Kabinet Persatuan Nasional
Kabinet Persatuan Nasional | |
---|---|
Kabinet Pemerintahan Indonesia ke-37 | |
Dibentuk | 29 Oktober 1999 |
Diselesaikan | 23 Juli 2001 |
Struktur pemerintahan | |
Kepala negara | Abdurrahman Wahid |
Presiden | Abdurrahman Wahid |
Wakil Presiden | Megawati Soekarnoputri |
Jumlah menteri | 34 |
Partai anggota | Koalisi: PKB PDI-Perjuangan Golkar PPP PAN Partai Keadilan PBB ABRI Independen |
Status di legislatif | DPR RI Koalisi mayoritas: 439 / 462 |
Sejarah | |
Pemilihan umum | Pemilihan Presiden 1999 Pemilihan Legislatif 1999 |
Periode | DPR RI 1999-2004 |
Nasihat dan persetujuan | DPR RI |
Pendahulu | Kabinet Reformasi Pembangunan |
Pengganti | Kabinet Gotong Royong |
Artikel ini adalah bagian dari seri |
Politik dan ketatanegaraan Indonesia |
---|
Pemerintahan pusat |
Pemerintahan daerah |
Politik praktis |
Kebijakan luar negeri |
| ||
---|---|---|
Presiden Indonesia Kebijakan
|
||
Kabinet Persatuan Nasional adalah kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Abdurrahman Wahid dan Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri. Kabinet ini dilantik pada 29 Oktober 1999 dan masa baktinya berakhir pada 23 Juli 2001. Kabinet ini terdiri dari sejumlah menteri koordinator, sejumlah menteri pemimpin departemen, sejumlah menteri negara, Sekretaris Negara, dan Jaksa Agung. Kabinet ini didasarkan pada Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 355/M Tahun 1999, tertanggal 26 Oktober 1999, tentang Pembentukan Kabinet periode tahun 1999–2004, ditandatangani oleh Presiden Abdurrahman Wahid[1][2] dan dilantik pada 29 Oktober 1999.[3]
Latar belakang
[sunting | sunting sumber]Setelah Megawati Soekarnoputri terpilih sebagai Wakil Presiden Indonesia pada hari Kamis, 21 Oktober 1999, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menghabiskan seluruh hari Jumat dan akhir pekannya dengan melakukan apa yang disebutnya sebagai "dagang sapi". Sebelum pemilihan, Gus Dur telah berbicara mengenai perlunya membentuk suatu kabinet persatuan nasional yang terdiri atas anggota-anggota yang berasal dari spektrum politik yang luas. Ide ini mungkin dapat terlaksana seandainya Gus Dur bebas memilih menteri-menterinya. Namun kenyataannya, hampir semua menteri di kabinet Gus Dur ini dipaksakan kepadanya.
Pada Senin, 25 Oktober 1999 pagi, Gus Dur berbicara dengan penuh harap mengenai kabinet yang sedang direncanakannya ini, sambil menyebutkan nama-nama mereka yang ia anggap terbaik dari 25 menterinya. Antara hari Senin pagi hingga hari diumumkannya susunan kabinet pada keesokan harinya, jumlah menjadi sepuluh orang lebih banyak, dan kebanyakan bukanlah orang-orang yang dipilih oleh Gus Dur sendiri. Pada waktu pengumuman, kabinet itu telah menjadi gabungan yang terlalu besar, yang terdiri dari berbagai kepentingan politik dan perorangan yang bukan saja berbeda akan tetapi saling berlawanan.
Dalam teori, memang Akbar Tanjung, Megawati Soekarnoputri, dan Amien Rais yang telah setuju untuk menjadi penjamin anggota-anggota partai mereka yang ikut dalam kabinet, dapat dimintai juga bagian pertanggungjawaban dan kedisiplinan mereka. Bahkan dalam suatu demokrasi yang telah matang, pengaturan seperti ini akan menimbulkan banyak tantangan. Di Indonesia, demokrasi bukanlah hasil evolusi masyarakat sipil dalam waktu yang lama, melainkan merupakan akibat dari kejatuhan yang tiba-tiba suatu rezim yang dekaden dan rapuh. Oleh karena itu, sangatlah naif untuk berharap bahwa aparat rezim yang baru saja muncul sebagai rezim demokrat dapat menunjukkan sikap tidak mementingkan diri sendiri, kematangan, dan profesionalisme yang diperlukan agar persatuan yang terdiri dari unsur-unsur yang tampaknya tak mungkin bersatu itu dapat berjalan.
