Republik Kongo

negara di Afrika Tengah

Republik Kongo (bahasa Prancis: République du Congo, bahasa Kituba: Repubilika ya Kôngo)[a] adalah negara bekas koloni Prancis di sebelah barat-tengah Afrika.

Republik Kongo

République du Congo (Prancis)
Repubilika ya Kôngo (Kituba)
Republíki ya Kongó (Lingala)
SemboyanUnité, Travail, Progres
(Prancis: "Persatuan, Pekerjaan, Kemajuan")
Lagu kebangsaan
La Congolaise
(Indonesia: "Himne Nasional Republik Kongo")
Lokasi  Republik Kongo  (hijau tua)

– di Afrika  (biru muda & kelabu tua)
– di Uni Afrika  (biru muda)

Lokasi Republik Kongo
Ibu kota
Brazzaville
4°16′S 15°17′E / 4.267°S 15.283°E / -4.267; 15.283
Bahasa resmiPrancis
Bahasa daerah
yang diakui
Kituba dan Lingala
PemerintahanRepublik semi-presidensial
• Presiden
Denis Sassou-Nguesso
Anatole Collinet Makosso
LegislatifParlemen
Sénat
Assemblée nationale
Kemerdekaan
• Dibentuk republik
28 November 1958
• Dari Prancis
15 Agustus 1960
Luas
 - Total
342.000 km2 (64)
 - Perairan (%)
3,3
Populasi
 - Perkiraan 2022
5.546.307[1] (118)
17/km2
PDB (KKB)2022
 - Total
$25,897 miliar
$4.578[2]
PDB (nominal)2022
 - Total
$18,345 miliar
$3.243[2]
Gini (2011)40,2[3]
sedang
IPM (2019)Penurunan 0,574[4]
sedang · 149
Mata uangFranc CFA Afrika Tengah (FCFA)
(XEF)
Zona waktuWaktu Afrika Barat (WAT)
(UTC+1)
Lajur kemudikanan
Kode telepon+242
Kode ISO 3166CG
Ranah Internet.cg
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Wilayah ini didominasi oleh suku berbahasa Bantu, yang membangun hubungan perdagangan yang mengarah ke hulu Sungai Kongo. Republik ini adalah mantan koloni Prancis.[5] Setelah kemerdekaan pada tahun 1960, bekas wilayah Prancis dari Kongo Tengah menjadi Republik Kongo. Republik Rakyat Kongo adalah partai tunggal negara Marxis-Leninis 1970-1991. Pemilu multipartai telah diselenggarakan sejak tahun 1992, Walaupun pemerintah yang dipilih secara demokratis digulingkan dalam Perang Saudara Republik Kongo tahun 1997.

Republik Kongo menjadi anggota Uni Afrika, Perserikatan Bangsa-Bangsa, La Francophonie, Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Tengah, dan Gerakan Non-Blok. Negara ini telah menjadi produsen minyak terbesar ke-4 di Teluk Guinea, memberikan negara itu tingkat kemakmuran. Namun RK mengalami ketidakstabilan politik dan ekonomi di beberapa daerah dan distribusi pendapatan minyak yang tidak merata secara nasional. Karena ekonominya bergantung pada sektor minyak,[6] pertumbuhan ekonomi telah melambat sejak penurunan harga minyak pasca-2015. Dengan populasi 5,2 juta, 88,5% dari rakyatnya menganut agama Kristen.

Etimologi

sunting

Nama negara ini merujuk pada Sungai Kongo yang namanya berasal dari Kongo, sebuah kerajaan Bantu yang menempati mulutnya sekitar waktu Portugis pertama kali tiba pada tahun 1483[7] atau 1484.[8] Nama kerajaan berasal dari orang-orangnya, Bakongo, kata endonim kepada "pemburu" (Kongo: mukongo, nkongo).[9]

