Stasiun Cepu

stasiun kereta api di Indonesia

Stasiun Cepu (CU) adalah stasiun kereta api kelas besar tipe C yang terletak di Balun, Cepu, Blora, tepatnya di depan Lapangan Ronggolawe; terletak pada ketinggian +28 m. Stasiun ini merupakan stasiun kereta api aktif paling timur di Jawa Tengah. Stasiun utama di Kabupaten Blora ini berada dalam pengelolaan Daerah Operasi IV Semarang dan KAI Commuter Wilayah VIII Surabaya. Stasiun ini berjarak 141 km sebelah barat dari Stasiun Surabaya Pasarturi, dan 579 km sebelah timur dari Jakarta Gambir.

Stasiun Cepu
Kereta Api Indonesia
BL10B18

Tampak depan Stasiun Cepu pada tahun 2021
Lokasi
Koordinat7°9′1″S 111°35′16″E / 7.15028°S 111.58778°E / -7.15028; 111.58778
Ketinggian+28 m
Operator
Letak
Jumlah peron4 (satu peron sisi yang rendah dan tiga peron pulau yang cukup tinggi)
Jumlah jalur7 (jalur 2 dan 3: sepur lurus)
LayananSemua perjalanan kereta api penumpang dan KA barang, baik tujuan Jakarta atau Surabaya melalui lintas utara Jawa, beserta kereta api aglomerasi dan komuter (Blora Jaya dan Commuter Line Blorasura) berhenti di stasiun ini, kecuali KA Argo Bromo Anggrek
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
KlasifikasiBesar tipe C[2]
Operasi layanan
Stasiun sebelumnya Layanan aglomerasi Stasiun berikutnya
Wadu Blora Jaya
Semarang Poncol–Cepu, p.p.
Terminus
Stasiun sebelumnya Stasiun berikutnya
Terminus Commuter Line Blorasura Bojonegoro
Fasilitas dan teknis
FasilitasParkir Cetak tiket mandiri Ruang/area tunggu Pemesanan langsung di loket Layanan pelanggan Pusat informasi Musala Toilet Pos kesehatan Galeri ATM Ruang menyusui Isi baterai Area merokok 
Tipe persinyalan
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Satu-satunya kereta api yang melintas langsung/tidak berhenti di stasiun ini adalah kereta api Argo Bromo Anggrek.

Ke arah timur stasiun ini, sebelum Stasiun Tobo, terdapat Stasiun Padangan yang dinonaktifkan karena jaraknya yang tidak terlalu jauh dengan Stasiun Cepu.

Sejarah

sunting

Generasi pertama

sunting
 
Bangunan Stasiun Cepu generasi pertama yang terbuat dari kayu dan diresmikan oleh NIS pada tahun 1902

Pada 1 September 1897, Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) mendapat konsesi izin pembangunan jalur kereta api baru yang menghubungkan Stasiun Gundih yang sudah ada sebelumnya dengan calon stasiun baru NIS di Surabaya (kini Stasiun Pasarturi).[3] Dengan terbitnya konsesi tersebut, maka NIS mulai membangun jalurnya dengan lebar sepur 1.067 mm. Karena adanya keterbatasan biaya, semua stasiun dan perhentian yang terletak di lintas tersebut sangat sederhana dan terbuat dari kayu, termasuk Stasiun Cepu. Stasiun ini diresmikan 1 Maret 1902, dan pada 1 Februari 1903, jalur kereta api Gundih–Surabaya telah selesai dibangun.[4]

Generasi kedua

sunting

Bangunan Stasiun Cepu kemudian diperbesar dengan mengganti kanopi kecil dengan kanopi pelana—serupa kanopi di Stasiun Lempuyangan, Stasiun Bojonegoro, dan Stasiun Surabaya Pasarturi—serta mengubah bangunan yang sebelumnya semipermanen menjadi permanen.[per kapan?]

