia
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 3
Wahyuni, A., Kartika, IR & Pratiwi, A. (2018). RNJ. 1(3) : 133-140

Relaksasi Autogenik Menurunkan Kadar Gula Darah Pasien


Diabetes Melitus Tipe 2
REAL in Aria Wahyuni, Imelda Rahmayunia Kartika & Amira Pratiwi
Nursing
Journal (RNJ)
Research of E duc ation and Art Link in Nursing J ournal

ABSTRACT
https://ojs.fdk.ac.id/inde Diabetes Mellitus (DM) is a group of metabolic diseases characterized by
x.php/Nursing/index
hyperglycemia resulting from a lack of insulin secretion, insulin action, or
both. The aim of the study was to determine the effect of autogenic
relaxation on the reduction of blood sugar levels in Type 2 Diabetes Mellitus
Patients. The research design used was Quasi Experimental with the
Keywords: Pretest-Posttest approach method. This research was conducted in one of
Type 2 Diabetes Mellitus, the work areas of the health center in the city of Bukittinggi in June-July
Blood Sugar Level, 2108. The population of this study was all patients with type 2 DM totaling
Autogenic Relaxation 150 people while the samples taken were 15 people with a purposive
sampling technique. The analysis used is univariate and bivariate analysis
Korespondensi: using the dependent t-test. The results of this study found that the average
Aria Wahyuni blood sugar level before the autogenic relaxation intervention was 214.4
[email protected] gr/dl, the average blood sugar level after autogenic relaxation was 205 gr/dl
with a p value = 0,000 meaning that there was an effect of autogenic
Stikes Fort De Kock relaxation on decreasing levels blood sugar in type 2 DM patients. The
Bukittinggi recommendation of this study is to continue this study with a large sample
and with long and periodic interventions.

ABSTRAK

Diabetes Mellitus (DM) adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia yang dihasilkan
dari kurangnya sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya. Tujuan penelitian untuk mengetahui Pengaruh
Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Desain
penelitian in adalah Quasy Experimental dengan metode pendekatan Pretest – Postest. Penelitian ini dilakukan
di salah satu wilayah kerja puskesmas di kota Bukittinggi pada bulan Juni-Juli 2108. Populasi penelitian ini
adalah seluruh pasien DM tipe 2 berjumlah 150 Orang sedangkan sampel yang diambil berjumlah 15 orang
dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan
bivariat menggunakan uji t-test dependen. Hasil penelitian ini didapatkan rata-rata kadar gula darah sebelum
intervensi relaksasi autogenik adalah 214,4 gr/dl, rata-rata kadar gula darah sesudah relaksasi autogenik adalah
205 gr/dl dengan nilai p value= 0,000 artinya ada pengaruh relaksasi autogenik terhadap penurunan kadar gula
darah pada pasien DM tipe 2. Rekomendasi penelitian ini agar penelitian ini dilanjutkan dengan sampel yang
banyak dan dengan intervensi yang lama dan berkala.

Kata Kunci : Diabetes Melitus Tipe 2, Kadar Gula Darah, Relaksasi Autogenik

133 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 3
Wahyuni, A., Kartika, IR & Pratiwi, A. (2018). RNJ. 1(3) : 133-140