Selama periode ketika dijajah oleh Prancis, RK dikenal sebagai Kongo Prancis atau Kongo Tengah. Untuk membedakannya dari Republik Demokratik Kongo yang bertetangga, kadang-kadang disebut sebagai Kongo (Brazzaville) atau Kongo-Brazzaville. Nama Brazzaville sendiri berasal dari pendiri koloni, Pierre Savorgnan de Brazz, seorang bangsawan Italia yang gelarnya mengacu pada kota Brazzacco di komune Moruzzo, yang namanya berasal dari bahasa Latin Brattius atau Braccius, keduanya berarti "lengan".[10]

Sejarah

sunting

Orang-orang berbahasa Bantu yang membentuk suku selama ekspansi Bantu sebagian besar mengungsi dan menyerap penduduk awal wilayah tersebut, orang Pigmi, sekitar 1500 SM. Bakongo, sebuah kelompok etnis Bantu yang menduduki bagian-bagian yang kemudian menjadi Angola, Gabon, dan Republik Demokratik Kongo, membentuk basis pertalian etnis dan persaingan di antara negara-negara tersebut. Beberapa kerajaan Bantu—yakni Kongo, Loango, dan Teke—membangun jaringan perdagangan yang mengarah ke lembah Sungai Kongo.[11]

Penjelajah Portugis Diogo Cão tiba di mulut Kongo pada tahun 1484.[12] Hubungan komersial tumbuh antara kerajaan Bantu pedalaman dan pedagang Eropa yang memperdagangkan komoditas, barang-barang manufaktur, dan orang-orang yang ditangkap dan diperbudak di pedalaman. Setelah berabad-abad sebagai pusat perdagangan transatlantik, kolonisasi Eropa di delta sungai Kongo dimulai pada abad ke-19 hingga mengikis kekuatan masyarakat Bantu di wilayah tersebut.[13]

 
Pengadilan N'Gangue M'voumbe Niambi, dari buku Description of Africa (1668)

Wilayah utara Sungai Kongo berada di bawah kedaulatan Prancis pada tahun 1880 akibat dari perjanjian Pierre de Brazza dengan Raja Makoko dari Bateke.[12][14] Setelah kematian Makoko, jandanya Ratu Ngalifourou menjunjung tinggi perjanjian dan menjadi sekutu penjajah.[15] Koloni Kongo ini pertama kali dikenal sebagai Kongo Prancis, kemudian Kongo Tengah pada tahun 1903.

Pada tahun 1908, Prancis membentuk French Equatorial Africa (AEF), yang terdiri dari Kongo Tengah, Gabon, Chad, dan Oubangui-Chari (yang kemudian disebut Republik Afrika Tengah). Prancis menetapkan Brazzaville sebagai ibu kota federal. Pembangunan ekonomi selama 50 tahun pertama pemerintahan kolonial di Kongo berpusat pada ekstraksi sumber daya alam. Pembangunan Rel Kereta Api Kongo-Samudera setelah Perang Dunia I diperkirakan menelan sedikitnya 14.000 jiwa.[12]

Selama pendudukan Nazi di Prancis selama Perang Dunia II, Brazzaville berfungsi sebagai ibu kota simbolis Prancis Bebas antara 1940 dan 1943.[16] Konferensi Brazzaville tahun 1944 menandai periode reformasi dalam kebijakan kolonial Prancis. Pascaperang, Kongo diuntungkan dengan meningkatnya infrastruktur dan pengeluaran biaya administrasi ditanggung kolonial karena pusat AEF dan ibukota federal berada di Brazzaville.[11] Daerah ini kemudian memiliki legislatif lokal setelah adopsi konstitusi 1946 yang membentuk Republik Keempat.