Berdasarkan foto Stasiun Cepu generasi dua yang terdapat dalam Buku Sejarah Kehutanan Indonesia II–III Periode Tahun 1942–1983, bentuk permanen stasiun ini kemungkinan memiliki kemiripan rupa dengan stasiun-stasiun NIS lainnya, seperti Stasiun Tuntang, Stasiun Telawa, dan Stasiun Bringin. Stasiun-stasiun tersebut memiliki satu pintu lengkung di depan teras dan masing-masing satu pintu lengkung di samping kiri dan kanan teras stasiun serta atap cungkup di atas teras. Namun, bangunan stasiun generasi kedua ini telah hancur dibakar pada masa Jepang dan digantikan dengan bangunan baru.[5]

Generasi ketiga

sunting

Pasca dihancurkan, sisa reruntuhan bangunan stasiun generasi kedua dibongkar dan dibangunlah bangunan stasiun generasi ketiga yang ada hingga saat ini. Namun, belum diketahui secara pasti kapan bangunan generasi ketiga ini dibangun.

Bangunan dan tata letak

sunting
 
Peron di Stasiun Cepu. Tampak kereta api Maharani di sisi kanan. (2016)

Stasiun Cepu memiliki tujuh jalur kereta api. Pada awalnya, hanya jalur 2 yang dijadikan sebagai sepur lurus. Setelah jalur ganda ruas WaduTobo dioperasikan per akhir Maret 2014,[6][7] jalur 2 dijadikan sebagai sepur lurus hanya untuk arah Semarang, sedangkan jalur 3 dijadikan sebagai sepur lurus hanya untuk arah Surabaya. Selain itu, sistem persinyalan mengalami perubahan dari sistem mekanik menjadi sistem persinyalan elektrik buatan Len Industri. Stasiun ini juga memiliki depo lokomotif yang terhubung langsung dengan jalur 1 di sebelah barat.

Jalur 7 Sepur belok
Jalur 6
Jalur 5 Sepur belok untuk jalur parkir rangkaian kereta api
Jalur 4
Peron pulau
Jalur 3 Sepur lurus arah Surabaya Pasarturi
Jalur berjalan langsung kereta api ke arah timur
  Pemberhentian kereta api antarkota ke arah timur
Peron pulau, pintu terbuka di sebelah kiri
Jalur 2 Sepur lurus arah Semarang Tawang
Jalur berjalan langsung kereta api ke arah barat
  Pemberhentian kereta api antarkota ke arah barat
Peron pulau, pintu terbuka di sebelah kanan
Jalur 1 Jalur akses langsung dari dan ke depo lokomotif
  Pemberhentian kereta api antarkota ke arah barat
(Bojonegoro) B Commuter Line Blorasura, dari dan tujuan Surabaya Pasarturi
BL Blora Jaya, dari dan tujuan Semarang Poncol (Wadu)
Peron sisi
G Bangunan utama stasiun

Ke arah timur dari jalur 1 stasiun ini, terdapat percabangan rel kereta api yang menuju ke Depot BBM Pertamina Cepu hingga berakhir di Rembang, tetapi jalur kereta api tersebut telah dinonaktifkan dan wesel yang menuju jalur cabang tersebut telah dicabut—dibangun oleh Samarang-Joana Stoomtram Maatschappij (SJS)—untuk menghubungkan Stasiun Cepu NIS dengan Stasiun Cepu SJS yang dibuka pada 1 Februari 1903. Pada 1 Januari 1914 Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) membuka jalur cabang dengan wesel yang terletak di jalur pintas antara Stasiun Cepu SJS dengan Stasiun Cepu NIS. Jalur kereta api ini berakhir di Ngareng (sekarang menjadi kawasan PPSDM Cepu). Sebelum itu, terdapat wesel yang terhubung dengan jaringan lori kehutanan yang ditujukan untuk mengangkut kayu jati.[8]

Ciri khas

sunting

Stasiun ini memiliki ciri khas berupa bel bersuara dengan lagu instrumental "Gambang Semarang"—juga berlaku untuk sebagian besar stasiun di Daerah Operasi IV Semarang—untuk menandakan kedatangan kereta api.

