Kemenyan sumatra
Kemenyan sumatra, kemenyan jawa, atau secara umum disebut kemenyan adalah getah (eksudat) kering, atau lebih tepatnya resin, yang dihasilkan dengan menoreh batang pohon kemenyan (Styrax spp., suku Styracaceae; khususnya S. benzoin Dryand. dan S. paralleloneurus Perkins). Resin ini merupakan salah satu bahan baku yang penting untuk industri farmasi, wewangian, termasuk pula untuk industri rokok.
Nama-nama lokalnya di antaranya adalah haminjon (Bat.), kumayan (Mink.), menyan (Sd., Jw.) dan lain-lain.[1] Di Malaysia juga disebut kemenyan atau kemayan; di Thailand dikenal sebagai kamyan atau kumyan; sementara di Laos dinamai kam nhan, nyan atau yan. Dalam bahasa Inggris, resin ini disebut benzoin, Sumatra benzoin, gum benzoin, gum benjamin, dan juga storax.[1][2]
Pengertian
[sunting | sunting sumber]Dalam farmakologi, kemenyan (sumatra) didefinisikan sebagai resin yang kering berupa keping-keping putih atau keputihan, yang terbenam dalam massa coklat bening keabuan atau kemerahan, keras namun rapuh, dan berbau harum enak.[3]
Kegunaan
[sunting | sunting sumber]Kemenyan digunakan secara luas dalam industri farmasi, wewangian (dalam bentuk dupa dan juga parfum), serta citarasa dalam penganan (kue-kue dan cokelat) dan rokok.[1] Secara tradisional, kemenyan digunakan sebagai campuran dupa dalam kegiatan spiritual, yakni sebagai bagian penting dari dari sesajen.[4] Penggunaan lainnya adalah sebagai bahan campuran dalam industri rokok klembak menyan, khususnya di Jawa Tengah[4] di wilayah budaya Banyumasan. Dalam jumlah terbatas, kemenyan juga digunakan secara langsung dalam pengobatan tradisional.[1]
Kandungan
[sunting | sunting sumber]Resin kemenyan baru dihasilkan oleh pepagan apabila batang mengalami infeksi oleh fungi (jamur) tertentu. Resinnya terutama mengandung asam benzoat dan turunannya, seperti lubanolbenzoat, sumaresinol, vanilin, stirol (bukan sterol!), benzaldehida, benzilsinamat, dan fenilpropilsinamat.[3]
Perdagangan
[sunting | sunting sumber]Kemenyan sumatra merupakan salah satu komoditas ekspor paling awal, yang diperniagakan semenjak abad ke-8 dari wilayah Nusantara.[1] Hingga awal abad ke-20, resin ini terutama diperdagangkan ke luar negeri dari pelabuhan-pelabuhan di Pulau Sumatra seperti dari Padang, Belawan, Barus, Sibolga, dan Palembang. Meski demikian, pada tahun-tahun itu pengiriman terbanyak adalah menuju industri di Pulau Jawa.[4] Produsen terbanyak adalah wilayah Tapanuli dan Sumatera Selatan, khususnya di sekitar Palembang;[4] akan tetapi semenjak akhir tahun 1920-an tanaman kemenyan di wilayah Palembang berangsur-angsur digantikan dengan tanaman karet (Hevea brasiliensis) sehingga akhirnya kemenyan menghilang dari daerah ini.[1]
Hingga sekarang, kemenyan jenis ini hanya dihasilkan dari wilayah Indonesia, dan mendominasi perdagangan kemenyan di dunia,[1] meskipun sesungguhnya S. benzoin didapati pula tumbuh secara alami di Semenanjung Malaya, Asia Tenggara daratan hingga ke Bangladesh.[5]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f g Hoesen, D.S.H. (2000). "Styrax L.". in E. Boer & A.B. Ella (eds.) Plant Resources of South-East Asia, no 18 (Plants producing exudates): 112-119. Leiden: Backhuys Publisher.
- ^ FAO: Description of gum benzoin, diakses tgl. 05/xi/2024.
- ^ a b Sutrisno, R.B. (1974). Ihtisar Farmakognosi, edisi IV. Jakarta: Pharmascience Pacific.
- ^ a b c d Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 3: 1608. Jakarta: Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. (versi berbahasa Belanda -1916- III: 43.).
- ^ POWO: Styrax benzoin Dryand., diakses tgl. 04/xi/2024.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Henriette's Herbal: Benzoinum (U. S. P.)—Benzoin