Setelah revisi konstitusi Prancis yang membentuk Republik Kelima pada tahun 1958, AEF dibubarkan menjadi bagian-bagian penyusunnya, yang masing-masing menjadi koloni otonom dalam Komunitas Prancis. Selama reformasi ini, Kongo Tengah dikenal sebagai Republik Kongo pada tahun 1958[17] dan menerbitkan konstitusi pertamanya pada tahun 1959.[18] Permusuhan antara etnik Mbochi (yang menyukai Jacques Opangault) dan etnik Laris dan Kongo (yang menyukai Fulbert Youlou, walikota kulit hitam pertama yang terpilih di Afrika Ekuatorial Prancis) mengakibatkan serangkaian kerusuhan di Brazzaville pada Februari 1959, hingga diatasi oleh Tentara Prancis.[19]

Pemilihan berlangsung pada bulan April 1959. Pada saat Kongo merdeka pada bulan Agustus 1960, Opangault, mantan lawan Youlou, setuju untuk berkoalisi dengannya. Youlou menjadi Presiden pertama Republik Kongo.[20] Karena ketegangan politik begitu tinggi di Pointe-Noire, Youlou memindahkan ibu kota ke Brazzaville.

 
Aturan 1 partai Alphonse Massamba-Débat (1963–1968) berusaha menerapkan strategi ekonomi politik dari "sosialisme ilmiah".

Republik Kongo merdeka sepenuhnya dari Prancis pada 15 Agustus 1960. Youlou memerintah sebagai presiden pertama negara itu sampai elemen buruh dan partai politik saingan menghasut pemberontakan 3 hari yang menggulingkannya.[21] Militer Kongo mengambil alih negara dan membentuk pemerintahan sipil sementara yang dipimpin oleh Alphonse Massamba-Débat.

Di bawah konstitusi 1963, Massamba-Débat terpilih sebagai presiden untuk masa jabatan 5 tahun.[11] Selama masa jabatan Massamba-Débat, rezim mengadopsi "sosialisme ilmiah" sebagai ideologi konstitusional negara tersebut.[22] Pada tahun 1964, Kongo untuk pertama kalinya mengirim tim resmi dengan satu atlet ke Olimpiade. Pada tahun 1965, Kongo menjalin hubungan dengan Uni Soviet, Republik Rakyat Cina, Korea Utara, dan Vietnam Utara.[22] Pada malam 14-15 Februari 1965, 3 pejabat publik Republik Kongo diculik: Lazare Matsocota [fr] (jaksa Republik), Joseph Pouabou [fr] (Presiden Mahkamah Agung), dan Anselme Massouémé [fr] (direktur Badan Informasi Kongo). Mayat 2 orang kemudian ditemukan, dimutilasi di tepi Sungai Kongo.[23][24] Rezim Massamba-Débat mengundang beberapa ratus tentara Kuba ke negara itu untuk melatih unit-unit milisi partainya. Pasukan ini membantu pemerintahnya bertahan dari kudeta pada tahun 1966 yang dipimpin oleh pasukan terjun payung yang setia kepada Presiden masa depan, Marien Ngouabi. Massamba-Débat tidak dapat mendamaikan faksi institusional, suku, dan ideologis di dalam negeri[22] dan rezimnya berakhir dengan kudeta tak berdarah pada September 1968.

Marien Ngouabi, yang ikut serta dalam kudeta, menjadi presiden pada 31 Desember 1968. 1 tahun kemudian, Ngouabi memproklamasikan "republik rakyat" Kongo Afrika yang pertama yakni Republik Rakyat Kongo. Kemudian ia mengumumkan keputusan Gerakan Revolusioner Nasional untuk mengubah namanya menjadi Partai Buruh Kongo (PCT). Dia selamat dari percobaan kudeta pada tahun 1972 namun terbunuh pada tanggal 16 Maret 1977. Komite Militer Partai (CMP) beranggotakan 11 orang kemudian ditunjuk untuk memimpin pemerintahan sementara, dengan Joachim Yhombi-Opango menjabat sebagai presiden. 2 tahun kemudian, Yhombi-Opango dilengserkan dari kekuasaan dan Denis Sassou Nguesso diangkat menjadi presiden baru.[11]

Sassou Nguesso menyelaraskan negara itu dengan Blok Timur dan menandatangani pakta persahabatan 20 tahun dengan Uni Soviet. Selama bertahun-tahun, Sassou harus lebih mengandalkan represi politik dan mengurangi patronase untuk mempertahankan kediktatorannya.[25] Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 mengakibatkan berakhirnya bantuan Soviet untuk menopang rezim, sehingga ia turun tahta.

