Lompat ke isi

Palamedes

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Palamedes (mitologi))
Patung Palamedes karya Antonio Canova

Di dalam mitologi Yunani, Palamedes (bahasa Yunani Kuno: Παλαμήδης) adalah putra Nauplios, Raja Evia.[1]

Selain dikenal sebagai salah seorang pejuang Yunani dalam Perang Troya,[1] Palamedes juga disebut-sebut sebagai seorang pereka-cipta. Di dalam jilid ke-2 risalah Wisata Keliling Yunani (bahasa Yunani: Ἑλλάδος Περιήγησις, Helados Periegesis), geograf Pausanias menginformasikan bahwa di Korintus terdapat sebuah kuil dewi keberuntungan, tempat Palamedes mempersembahkan dadu ciptaannya. Di dalam jilid ke-7 risalah Daulat Rakyat (bahasa Yunani: Πολιτεία, Politea), filsuf Platon memaparkan (melalui tokoh Sokrates) bahwa Palamedes mengaku menciptakan angka-angka, sementara beberapa pujangga lain menghubung-hubungkan Palamedes dengan penciptaan aksara Yunani.

Ibu Palamedes adalah Klimene (anak perempuan Katreus, Raja Kreta).[2] Menurut pujangga lain, ibu Palamedes adalah Hesione,[3] atau Filira.[4] Saudara-saudaranya bernama Oyaks dan Nausimedon.

Odiseus pura-pura gila, permadani gantung dari sekitar abad ke-17, koleksi Museum Daerah Ptuj Ormož, Ptuj Slovenia

Meskipun merupakan salah seorang tokoh utama di dalam sejumlah hikayat Perang Troya, Palamedes tidak muncul di dalam wiracarita Ilias karangan Homeros.

Sesudah Paris melarikan Helene ke Troya, Agamemnon mengutus Palamedes ke Itaki untuk menjemput Odiseus, yang pernah bersumpah akan membela keutuhan rumah tangga Helene dan Menelaus dari segala rongrongan. Lantaran enggan berperang, Odiseus pura-pura gila. Ia berlagak sibuk membajak ladang, tetapi memasang gandar penarik bajak pada tengkuk seekor keledai dan seekor lembu jantan. Memasangkan dua hewan berlainan ukuran untuk menghela bajak tentu saja menimbulkan kekacauan, sehingga ladang Odiseus tidak kunjung tuntas dibajak. Sadar sedang diakali Odiseus, Palamedes mengambil Telemakhus, anak Odiseus yang masih bayi, dan membaringkannya di tanah yang akan dilalui bajak. Odiseus segera berhenti membajak dan tidak lagi berpura-pura gila.[5]

Sumber-sumber kuno memuat keterangan yang berbeda-beda mengenai cara Palamedes menyongsong ajalnya.[1] Konon Odiseus menaruh dendam kepada Palamedes karena menggagalkan akal bulusnya untuk tidak ikut berperang di Troya. Ketika Palamedes mengimbau orang-orang Yunani untuk pulang ke tanah air, Odiseus menyembunyikan emas di kemah Palamedes dan merekayasa sepucuk surat palsu yang seakan-akan dikirimkan Priamos kepada Palamedes. Orang-orang Yunani mendapati surat itu dan menuding Palamedes sebagai pengkhianat. Palamedes akhirnya tewas dirajam angkatan perang Yunani.[6] Menurut sumber lain, Odiseus dan anak-anak buah Diomedes menenggelamkannya saat memancing ikan bersama-sama.[7] Menurut sumber yang lain lagi, Palamedes diperdaya mencari harta di dalam sebuah sumur, lalu dirajam sampai mati.[butuh rujukan]

Di dalam karya-karya sastra kuno

[sunting | sunting sumber]