Namun demikian, masih ada menteri-menteri yang secara potensial memang baik. Misalnya saja orang-orang seperti mantan Ketua Komnas HAM Marzuki Darusman, yang kemudian menjadi Jaksa Agung, dan Kwik Kian Gie, seorang ahli ekonomi profesional dari PDI-P. Lalu ada lagi Laksamana Sukardi, yang dikenal sebagai bankir dengan reputasi terhormat. Demikian juga masuknya Alwi Shihab dan Khofifah Indar Parawansa dari PKB, masing-masing sebagai Menlu dan Menteri UPW tampaknya juga memberikan harapan. Akan tetapi, kabinet yang gemuk ini, yang terdiri dari 35 orang menteri, juga diisi oleh mereka yang berasal dari rezim terdahulu dan juga sejumlah orang tak dikenal yang kecakapannya juga meragukan.
Pimpinan
[sunting | sunting sumber]Presiden | Wakil Presiden | ||
---|---|---|---|
Abdurrahman Wahid | Megawati Soekarnoputri |
Anggota
[sunting | sunting sumber]Menteri
[sunting | sunting sumber]Berikut ini adalah menteri Kabinet Persatuan Nasional.
No. | Jabatan | Pejabat | Mulai menjabat | Selesai menjabat | Partai | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Menteri koordinator | |||||||
1 | Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (bernama Menteri Koordinator Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan sejak 28 Agustus 2000) |
Wiranto[4] | 29 Oktober 1999 | 15 Februari 2000 | Independen | ||
Surjadi Soedirdja | 15 Februari 2000 | 28 Agustus 2000 | Independen | ||||
Susilo Bambang Yudhoyono | 28 Agustus 2000 | 1 Juni 2001 | Independen | ||||
Agum Gumelar | 1 Juni 2001 | 23 Juli 2001 | Independen | ||||
2 | Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri | Kwik Kian Gie[5] | 29 Oktober 1999 | 28 Agustus 2000 | PDI-P | ||
Rizal Ramli | 28 Agustus 2000 | 12 Juni 2001 | Nonpartai | ||||
Burhanuddin Abdullah | 12 Juni 2001 | 23 Juli 2001 | Nonpartai | ||||
3 | Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan (digabungkan dengan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan sejak 28 Agustus 2000) |
Hamzah Haz[6] | 29 Oktober 1999 | 26 November 1999 | PPP | ||
Basri Hasanuddin | 26 November 1999 | 28 Agustus 2000 | Nonpartai | ||||
Menteri | |||||||
4 | Menteri Dalam Negeri (bernama Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah sejak 28 Agustus 2000) |
Surjadi Soedirdja | 29 Oktober 1999 | 23 Juli 2001 | Independen | ||
5 | Menteri Luar Negeri | Alwi Abdurrahman Shihab | 29 Oktober 1999 | 23 Juli 2001 | PKB | ||
6 | Menteri Pertahanan | Juwono Sudarsono | 29 Oktober 1999 | 28 Agustus 2000 | Nonpartai | ||
Mohammad Mahfud MD[7] |
28 Agustus 2000 | 20 Juli 2001 | Independen | ||||
Agum Gumelar | 20 Juli 2001 | 23 Juli 2001 | Independen | ||||
7 | Menteri Hukum dan Perundang-undangan (bernama Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia sejak 28 Agustus 2000) |
Yusril Ihza Mahendra[8] | 29 Oktober 1999 | 7 Februari 2001 | PBB | ||
Baharuddin Lopa | 9 Februari 2001 | 1 Juni 2001 | Nonpartai | ||||
Marsillam Simanjuntak[7] | 1 Juni 2001 | 20 Juli 2001 | Nonpartai | ||||
Mohammad Mahfud MD | 20 Juli 2001 | 23 Juli 2001 | Nonpartai | ||||
8 | Menteri Keuangan | Bambang Sudibyo | 29 Oktober 1999 | 28 Agustus 2000 | PAN | ||
Prijadi Praptosuhardjo | 28 Agustus 2000 | 12 Juni 2001 | Nonpartai | ||||
