Lompat ke isi

Perang Mawar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lokasi penting selama Perang Mawar.

Perang Mawar adalah serangkaian konflik dinasti yang berlangsung di Inggris dari tahun 1455 hingga 1487. Konflik ini melibatkan dua cabang utama Wangsa Plantagenet, yaitu Wangsa Lancaster, yang dilambangkan dengan mawar merah, dan Wangsa York, yang dilambangkan dengan mawar putih. Perang ini dinamakan "Perang Mawar" karena lambang heraldik masing-masing wangsa tersebut. Perang ini ditandai oleh perebutan takhta Inggris yang berlangsung selama lebih dari tiga dekade, yang akhirnya membawa akhir era Plantagenet dan memulai era Tudor.

Latar Belakang

[sunting | sunting sumber]

Wangsa Plantagenet dan Konflik Internal Wangsa Plantagenet telah memerintah Inggris sejak abad ke-12, tetapi pemerintahan mereka mulai melemah akibat konflik internal dan persaingan antar cabang keluarga. Krisis politik pada abad ke-15 dipicu oleh kegagalan Raja Henry VI, seorang penguasa dari Wangsa Lancaster, untuk memerintah dengan efektif. Henry VI mengalami gangguan mental, yang membuat banyak bangsawan merasa tidak puas dengan pemerintahannya.

Masalah Suksesi Takhta

[sunting | sunting sumber]

Ketidakstabilan Henry VI memunculkan klaim dari Wangsa York, yang merasa memiliki hak yang sah atas takhta. Richard, Adipati York, menjadi tokoh sentral dalam konflik ini, memimpin pemberontakan terhadap kekuasaan Lancaster.

Penyebab Utama

[sunting | sunting sumber]
  1. Krisis Kepemimpinan: Henry VI yang lemah dianggap tidak mampu menjaga stabilitas politik.
  2. Hak Klaim Takhta: Richard dari York dan para pendukungnya menantang legitimasi Wangsa Lancaster.
  3. Persaingan Ekonomi dan Kekuasaan: Perebutan tanah dan pengaruh di kalangan bangsawan Inggris memperburuk situasi.

Tahapan Perang

[sunting | sunting sumber]

Periode Awal (1455–1460)

[sunting | sunting sumber]
  • Pertempuran St. Albans (1455): Merupakan pertempuran pertama Perang Mawar. Pasukan York yang dipimpin oleh Richard berhasil menang dan merebut kekuasaan sementara.
  • Gencatan Senjata dan Ketegangan: Meskipun ada gencatan senjata singkat, ketegangan antara kedua wangsa tetap membara.

Periode Tengah (1460–1471)

[sunting | sunting sumber]
  • Pertempuran Wakefield (1460): Richard dari York tewas dalam pertempuran ini, tetapi anaknya, Edward IV, melanjutkan perjuangan.
  • Edward IV Dinobatkan (1461): Edward IV dari Wangsa York merebut takhta setelah mengalahkan pasukan Lancaster dalam Pertempuran Towton, yang dikenal sebagai pertempuran paling berdarah dalam Perang Mawar.
  • Kembalinya Henry VI (1470): Dengan bantuan sekutu, Henry VI sempat kembali menjadi raja selama beberapa bulan, tetapi kekuasaan ini tidak bertahan lama.

Periode Akhir (1471–1487)

[sunting | sunting sumber]

Dampak Perang Mawar

[sunting | sunting sumber]
  1. Akhir Wangsa Plantagenet: Kematian Richard III menandai berakhirnya pemerintahan Plantagenet di Inggris.
  2. Awal Dinasti Tudor: Pernikahan Henry VII dengan Elizabeth dari York menyatukan dua wangsa yang berseteru, menciptakan simbol baru berupa mawar Tudor.
  3. Perubahan Struktur Sosial: Kehancuran banyak keluarga bangsawan besar selama perang mengubah dinamika politik Inggris.
  4. Stabilitas Politik Baru: Dinasti Tudor membawa periode stabilitas setelah konflik yang berkepanjangan.

Warisan Budaya

[sunting | sunting sumber]

Perang Mawar menjadi inspirasi bagi karya-karya sastra dan seni, termasuk dalam Henry VI dan Richard III karya William Shakespeare. Lambang mawar merah dan putih juga menjadi simbol nasional Inggris hingga hari ini.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. Carpenter, Christine. The Wars of the Roses: Politics and the Constitution in England, 1437–1509.
  2. Hicks, Michael. The Wars of the Roses.
  3. Ross, Charles. The Wars of the Roses: A Concise History.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]