Pujangga Ovidius memaparkan peranan Palamedes dalam Perang Troya di dalam risalah Salin Rupa (bahasa Latin: Metamorphoses).[8] Pujangga Vergilius menjabarkan penghujung nasib Palamedes di dalam wiracarita Aeneis.[9] Filsuf Platon mengisahkan di dalam risalah Pembelaan Sokrates (bahasa Yunani: Ἀπολογία Σωκράτους, Apologia Sokratous) bahwa Sokrates berharap akan bertemu dan berbincang dengan Palamedes sesudah ajal menjemputnya,[10] dan mengemukakan di dalam risalah Gemilang (bahasa Yunani: Φαῖδρος, Faidros) bahwa Palamedes menghasilkan sebuah karya tulis retoris.[11] Euripides dan banyak dramawan lain telah menggubah sandiwara-sandiwara yang menceritakan saat-saat terakhir Palamedes. Di dalam risalah retoris Demi Membela Palamedes (bahasa Yunani: Ὑπέρ Παλαμήδους ἀπολογία, Hiper Palamedous Apologia), orator Gorgias menyajikan karangan pidato pembelaan diri yang disampaikan Palamedes saat didakwa sebagai pengkhianat.

Aksara Yunani

[sunting | sunting sumber]

Pujangga Higinus mengklaim bahwa Palamedes menciptakan sebelas aksara Yunani:

Para Fata, yakni Kloto, Lakhesis, dan Atropo, menciptakan tujuh aksara Yunani, yakni aksara Α Β Η Τ Ι Υ. Ada pula yang mengatakan bahwa Merkuriuslah yang menciptakannya dari burung-burung jenjang yang membentuk aksara-aksara saat terbang. Sekalipun demikian, Palamedes anak Nauplius menciptakan 11 aksara.[12]

Penerimaan khalayak

[sunting | sunting sumber]

Sandiwara Vondel

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1625, Joost van den Vondel, sandiwarawan Belanda terkemuka, menggubah lakon berjudul Palamedes dengan mengacu kepada mitologi Yunani. Sandiwara ini terang-terangan berkonotasi politis. Pembunuhan yang tidak adil atas diri Palamedes ditampilkan sebagai gambaran hukuman mati yang dijatuhkan kepada negarawan Johan van Oldenbarnevelt enam tahun sebelumnya. Sama seperti orang-orang lain di Republik Belanda, Vondel memandang pidana mati tersebut sebagai pembunuhan berencana melalui tangan hukum. Di dalam sandiwara Vondel, tokoh yang paling bertanggung jawab atas pembunuhan Palamedes adalah Agamemnon. Tokoh ini sengaja ditampilkan lalim dan semena-mena sebagai gambaran Pangeran Maurits van Oranje. Pihak berwenang di Amsterdam tidak kesulitan mengungkap makna politis di balik alusi-alusi Klasika Vondel dan menjatuhkan hukuman denda yang memberatkan dirinya.

Abad ke-20

[sunting | sunting sumber]

Di dalam novel karangan Roger Lancelyn Green, The Luck of Troy, Palamedes adalah tokoh yang bermuka dua dalam berurusan dengan orang Troya.

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c L Schmitz (1873). A Dictionary of Greek and Roman Biography and Mythology, Jilid 3. J. Murray, 1873. Diakses tanggal 13 April 2015. 
  2. ^ Apolodoros, 2.1.5, 3.2.2 & Epitome 6.8; Diktis dari Kreta, Riwayat Perang Troya 1.1 & 6.2
  3. ^ "Hesione". oxfordreference.com. Oxford University Press. 
  4. ^ Hard, hlm. 236; Gantz, hlm. 604; Apollodorus, 3.2.2 dengan Kerkops sebagai narasumber untuk Hesione dan Nostoi sebagai narasumber untuk Filira
  5. ^ Apolodoros, Epitome 3.7
  6. ^ Hyginus, Fabulae 105
  7. ^ Pausanias, Graeciae Descriptio 10.31.2 mengutip wiracarita Kipria
  8. ^ Ovidius. Metamorphoses. hlm. 13.34–60, 308–312. 
  9. ^ Virgil. Aeneid. hlm. 2.81–85. 
  10. ^ Plato, Apologia Sokratous 41b
  11. ^ Faidros, 261b
  12. ^ Hyginus. Fabulae, 277.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]