PENDAHULUAN tahun 2013, melalui wawancara untuk


Diabetes Mellitus (DM) adalah kelompok mendapatkan proporsi di usia 15 tahun keatas,
penyakit metabolik yang ditandai dengan yaitu proporsi penduduk yang pernah
hiperglikemia yang dihasilkandari cacat sekresi didiagnosis menderita kencing manis oleh
insulin, aksi insulin, atau keduanya (ADA, dokter (D) dan penduduk yang belum pernah
2014). Diabetes Mellitus adalah gangguan didiagnosis menderita kencing manis oleh
metabolisme yang secara genetis dan klinis dokter, tetapi dalam satu bulan terakhir sering
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa mengalami gejala lapar, sering haus, sering
hilangnya toleransi karbohidrat (Price & Wilson, buang air kecil, dengan jumlah banyak dan
2013). Menurut WHO pada tahun 2014, berat badan turun (D/G). Prevelensi diabetes
prevelensi DM tertinggi terdapat di wilayah mellitus di Sumatra Barat sebanyak 1,8%
Pasifik Barat diperkirakan dari tahun 2015 – pernah didiagnosis menderita kencing manis
2040 sebanyak 153,2 – 214,8 juta jiwa dan oleh dokter atau belum pernah didiagnosis
yang terendah terdapat di wilayah Afrika pada menderita kencing manis oleh dokter tetapi
tahun 2015 – 2040 sebanyak 29,6 – 34,2 juta dalam satu bulan terakhir mengalami gejala
jiwa. Pada tahun 2015, International Diabetes sering lapar, sering haus, sering buang air kecil,
Federation (IDF) menyebutkan bahwa jumlah dengan jumlah banyak dan berat badan turun
penderita diabetes semakin meningkat. Dari (D/G). Sedangkan prevelensi yang pernah
220 negara di seluruh dunia, jumlah penderita didiagnosis menderita kencing manis oleh
diabetes mengalami kenaikan empat kali lipat dokter (D) adalah sebanyak 1,3 %. Dilihat dari
dari 415 juta orang di tahun 2015 menjadi 642 prevelnsi diabetes di Indonesia sebanyak 2,1%
juta pada tahun 2040. Prevelensi DM di Asia (D/G) dan 1,5% (G) angka prevelensi Indonesia
Tenggara Negara yang memiliki angka mendakati angka prevelensi diabetes mellitus
penderita diabetes tertinggi yaitu Negara yang ada di Sumatra Barat sebanyak 1,8%
Malaysia 16,6%, Singapura 12,8%, Thailand 8 (D/G) dan 1,3% (G) (Riskesdas, 2013)
% dan Indonesia sebanyak 6,2%. Prevelensi
DM di Asia Tenggara terus meningkat tiap Diabetes mellitus adalah salah satu golongan
waktunya terutama prevelensi pada orang penyakit tidak menular. Untuk mengendalikan
dewasa yang terkena diabetes terus meningkat komplikasi yang terjadi maka diperlukan upaya
dari 4,1 % menjadi 8,6 % pada tahun 2014. pengendalian diabetes melalui program gaya
Negara Indonesia menepati posisi ke tujuh hidup sehat. Program kesehatan yang
dengan jumlah penderita diabetes sebanyak dimaksud bertujuan untuk mengurangi faktor
10,0 juta, dari sepuluh Negara yaitu, China, risiko pada penyakit diabetes yaitu program
India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, Meksiko, PATUH dan CERDIK. Arti dari program PATUH
Indonesia, Mesir, Jepang, dan Bangladesh. adalah pemeriksan kesehatan secara rutin dan
ikuti anjuran dokter (P), atasi penyakit dengan
Diabetes dengan komplikasi merupakan pengobatan yang tepat dan teratur (A), tetap
penyebab kematian ketiga tertinggi di Indonesia diet sehat dengan gizi seimbang (T), upayakan
setelah penyakit stroke 21,1%, dan penyakit beraktivitas fisik dengan aman (U), hindari
jantung koroner 12,7%. Jenis diabetes yang rokok, alkohol dan zat karsinogenik lainnya (H).
paling banyak di derita oleh orang Indonesia Sedangkan arti dari cerdik yaitu, cek kondisi
adalah jenis diabetes tipe dua. Berdasarkan secara berkala (C), enyahkan asap rokok (E),
data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) rajin aktivitas fisik (R), diet sehat dengan kalori