Pascal Lissouba yang menjadi presiden terpilih pertama Kongo (1992-1997) selama periode demokrasi multi-partai berusaha untuk melaksanakan reformasi ekonomi dengan dukungan IMF untuk meliberalisasi ekonomi. Pada bulan Juni 1996, IMF menyetujui SDR69.5m (US$100m) untuk 3 tahun guna peningkatan fasilitas penyesuaian struktural (ESAF) dan hampir mengumumkan perjanjian tahunan baru ketika perang saudara pecah di Kongo pada tahun 1997.[26]

Kemajuan demokrasi Kongo menurun pada tahun 1997 ketika Lissouba dan Sassou mulai memperebutkan kekuasaan dalam perang saudara. Saat pemilihan presiden yang dijadwalkan pada Juli 1997 mendekat, ketegangan antara kubu Lissouba dan Sassou meningkat. Pada tanggal 5 Juni, pasukan pemerintah Presiden Lissouba mengepung kompleks Sassou di Brazzaville, dan Sassou memerintahkan anggota milisi pribadinya (dikenal sebagai "Kobra") untuk melawan. Maka dimulailah konflik 4 bulan yang menghancurkan beberapa tempat di Brazzaville dan membunuh puluhan ribu warga sipil. Pada bulan Oktober, pemerintah Angola memulai invasi ke Kongo untuk mengangkat Sassou berkuasa hingga pemerintah Lissouba jatuh. Setelah itu, Sassou mendeklarasikan dirinya sebagai presiden.[11]

 
Demonstrasi pro-reformasi konstitusi di Brazzaville selama Oktober 2015. Reformasi konstitusi kemudian disetujui dalam pemilihan yang disengketakan yang diwarnai dengan demonstrasi dan kekerasan.

Dalam pemilihan tahun 2002, Sassou menang dengan hampir 90% suara. 2 saingan utamanya, Lissouba dan Bernard Kolelas dicegah untuk bersaing. Saingan yang tersisa, André Milongo menyarankan para pendukungnya untuk memboikot pemilihan dan kemudian mengundurkan diri dari perlombaan.[27] Sebuah konstitusi disetujui melalui referendum pada Januari 2002, memberikan presiden kekuasaan baru yang memperpanjang masa jabatannya menjadi 7 tahun dan memperkenalkan majelis bikameral baru. Pengamat internasional mempermasalahkan penyelenggaraan pemilihan presiden dan referendum konstitusional tersebut, keduanya mengingatkan pada era negara satu partai di Kongo.[28] Setelah pemilihan presiden, pertempuran kembali terjadi di wilayah Pool antara pasukan pemerintah dan pemberontak yang dipimpin oleh Pendeta Ntumi hingga sebuah perjanjian damai untuk mengakhiri konflik ditandatangani pada April 2003.[29]

Sassou memenangkan pemilihan presiden berikutnya pada bulan Juli 2009.[30] Menurut pengamat Hak Asasi Manusia Kongo, sebuah organisasi non-pemerintah, pemilihan tersebut diwarnai dengan jumlah pemilih yang "sangat rendah" serta "kecurangan dan penyimpangan".[31] Pada bulan Maret 2015, Sassou mengumumkan bahwa dia ingin mencalonkan dirinya lagi pada pemilihan selanjutnya. Referendum konstitusi pada bulan Oktober menghasilkan perubahan konstitusi yang memungkinkan dia untuk mencalonkan diri pada pemilihan presiden 2016. Dia memenangkan pemilihan yang diyakini oleh beberapa orang sebagai penipuan. Setelah protes keras di ibu kota, Sassou menyerang wilayah Pool di mana pemberontak Ninja dari perang saudara dulu bermarkas. Hal tersebut diyakini sebagai sebuah pengalihan isu. Para pemberontak Ninja bangkit dan melancarkan serangan terhadap tentara pada April 2016 yang menyebabkan 80.000 orang meninggalkan rumah mereka. Kesepakatan gencatan senjata ditandatangani pada Desember 2017.[32]