Rizal Ramli | 12 Juni 2001 | 23 Juli 2001 | Nonpartai | ||||
9 | Menteri Pertambangan dan Energi (bernama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral sejak 28 Agustus 2000) |
Susilo Bambang Yudhoyono | 29 Oktober 1999 | 28 Agustus 2000 | TNI/ABRI | ||
Purnomo Yusgiantoro | 28 Agustus 2000 | 23 Juli 2001 | Nonpartai | ||||
10 | Menteri Perindustrian dan Perdagangan | Jusuf Kalla[9] | 29 Oktober 1999 | 24 April 2000 | Golkar | ||
Luhut Binsar Panjaitan | 28 Agustus 2000 | 23 Juli 2001 | Independen | ||||
11 | Menteri Pertanian (bernama Menteri Pertanian dan Kehutanan sejak 28 Agustus 2000) |
Mohamad Prakosa | 29 Oktober 1999 | 28 Agustus 2000 | PDI-P | ||
Bungaran Saragih | 28 Agustus 2000 | 23 Juli 2001 | Nonpartai | ||||
12 | Menteri Kehutanan dan Perkebunan (bernama Menteri Muda Kehutanan (menteri negara) sejak 28 Agustus 2000) |
Nur Mahmudi Ismail[10] | 29 Oktober 1999 | 15 Maret 2001 | PKS | ||
Marzuki Usman | 15 Maret 2001 | 23 Juli 2001 | Nonpartai | ||||
13 | Menteri Perhubungan | Agum Gumelar | 29 Oktober 1999 | 1 Juni 2001 | TNI/ABRI | ||
Budi Mulyawan Suyitno | 1 Juni 2001 | 23 Juli 2001 | Nonpartai | ||||
14 | Menteri Eksplorasi Laut (bernama Menteri Kelautan dan Perikanan sejak 28 Agustus 2000) |
Sarwono Kusumaatmadja | 29 Oktober 1999 | 1 Juni 2001 | Golkar | ||
Rokhmin Dahuri | 1 Juni 2001 | 23 Juli 2001 | PDI-P | ||||
15 | Menteri Tenaga Kerja (bernama Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi sejak 28 Agustus 2000) |
Bomer Pasaribu | 29 Oktober 1999 | 28 Agustus 2000 | Golkar | ||
Al Hilal Hamdi | 28 Agustus 2000 | 23 Juli 2001 | Nonpartai | ||||
16 | Menteri Kesehatan (bernama Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial sejak 28 Agustus 2000) |
Achmad Sujudi | 29 Oktober 1999 | 23 Juli 2001 | Nonpartai | ||
17 | Menteri Pendidikan Nasional | Yahya Muhaimin | 29 Oktober 1999 | 23 Juli 2001 | Nonpartai | ||
18 | Menteri Agama | Muhammad Tolchah Hasan | 29 Oktober 1999 | 23 Juli 2001 | PKB | ||
19 | Menteri Permukiman dan Pengembangan Wilayah Republik Indonesia (bernama Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah sejak 28 Agustus 2000) |
Erna Witoelar | 29 Oktober 1999 | 23 Juli 2001 | Nonpartai | ||
Menteri Negara | |||||||
20 | Menteri Negara Riset dan Teknologi | Muhammad A.S. Hikam | 29 Oktober 1999 | 23 Juli 2001 | PKB | ||
21 | Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah (bernama Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah sejak 28 Agustus 2000) |
Zarkasih Nur | 29 Oktober 1999 | 23 Juli 2001 | PPP | ||
22 | Menteri Negara Lingkungan Hidup | Alexander Sonny Keraf | 29 Oktober 1999 | 23 Juli 2001 | PDI-P | ||
23 | Menteri Negara Otonomi Daerah Republik Indonesia (digabungkan dengan Menteri Dalam Negeri sejak 28 Agustus 2000) |
Ryaas Rasyid | 29 Oktober 1999 | 28 Agustus 2000 | Nonpartai | ||
24 | Menteri Negara Pariwisata dan Kesenian (bernama Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (menteri departemen) sejak 28 Agustus 2000) |
Hidayat Jaelani | 29 Oktober 1999 | 28 Agustus 2000 | Nonpartai | ||
I Gede Ardika | 28 Agustus 2000 | 23 Juli 2001 | Nonpartai | ||||
25 | Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan Badan Usaha Milik Negara (dibubarkan pada 28 Agustus 2000) |