134 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 3
Wahyuni, A., Kartika, IR & Pratiwi, A. (2018). RNJ. 1(3) : 133-140

seimbang (D), istirahat yang cukup (I), mempunyai efek metabolik meningkatkan
kendalikan stres (K) (Kemenkes, 2014) kosentrasi glukosa darah dengan
menggunakan simpanan protein dan lemak
Menurut Konsensus Pengelolaan dan yang mengakibatkan penekanan sistem imun
Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia pada tahun tubuh. Selain hormon kortisol, hormon yang
2015, penatalaksanaan dan pengelolahan juga berperan dalam mekanisme stres yaitu
diabetes diarahkan kepada empat pilar hormon glukagon – insulin. Stimulus utama
penatalaksanaan diabetes, yaitu edukasi, terapi untuk sekresi insulin adalah peningkatan
gizi medis, latihan jasmani dan intervensi glukosa darah, sebaliknya efek utama insulin
farmakologis. Keberhasilan dalam tatalaksana adalah menurunkan kadar glukosa darah.
tersebut, dapat dicapai dengan pemantauan Apabila insulin tidak dengan sengaja dihambat
berkala untuk glukosa darah dan faktor risiko selama respon stres, hiperglikemia yang
yang akan mungkin terjadi melalui pengajaran ditimbulkan oleh stres akan merangsang
perawatan mandiri dan perubahan prilaku sekresi insulin untuk menurunkan kadar
(PERKENI, 2015). Penatalaksanaan yang glukosa. Akibatnya peningkatan kadar glukosa
lainnya melalui salah satu bentuk latihan darah tidak dapat dipertahankan dan
jesmani dengan melakukan relaksasi terhadap menimbulkan ketegangan – ketegangan pada
tubuh, relaksasi yang dapat mengantarkan bagi tubuh. Dengan melakukan relaksasi dapat
penderita diabetes lepas dari kecanduan gula menurunkan kadar gula darah dengan
serta membuat seluruh hormon yang menagtur pelepsan – pelepasan hormon (Kadir, 2013)
sistem tubuh dapat bekerja secra optimal
(Lingga, 2012). Data yang di dapatkan dari Dinas Kesehatan
(Dinkes) pada tahun 2017, di kota Bukittinggi di
Relaksasi Autogenik adalah satu set latihan dapatkan data jumlah penderita diabetes
mudah mental yang menggunakan frase yang sebanyak 1,499 jiwa dengan DM tipe 1 dan tipe
ditunjuk yang diulang-ulang sebagai 2. Berdasarkan survey awal yang dilakukan
pengalaman diam sambil duduk atau berbaring pada tanggal 27 Oktober 2017 jumlah pasien
di tertentu, didukung dan postur netral (Bird, DM tipe 2 di salah satu Puskesmas yang ada di
2006). Menurut Limbong, Jaya, & Ariani, kota Bukittingi sebanyak 40 pasien laki – laki
(2015) mengatakan bahwa relaksasi autogenik dan 110 pasien pada wanita. Dari hasil
dapat menurunkan kadar gula darah dan wawancara dengan petugas puskesmas,
tekanan darah pada pasien diabetes mellitus petugas menyampaikan bahwa belum
dan hipertensi. Relaksasi di perkirakan bekerja diterapkannya relaksasi autogenik pada pasien
dengan pengaturan hormon kortisol dan DM khususnya DM tipe 2. Pihak peskesmas
hormon stress lainnya. Di Indonesia juga telah mengatakan bahwa untuk pasien dengan
dilakukan penelitian relaksasi autogenik. penyakit diabetes mellitus yang datang ke
relaksasi hipnoterapi dan otogenik menurunkan puskesmas mereka hanya memberikan terapi
cemas pada pasien DM tipe 2 (Puspitasari, obat serta memberikan pendidikan kesehatan
Ismonah, & Arif, 2016) tentang penyakit diabetes dan pengaturan
makan yang seimbang serta aktivitas fisik yang
Mekanisme terjadinya stres yaitu, adanya dilakukan dirumah.
hormon – hormon yang mempengaruhi kerja
insulin, seperti hormon kortisol yang

135 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 3
Wahyuni, A., Kartika, IR & Pratiwi, A. (2018). RNJ. 1(3) : 133-140