Layanan kereta api

sunting

Berikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2023 revisi per 26 Juli 2024.

Penumpang

sunting

Antarkota

sunting
Lintas utara Jawa
Nama kereta api Kelas Relasi perjalanan Keterangan
Eksekutif
Sembrani Luxury Gambir Surabaya Pasarturi Via CirebonSemarang Tawang
Eksekutif
Pandalungan Eksekutif Jember Via Semarang TawangSurabaya Pasarturi
Campuran
Gumarang Eksekutif Pasar Senen Surabaya Pasarturi Via CirebonSemarang Tawang
Bisnis
Dharmawangsa Eksekutif Via Cirebon PrujakanSemarang Tawang
Ekonomi
Harina Eksekutif Bandung Via CikampekSemarang Tawang
Ekonomi Premium
Jayabaya Eksekutif Pasar Senen Malang Via Semarang PoncolSurabaya Pasarturi
Ekonomi
Blambangan Ekspres Eksekutif Ketapang Via Semarang TawangSurabaya Pasarturi
Ekonomi
Ekonomi
Ambarawa Ekspres Ekonomi Premium Semarang Poncol Surabaya Pasarturi Perjalanan ke Semarang pada pagi hari, sedangkan sebaliknya pada siang hari.
Ekonomi Perjalanan ke Surabaya pada pagi hari, sedangkan sebaliknya pada siang hari.
Kertajaya Ekonomi Premium Pasar Senen Via Cirebon PrujakanSemarang Poncol
Airlangga Ekonomi
Nama kereta api Relasi perjalanan Keterangan
B Commuter Line Blorasura Cepu Surabaya Pasarturi
BL Blora Jaya Semarang Poncol Perjalanan ke Semarang pada jadwal pagi dan sebaliknya pada jadwal malam.

Barang

sunting
Nama kereta api Relasi perjalanan Keterangan
Lintas utara Jawa
Angkutan logistik ONS Parcel Utara Kampung Bandan Surabaya Pasarturi Via Cirebon PrujakanSemarang Tawang

Kegiatan bongkar muat dan langsiran hanya dilakukan di Jakarta Gudang

Galeri

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ a b Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ Handinoto. (1996). Perkembangan kota dan arsitektur kolonial Belanda di Surabaya, 1870-1940 (edisi ke-Ed. 1., cet. 1). Yogyakarta: Diterbitkan atas kerjasama Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Kristen PETRA Surabaya dan Penerbit ANDI Yogyakarta. ISBN 9795333739. OCLC 38898570. 
  4. ^ Archiv Für Eisenbahnwesen. 58. 1935. 
  5. ^ Departemen Kehutanan (1986). Sejarah Kehutanan Indonesia II – III Periode Tahun 1942 — 1983. hlm. 2. ISBN 979-606-007-8. 
  6. ^ Kementerian Perhubungan, Biro Komunikasi dan Informasi Publik (2014-03-27). "Jalur Ganda KA Jakarta-Bojonegoro Sudah Bisa Beroperasi Penuh". Kementerian Perhubungan. Diakses tanggal 2020-04-10. 
  7. ^ "Switchover Terakhir di Jalur Ganda KA Pantura". Berita Trans. 2014-02-26. Diakses tanggal 2020-04-10. 
  8. ^ Subarkah, Iman (1992). Sekilas 125 Tahun Kereta Api Kita 1867-1992. Bandung: Yayasan Pusat Kesejahteraan Karyawan Kereta Api (Yayasan Pustaka). hlm. 30. 

Pranala luar

sunting

(Indonesia) Situs resmi KAI dan jadwal kereta api

Stasiun sebelumnya   Lintas Kereta Api Indonesia Stasiun berikutnya
Kapuan
menuju Gambringan
Gambringan–Surabaya Pasarturi Padangan
Cepu Kota
menuju Rembang
Rembang–Blora–Cepu
Lintas utama SJS
Terminus