Laksamana Sukardi[9] | 29 Oktober 1999 | 24 April 2000 | PDI-P | ||
M. Rozy Munir | 26 April 2000 | 28 Agustus 2000 | PKB | ||||
26 | Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (dibubarkan pada 28 Agustus 2000) |
Mahadi Sinambela | 29 Oktober 1999 | 28 Agustus 2000 | Golkar | ||
27 | Menteri Negara Pekerjaan Umum (dibubarkan pada 28 Agustus 2000) |
Rozik Boedioro Soetjipto | 29 Oktober 1999 | 28 Agustus 2000 | Nonpartai | ||
28 | Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (merangkap Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional sejak 28 Agustus 2000) |
Khofifah Indar Parawansa | 29 Oktober 1999 | 23 Juli 2001 | PKB | ||
29 | Menteri Negara Urusan Hak Asasi Manusia (digabungkan dengan Menteri Hukum dan Perundang-undangan sejak 28 Agustus 2000) |
Hasballah M. Saad | 29 Oktober 1999 | 28 Agustus 2000 | PAN | ||
30 | Menteri Negara Transmigrasi dan Kependudukan (digabungkan dengan Menteri Tenaga Kerja sejak 28 Agustus 2000) |
Al Hilal Hamdi | 29 Oktober 1999 | 28 Agustus 2000 | PAN | ||
31 | Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara | Freddy Numberi | 29 Oktober 1999 | 28 Agustus 2000 | Independen | ||
Ryaas Rasyid[11] | 28 Agustus 2000 | 7 Februari 2001 | Nonpartai | ||||
Marsillam Simanjuntak[12] | 7 Februari 2001 | 12 Juni 2001 | Nonpartai | ||||
Anwar Suprijadi[13] | 12 Juni 2001 | 23 Juli 2001 | Nonpartai | ||||
32 | Menteri Negara Masalah-Masalah Kemasyarakatan (dibubarkan pada 28 Agustus 2000) |
Anak Agung Gde Agung | 29 Oktober 1999 | 28 Agustus 2000 | Nonpartai | ||
33 | Menteri Muda Urusan Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia (dibentuk pada 28 Agustus 2000) |
Manuel Kaisiepo | 28 Agustus 2000 | 23 Juli 2001 | Nonpartai | ||
34 | Menteri Muda Urusan Restrukturisasi Ekonomi Nasional (dibentuk pada 28 Agustus 2000 dan dibubarkan pada 1 Juni 2001) |
Cacuk Sudarijanto | 28 Agustus 2000 | 1 Juni 2001 | Nonpartai |
Pejabat setingkat menteri
[sunting | sunting sumber]Berikut adalah pejabat setingkat menteri pada Kabinet Persatuan Nasional:
No. | Jabatan | Foto | Pejabat | Mulai menjabat | Selesai menjabat |
---|---|---|---|---|---|
1 | Jaksa Agung | Marzuki Darusman | 29 Oktober 1999 | 1 Juni 2001 | |
Baharuddin Lopa[7] | 6 Juni 2001 | 3 Juli 2001 | |||
Suparman[14] (Pelaksana Tugas) |
4 Juli 2001 | 9 Juli 2001 | |||
Marsillam Simanjuntak | 10 Juli 2001 | 9 Agustus 2001 | |||
2 | Panglima Tentara Nasional Indonesia | Widodo Adi Sutjipto | 29 Oktober 1999 | 7 Juni 2002 | |
3 | Sekretaris Negara | Alirahman[15] | 29 Oktober 1999 | 15 Februari 2000 | |
Bondan Gunawan[16] | 15 Februari 2000 | 29 Mei 2000 | |||
Djohan Effendi | 29 Mei 2000 | 23 Juli 2001 | |||
4 | Sekretaris Kabinet | Marsillam Simanjuntak[17][18] | 4 Januari 2000 | 5 Juli 2001 | |
Marzuki Darusman[19] | 5 Juli 2001 | 23 Juli 2001 |
Perombakan
[sunting | sunting sumber]Presiden Abdurrahman Wahid melakukan pergantian susunan Kabinet Persatuan Nasional pada 28 Agustus 2000 berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 234/M Tahun 2000.[20]
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Kabinet Persatuan Nasional pada saat pertama kali pelantikan, 29 Oktober 1999.