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dengan teknik pengambilan sampel adalah
peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut purposive sampling dan kriteria sampel pasien
mengenai “ Pengaruh Relaksasi Autogenik DM tipe 2 yang tidak memiliki komplikasi
terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada penyakit lanjutan.
Pasien Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2”.
Prosedur dan Instrumen Penelitian
METODE PENELITIAN Relaksasi autogenik diberikan selama tujuh hari
Desain penelitian dimana dilakukan dua kali sehari. Sebelum dan
Penelitian bersifat quasi eksperiment dengan sesudah dalam sehari dilakukan teknik
pendekatan pre post test yaitu membandingkan relaksasi autogenik kadar gula darah pasien di
antara Kadar Gula Darah sebelum dan sesudah ukur menggunakan alat pengukur gula darah
relaksasi autogenik yang sudah dikalibrasi.
Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di salah satu puskesmas Analisa Data
yang ada di Kota Bukittinggi pada bulan Juni Analisa penelitian menggunakan dua tahap
2018 yaitu univariat dan bivariat dengan
Populasi dan Sampel menggunakan uji t test dependent.
populasi penelitian adalah pasien DM tipe 2
yang berkunjung di puskesmas sebnyak 150 HASIL PENELITIAN
orang kunjungan pasien DM tipe 2, sedangkan Penelitian dilakukan pada 15 orang pasien DM
sampel yang diambil sebanyak 15 orang tipe 2 dengan hasil sebagai berikut

Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Variabel f % Mean (SD) Mn-Max
Jenis Kelamin
Laki-Laki 6 40%
Perempuan 9 60%

Usia 53.3 (0.71) 47-59

Tabel 2 Rata-rata Kadar Gula Darah Sebelum Dan Sesudah Relaksasi Autogenik Pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2
Variabel Mean Min-Max SD
Sebelum relaksasi autogenik 214.4 173-255 24.17
Sesudah relaksasi autogenik 205 169-245 22.59

Tabel 3 Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes
Meliitus Tipe 2
Variabel Mean different N T Df p value
Kadar Gula Darah Sebelum dan
9.4000 15 10.280 14 0,001
Sesudah Relaksasi Autogenik

136 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 3
Wahyuni, A., Kartika, IR & Pratiwi, A. (2018). RNJ. 1(3) : 133-140

Karateristik berdasarkan jenis kelamin antara umur dan kadar gula darah pasien DM
didapatkan bahwa sebagian besar pasien DM tipe 2. Limbong et al., (2015) rentang umur pada
tie 2 berjenis kelamin perempuan sebesar 9 penelitiannya berada pada 40-65 tahun. Berbeda
orang (60%) dan laki-laki sebesar 6 orang dengan penelitian yang dilakukan oleh rentang
(40%). Umur pasien DM Tipe 2 didapatkan umur berada pada 60-74 tahun. Dari berbagai
rata-rata 53.3 tahun dengan nilai min-maks penelitian diatas maka pasien DM tipe 2 muncul
47-59 tahun dan SD 0.71. pada saat seseorang berumur diatas 40 tahun.

