Teater Nusantara
Teater Nusantara adalah jenis kesenian dalam bentuk pertunjukan drama yang dipentaskan di atas penggung, dengan nuansa atau latar belakang khas nusantara, Indonesia. Secara umum, teater merupakan sebuah kesenian yang menekankan pada seni pertunjukan yang dipertontonkan di hadapan orang banyak.[1] Dengan kata lain, teater merupakan bentuk visualisasi dari sebuah drama yang dipentaskan di atas panggung dan disaksikan oleh penonton. Teater Nusantara mencakup seni pertunjukan teater tradisional dan teater modern yang berada di wilayah Nusantara. Beberapa contoh teater nusantara ialah Dagelan, Ketoprak, Wayang, Ludruk, Wayang wong, Janger, Sinetron, Mamanda, Akrobat, Sulap, dan lainnya.[2] Teater Nusantara bisa juga disebut sebagai teater daerah atau juga teater etnis, karena berasal dan berkembang dari kebudayaan suku bangsa atau etnis.[3]
Definisi
suntingKata "teater" berasal dari bahasa Yunani yaitu theatro yang artinya adalah tempat atau gedung pertunjukan. Kata "theatron" ini berasal dari kata theaomai yang artinya "melihat".[1] Sementara itu, istilah "teater" muncul di Indonesia, setelah pertama kali dikenalkan oleh sastrawan besar Indonesia, yaitu W.S Rendra. Sebelumnya, hanya dikenal dengan istilah tonil, sandiwara, atau drama. Tonil (toneel) berasal dari bahasa Belanda yang berarti pentas atau panggung tempat berlangsungnya suatu pertunjukan. Drama berasal dari bahasa Yunani yaitu Draomai yang berarti bertindak, berbuat, dan berlaku. Sedangkan sandiwara berasal dari bahasa Jawa, yakni Sandhi (samar-samar) dan Warah (pengajaran). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teater adalah pementasan drama sebagai suatu seni atau profesi, seni drama, sandiwara, dan drama.
Sejarah seni teater nusantara
suntingJenis teater nusantara
suntingDilansir dari buku Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia (2004) karya Jakob Sumardjo, penggolongan teater dibagi menjadi dua, yaitu teater tradisional dan teater modern.
Teater tradisional
suntingTeater tradisional merupakan teater yang berkembang di kalangan budaya etnik (suku bangsa) Indonesia. Teater tradisional sudah ada sebelum zaman Hindu-Buddha.[3]
Teater transisi (modern)
suntingTeater transisi atau modern disebut juga teater masa kini atau teater baru yang pada awalnya bertolak dari teater modern Barat. Namun, dalam perkembangannya semakin dipengaruhi dan memanfaatkan teater tradisional sebagai sumber.[4] Contoh seni teater modern yang sering didengar yaitu seperti kabaret, opera, dan Pantomim.[5]
Teater transisi atau modern merupakan penamaan berdasarkan kelompok teater pada periode saat teater tradisional mulai mengalami berbagai perubahan karena adanya pengaruh dari budaya lain. Kelompok teater yang masih tergolong kelompok teater tradisional dengan model garapan memasukkan unsur-unsur teknik teater Barat, dinamakan teater bangsawan. Perubahan tersebut dapat dilihat pada cerita yang sudah mulai ditulis, meskipun masih dalam wujud cerita ringkas atau outline story (garis besar cerita per adegan). Cara penyajian cerita dengan menggunakan panggung dan dekorasi. Mulai memperhitungkan teknik yang mendukung pertunjukan.[6]
Perkembangan teater nusantara
suntingWarisan budaya
suntingPenghargaan
suntingReferensi
sunting- ^ a b Santoso, Edi (2008). "Seni Teater, Jilid I" (pdf). www.bukukita.com. Depdiknas. hlm. 1. Diakses tanggal 19 Januari 2021.
- ^ Nareswari, Fidelis Dhayu (8 Desember 2020). Ari Welianto, Ari, ed. "Penjelasan dan Sejarah Seni Teater Nusantara". Kompas.com. Diakses tanggal 19 Januari 2021.
- ^ a b Nareswari, Fidelis Dhayu (10 Desember 2020). Ari Welianto, Ari, ed. "Jenis Teater Nusantara". Kompas.com. Diakses tanggal 19 Januari 2021.
- ^ Nareswari, Fidelis Dhayu. Ari Welianto, Ari, ed. "Jenis Teater Nusantara Halaman 3. - Kompas.com". Kompas.com. Diakses tanggal 19 Januari 2021.
- ^ "Kumpulan Teater Tradisional Nusantara". www.cintaindonesia.web.id. Diakses tanggal 19 Januari 2021.
- ^ "Sejarah Perkembangan Teater di Indonesia". www.ecademia.edu. Diakses tanggal 19 Januari 2021.