Geografi

sunting

Kongo terletak di bagian tengah-barat Afrika Sub-Sahara , di sepanjang Khatulistiwa , terletak di antara garis lintang 4 ° N dan 5 ° S , dan bujur 11 ° dan 19 ° E. Di sebelah selatan dan timurnya adalah Republik Demokratik Kongo . Itu juga dibatasi oleh Gabon di barat, Kamerun dan Republik Afrika Tengah di utara, dan Cabinda ( Angola ) di barat daya. Memiliki pantai pendek di Samudera Atlantik.

Ibukotanya, Brazzaville, terletak di Sungai Kongo, di selatan negara itu, tepat di seberang Kinshasa , ibukota Republik Demokratik Kongo.

Bagian barat daya negara itu adalah dataran pantai yang drainase utamanya adalah Sungai Kouilou-Niari; pedalaman negara terdiri dari dataran tinggi tengah antara dua cekungan ke selatan dan utara. Hutan berada di bawah tekanan eksploitasi yang meningkat.[33] Kongo memiliki skor rata-rata Indeks Integritas Lanskap Hutan 2018 sebesar 8,89/10, peringkat ke-12 secara global dari 172 negara.[34]

Kongo terletak di dalam 4 ekoregion terestrial: hutan pantai Khatulistiwa Atlantik, hutan dataran rendah Kongo Barat Laut, hutan rawa Kongo Barat, dan mosaik hutan-sabana Kongo Barat.[35]

Pada tahun 2006-07, para peneliti dari Organisasi Pelestarian Satwa Liar mempelajari gorila di daerah berhutan lebat yang berpusat di distrik Ouesso di Wilayah Sangha. Mereka memperkirakan populasi sekitar 125.000 gorila dataran rendah barat , yang terisolasi dari manusia sebagian besar telah dilestarikan oleh rawa-rawa yang tidak ramah.[36]

Karena negara itu terletak di Ekuator, iklimnya konsisten sepanjang tahun, dengan suhu rata-rata siang hari 24 °C (75 °F) lembap dan malam hari umumnya antara 16 °C (61 °F) dan 21 °C (70 °F). Curah hujan tahunan rata-rata berkisar dari 1.100 milimeter (43 in) di Lembah Niari di selatan hingga lebih dari 2.000 milimeter (79 in) di bagian tengah negara itu. Musim kemarau dari Juni hingga Agustus, sementara di sebagian besar negara musim hujan memiliki dua curah hujan maksimum: satu pada bulan Maret-Mei dan satu lagi pada bulan September-November.[37]

Politik

sunting

Pemerintah Republik berada dalam kerangka semi-presidensial dengan presiden terpilih menunjuk Dewan Menteri, atau Kabinet. Dewan, termasuk Perdana Menteri, dipilih dari perwakilan terpilih di Parlemen. Sejak tahun 1990-an, negara ini memiliki sistem politik multi partai yang didominasi oleh Presiden Denis Sassou Nguesso. Sassou Nguesso didukung oleh Partai Buruh Kongo miliknya sendiri (Prancis: Parti Congolais du Travail) serta sejumlah partai kecil.

Rezim Sassou telah melihat pengungkapan korupsi, dengan upaya untuk menyensornya. Satu penyelidikan Prancis menemukan lebih dari 110 rekening bank dan lusinan "properti mewah" di Prancis.[38] Sassou mencela investigasi penggelapan sebagai "rasis" dan "kolonial".[39][40][41] Denis Christel Sassou-Nguesso, anak laki-laki dari Denis Sassou Nguesso, namanya tersebut dalam Panama Papers.[42]

Hubungan luar negeri

sunting
 
Peta hubungan diplomatik Republik Kongo

Selama dua dasawarsa sebelum Konferensi Nasional Republik Kongo tahun 1991, negara itu berada di kubu sosialis, terutama bersekutu dengan Uni Soviet dan negara-negara blok Timur lainnya. Hubungan pendidikan, ekonomi, dan bantuan luar negeri antara Kongo dan sekutu blok Timurnya sangat luas, dengan pasukan militer dan keamanan Kongo menerima bantuan Soviet, Jerman Timur, dan Kuba yang signifikan.