Rata-rata kadar gula darah sebelum relaksasi Karakteristik berdasarkan jenis kelamin dalam
autogenik pada pasien DM tipe 2 adalah penelitian ini ditemukan bahwa pasiennya
214.4 gr/dl dengan standar deviasi 24.17 sebagian besar berjenis kelamin laki-laki.
gr/dl. Nilai minimal sebelum 173 gr/dl dan nilai Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni & Arisfa
maksimal sebelum 255 gr/dl. Rata-rata kadar (2016) proporsi jenis kelamin laki laki dan
gula darah sesudah relaksasi autogenik pada perempuan sama banyak. Berbeda dengan
pasien DM tipe 2 adalah 205 gr/dl dengan penelitian Nurhayati et al., (2015) tentang jenis
standar deviasi 22.59 gr/dl. Nilai minimal kelamin didapatkan bahwa sebagian besar
sesudah169 gr/dl dan nilai maksimal sesudah responden berjenis kelamin perempuan dengan
245 gr/dl. Perbedaan rata-rata kadar gula alasan bahwa perempuan dengan rentang umur
darah pasien DM tipe 2 adalah 9.4 gr/dl. Hasil 46-55 tahun akan mengalami menopause yang
uji statistik didapatkan nilai Pvalue 0.001 mempengaruhi peningkatan hormon progesteron
artinya ada pengaruh yang signifikan antara yang beresiko menyebabkan retensi insulin.
Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan
Relaksasi Autogenik Pada Pasien Diabetes dengan Junaidin, (2018) dan penelitian
Mellitus Tipe 2 Puspitasari et al., (2016) didapatkan sebagian
besar responden DM berjenis kelamin wanita.
PEMBAHASAN Lebih lanjut penelitian yang dilakukan oleh
Karakteristik berdasarkan umur dalam penelitian Setyawati (2010) didapatkan bahwa tidak ada
ini ditemukan bahwa umur pasien berada dalam hubungan yang signifikan antara jenis kelamin
rentang 47-59 tahun. Menurut teori bahwa salah dan kadar gula darah
satu penyebab terjadinya peningkatan glukosa
darah adalah umur hal ini dikarenakan adanya Rata-rata kadar gula darah pasien DM tipe 2
resistensi insulin dan intoleransi glukosa oleh sebelum dilakukan relaksasi autogenik adalah
karena faktor degeneratif yaitu menurunnya 214.4 gr/dl menurun menjadi 205 gr/dl setelah
fungsi tubuh untuk metabolisme glukosa darah dilakukan relaksasi autogenik. Penurunan kadar
(Sudoyo, Sutiyahadi, Alwi, Simadibrata, & Setiati, gula darah ini disebabkan karena suatu proses
2006). Hasil ini juga sama dengan penelitian relaksasi dimana teknik relaksasi dapat
yang dilakukan Nurhayati, Puguh, & Purnomo membantu mencegah atau menimbulkan gejala
(2015) yaitu hampir setengah dari responden fisik akibat stres ketika tubuh bekerja berlebihan
penelitian ini rentang umurnya yaitu 46-55 tahun. dalam menyelesaikan masalah sehari hari
Penelitian yang dilakukan oleh Setyawati (2010) (Widyastuti, Palupi, & Yulianti, 2004). Relaksasi
didapatkan bahwa rentang umur responden adalah metode masuk ke batin bawah sadar
adalah 40-65 tahun namun analisa lebih lanjut pasien melalui kekuatan pengulangan afirmasi
didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan atau sugesti berupa doa atau bacaan apapun di

137 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 3
Wahyuni, A., Kartika, IR & Pratiwi, A. (2018). RNJ. 1(3) : 133-140

dalam hati yang bisa memberi keyakinan yang dengan hiperglikemia pada DM tipe 2, sehingga
tinggi bagi penggunannya (Proworo, 2011) relaksasi autogenik memberikan manfaat
sebagai intervensi keperawatan dalam
Kata otogenik berarti pengaturan diri atau menurunkan gula darah. Hal tersebut telah
pembentukan diri sendiri. Kata ini juga dapat banyak dibuktikan oleh berbagai penelitian yang
berarti tindakan yang dilakukan diri sendiri. Istilah sudah dilakukan oleh Setyawati (2010) dengan
otogenik secara spesifik menyiratkan bahwa hasil bahwa relaksasi autogenik berpengaruh
anda memiliki kemampuan untuk mengendalikan dalam menurunkan kadar gula darah pada
beragam fungsi tubuh, seperti frekuensi jantung, pasien DM tipe 2.
tekanan darah, dan aliran darah. (Widyastuti et
al., 2004) Relaksasi autogenik merupakan salah Penelitian Martina Limbong & Sumantrie (2019)
satu bentuk mind body therapy sebgai salah satu didapatkan bahwa relaksasi autogenik signifikan
klasifikasi dari Complementary Alternative menurunkan kadar gula darah pada 31 pasien
Medicine dimana mind body therapy DM tipe 2. Penelitian lain yang hampir sama
menggunakan keyakinan bahwa pikiran dengan relaksasi autogenik yaitu relaksasi
mempengaruhi tubuh melalui konsep self healing progresif juga ditemukan bahwa ada pengaruh
(Setyawati, 2010). Manfaat relaksasi autogenik signifikan dalam menurunkan kadar gula darah
dapat digunakan untuk memberikan pendekatan pasien DM tipe 2 (Safitri & Putriningrum, 2019).
non-obat untuk berbagai kondisi fisik dan Mukarrama (2015) dalam penilitiannya
emosional yang berhubungan dengan stres atau didapatkan bahwa relaksasi autogenik
untuk mendukung dan meningkatkan kemajuan berpengaruh menuurunkan gula darah dengan
dengan terapi lain. seilish angka penurunan 10.32 gr/dl