Catatan kaki dan referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 355/M Tahun 1999, tertanggal 26 Oktober 1999
- ^ "Gus Dur dan Kabinet Tambal-Sulam". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-01-08. Diakses tanggal 2009-10-17.
- ^ "Daftar Arsip Foto Statis KH. Abdurrahman Wahid (Gusdur) Tahun 1999". Arsip Nasional Republik Indonesia. 1 Januari 2000. Diakses tanggal 14 Agustus 2020.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Wiranto diberhentikan karena pemeriksaan yuridis terhadap peranan dalam pelanggaran hak asasi manusia di Timor Timur masih berjalan. [1] Diarsipkan 2006-09-07 di Wayback Machine.
- ^ Kwik Kian Gie mengundurkan diri.
- ^ Hamzah Haz mengundurkan diri atas keinginan sendiri.
- ^ a b c Pergantian ini terkait dengan meninggalnya Baharuddin Lopa di Riyadh, Arab Saudi.
- ^ Gus Dur meminta Yusril Ihza Mahendra berhenti karena dianggap sudah tidak bisa bekerjasama lagi di kabinet. Sebelumnya Yusril secara terbuka telah mengusulkan kepada Presiden agar mengundurkan diri.
- ^ a b Laksamana Sukardi dan Jusuf Kalla diberhentikan pada 24 April 2000 karena dianggap terlibat KKN.
- ^ Nurmahmudi Ismail diberhentikan oleh presiden untuk lebih meningkatkan koordinasi dalam penyelenggaraan negara dan juga karena berbeda visi, berbeda dalam pengambilan keputusan, tidak mampu mengendalikan Partai Keadilan.
- ^ Pada tanggal 3 Januari 2001, Ryaas Rasyid mengundurkan diri karena perbedaan visi dengan Presiden dan baru dikabulkan permohonannya pada tanggal 7 Februari 2001.
- ^ Marsilam Simanjuntak ditunjuk sebagai Plt. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara sampai 12 Juni 2001.
- ^ "Tim Ekonomi Dirombak, Kerja Kabinet Dipertanyakan". Liputan6.com. 13 Juni 2001. Diakses tanggal 27 Mei 2023.
- ^ Suparman ditunjuk menjadi Plt Jaksa Agung karena Baharuddin Lopa meninggal dunia, diakses 3 Desember 2020.
- ^ Alirahman mengundurkan diri pada 4 Januari 2000.
- ^ Bondan Gunawan mengundurkan diri.
- ^ Pada tanggal 4 Januari 2000, berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 4 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan Sekretaris Kabinet sebagai Kepala Sekretariat Kabinet, diangkat Marsillam Simanjuntak sebagai Sekretaris Kabinet.
- ^ Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 4 Tahun 2000, tertanggal 4 Januari 2000
- ^ Pada tanggal 5 Juli 2001, Marzuki Darusman menggantikan Marsillam yang diangkat menjadi Menteri Kehakiman dan HAM.
- ^ "Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 234/M Tahun 2000, tertanggal 23 Agustus 2000". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-08-19. Diakses tanggal 2006-02-21.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Pranala luar
[sunting | sunting sumber] Kabinet Pemerintahan Indonesia | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Kabinet Reformasi Pembangunan |
Kabinet Persatuan Nasional 1999–2001 |
Diteruskan oleh: Kabinet Gotong Royong |