Penanganan yang dapat dilakukan yaitu dengan Di sisi lain penelitian yang dilakukan oleh
relaksasi autogenik adalah teknik relaksasi yang Nurhayati et al. (2015) menyimpulkan bahwa
mendalam kuat dan ilmiah divalidasi yang hipnoterapi lebih efektif menurunkan kecemasan
memberdayakan diri sendiri untuk mengurangi pasien DM tipe 2 dibanding dengan relaksasi
stres dan kecemasan dalam hitungan menit. autogenik. Selain itu penelitian Puspitasari et al.,
Dengan secara teratur berlatih sederhana (2016) juga berpendapat bahwa Guided Imagery
autogenik latihan relaksasi dan kesadaran lebih efektif dibandingkan relaksasi autogenik
tubuh, relaksasi autogenik membawa seseorang dalam menurunkan kecemasan pasien DM tipe
dapat belajar untuk mematikan tubuh 'fight or 2. Meditasi juga dianggap efektif menurunkan
flight' stres respon dan beralih pada 'respon kadar gulah darah selama 16 minggu (Paul-
relaksasi'. Respon relaksasi adalah keadaan fisik Labrador et al., 2006)
yang membalikkan respon stres ketika bahaya Keterbatasan penelitian ini adalah peneliti hanya
yang dirasakan telah berlalu (Rodin, 2007). memberi satu intervensi relaksasi otogenik saja
Kiran, Beari, Venugopal, Vivekanandhan, & sedangkan banyak reklaksasi yang dapat
Pandie (2005) juga menyatakan bahwa neuro menurunkan kadar gukosa darah. Selain itu wktu
endokrin dan neuro kimia berespon terhadap penelitian yang digunakan singkat sehingga
relaksasi autogenik. Neuro endokrin berespon penurunan kadar gula darah hanya sedikit.
pada relaksasi autogenik dengan meregulasi
hormon kortisol dan hormon stres lainnya. SIMPULAN
Dinyatakan juga bahwa stres berhubungan erat

138 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 3
Wahyuni, A., Kartika, IR & Pratiwi, A. (2018). RNJ. 1(3) : 133-140

Penelitian yang dilakukan pada 15 orang pasien The Effect of Autogenic Relaxation on
DM tipe 2 didapatkan rata-rata kadar gula darah Chronic Tension Headache and in
sebelum relaksasi autogenik adalah 214,4 gr/dl Modulating Cortisol Response. Indian
dengan standar deviasi 24,1 gr/dl. Rata-rata Journal Anaesth, 49(6), 2005.
kadar gula darah sesudah relaksasi autogenik Limbong, Martalina, Jaya, R. D., & Ariani, Y.
adalah 205 gr/dl dengan standar deviasi 22,58 (2015). Pengaruh relaksasi autogenik
gr/dl. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value terhadap kadar glukosa darah pada pasien
0.001 artinya ada pengaruh yang signifikan diabetes melitus tipe 2. Skolastik
antara Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah Keperawatan, 1(1), 21–28.
Relaksasi Autogenik Pada Pasien Diabetes Limbong, Martina, & Sumantrie, P. (2019). The
Mellitus Tipe 2. Rekomendasi agar penelitian ini Effect Of Autogenic Relaxation n Blood
dilanjutkan dengan sampel yang banyak dan Glucose Levels Of Patients Diabetes
dengan intervensi yang lama dan berkala serta Mellitus Type 2. Indian Journal of Applied
dibandingkan dengan relaksasi lainnya selain itu Research, 9(2).
diharapkan relaksasi autogenik menjadi Lingga, L. (2012). Bebas Diabetes Tipe 2 Tanpa
intervensi keperawatan yang dilakukan rutin oleh Obat. Jakarta: Agromedia Pustaka.
perawat di puskesmas untuk pasien DM tipe 2. Mukarrama, A. (2015). Pengaruh Relaksasi
Otogenik Terhadap Penurunan Kadar
UCAPAN TERIMA KASIH Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes
Ucapan Terima Kasih kami haturkan kepada Mellitus Tipe 2 Di RS Islam Sultan Agung
pihak institusi pendidikan STIKes Fort De Kock Semarang. Universitas Islam Sultan Agung
dan Puskesmas melalui Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Bukittinggi yang mana sudah memfasilitasi Nurhayati, I., Puguh, S., & Purnomo, E. C.
peneliti dalam melakukan penelitian. (2015). Efektifitas Hipnoterapi dan
Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan
DAFTAR PUSTAKA Tingkat Kecemasan Pasien Diabetes
ADA. (2014). Diagnosis and Classification of Mellitus Tipe 2 Dengan Komplikasi Di
Diabetes Mellitus. Diabetes Care, RSUD DR. H Soewondo Kendal. Jurnal
37(January), 2014. Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 1(1), 1–
Bird, J. (2006). Autogenic Therapy. International 12.
Therapist, (68). Paul-Labrador, M., Polk, D., Dwyer, J. H.,
Junaidin. (2018). Pegaruh Relaksasi Otot Velasquez, I., Nidich, S., Rainforth, M., …
Progresif Terhadap Penurunan Gula Darah Merz, N. B. (2006). Effects of a
Pada Pasien Diabetes Melitus Di Wilayah Randomized Controlled Trial of
Puskesmas Woha Bima Tahun 2018. Transcendental Meditation on Components
Jurnal Ilmiah Mandala Eduction, 4(1). of the Metabolic Syndrome in Subjects With
Kadir, A. (2013). Perubahan Hormon Terhadap Coronary Heart Disease. Arch Intern Med,
Stress. Surabaya: Fakultas Kedokteran 166, 1218–1224.
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. PERKENI. (2015). Konsensus : Pengelolaan dan
Kemenkes. (2014). Waspada Diabetes. Jakarta: Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Kemenkes RI. Indonesia 2015. Jakarta.
Kiran, U., Beari, M., Venugopal, P., Price, & Wilson. (2013). Patofisiologi : Konsep
Vivekanandhan, S., & Pandie, R. (2005). Klinis Proses Proses Penyakit. Jakarta:

139 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 3
Wahyuni, A., Kartika, IR & Pratiwi, A. (2018). RNJ. 1(3) : 133-140

EGC.
Proworo, K. (2011). Terapi Medik. Jakarta:
Penebar Plus.
Puspitasari, D. A., Ismonah, & Arif, M. S. (2016).
Efektivitas Autogenic Relaxation dan
Guided Imagery Terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan Pasien Diabetes
Mellitus Dengan Komplikasi Luka Di RSUD
Ambarawa. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan
Keidanan, 1–10.
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013. Kemenkes RI.
Jakarta. https://doi.org/1 Desember 2013
Rodin, S. (2007). Autogenic Therapy : A
Powerfull Stress Reduction Technique.
Hale Journal, (November), 2007.
Safitri, W., & Putriningrum, R. (2019). Pengaruh
Terapi Relaksasi Progresif Terhadap Kadar
Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe
2. Profesional Islam : Media Publikasi
Penelitian, 16(2), 47–54.
Setyawati, A. (2010). Pengaruh Relaksasi
Otogenik Terhadap Kadar Gula Darah Dan
Tekanan Darah Pada Klien DIabetes
Mellitus Tipe 2 dengan Hipertensi Di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Di DIY
dan Jawa Tengah. Universitas Indonesia.
Sudoyo, A., Sutiyahadi, B., Alwi, I., Simadibrata,
M., & Setiati, S. (2006). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam (4th ed., Vol. 3). Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Wahyuni, A., & Arisfa, N. (2016). Senam Kaki
Diabetes Efektif Meningkatkan Ankle
Brachial Index Pasien Diabetes Melitus
Tiep 2. Jurnal Ipteks Terapan, 2, 155–164.
Widyastuti, Palupi, & Yulianti, D. (2004). Stress
Management. Jakarta: EGC.

140 | R N J

You might also like