Setelah pembubaran Uni Soviet di seluruh dunia dan adopsi demokrasi multi-partai Kongo pada tahun 1991, hubungan bilateral Kongo dengan mantan sekutu sosialisnya menjadi relatif kurang penting. Prancis sekarang menjadi mitra eksternal utama Kongo, memberikan kontribusi bantuan ekonomi yang signifikan, sambil memainkan peran yang sangat berpengaruh.

Kongo-Brazzaville juga merupakan anggota Mahkamah Pidana Internasional dengan Perjanjian Imunitas Bilateral untuk perlindungan militer AS.

Keanggotaan dalam organisasi internasional termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Organisasi Kesatuan Afrika, Bank Pembangunan Afrika, Perjanjian Umum Tarif dan Perdagangan (GATT), Komisi Ekonomi untuk Negara-negara Afrika Tengah, Persatuan Pabean dan Ekonomi Afrika Tengah, Organisasi Kopi Internasional, Persatuan Negara Afrika Tengah, INTELSAT, Organisasi Polisi Kriminal Internasional - Interpol, Gerakan Non-Blok, dan Kelompok 77.

Pembagian administratif

sunting

Republik Kongo dibagi kepada 12 wilayah (département, jamak départements) (ibu kota masing-masing dalam kurung):

Ekonomi

sunting
 
Representasi proporsional ekspor Republik Kongo, 2019
 
Perkembangan PDB per kapita, 1950 hingga 2018

Ekonomi adalah campuran dari pertanian desa dan kerajinan tangan, sektor industri yang berbasis minyak bumi,[6][43] layanan pendukung, dan pemerintah yang ditandai oleh masalah anggaran dan kelebihan pegawai. Ekstraksi minyak bumi telah menggantikan kehutanan sebagai andalan ekonomi. Pada 2008, sektor minyak menyumbang 65% dari PDB, 85% dari pendapatan pemerintah, dan 92% dari ekspor.[44] Negara ini juga memiliki kekayaan mineralbesar yang belum dimanfaatkan.[6]

Pada awal 1980-an, pendapatan minyak yang meningkat pesat memungkinkan pemerintah untuk membiayai proyek-proyek pembangunan berskala besar dengan pertumbuhan PDB rata-rata 5% per tahun, salah satu tertinggi di Afrika. Pemerintah telah menggadaikan sebagian besar pendapatan minyaknya, berkontribusi pada kekurangan pendapatan. Pada 12 Januari 1994, devaluasi mata uang Franc sebesar 50% mengakibatkan inflasi sebesar 46% pada tahun 1994, dan inflasi mereda sejak itu.[45]

Upaya reformasi ekonomi berlanjut dengan dukungan organisasi internasional, terutama Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional. Program reformasi terhenti pada Juni 1997 ketika perang saudara meletus. Ketika Sassou Nguesso kembali berkuasa pada akhir perang pada Oktober 1997, ia secara terbuka menyatakan minatnya untuk bergerak maju dalam reformasi ekonomi dan privatisasi dan dalam memperbarui kerja sama dengan lembaga keuangan internasional. Namun, kemajuan ekonomi sangat dirugikan dengan merosotnya harga minyak dan dimulainya kembali konflik bersenjata pada Desember 1998, yang memperburuk defisit anggaran republik.

Pemerintahan saat ini memimpin perdamaian internal yang tidak mudah dan menghadapi masalah ekonomi yang sulit untuk merangsang pemulihan dan mengurangi kemiskinan, meskipun harga minyak tercatat tinggi sejak 2003. Gas alam dan berlian juga merupakan ekspor utama Kongo baru-baru ini, meskipun Kongo dikeluarkan dari Proses Kimberley di 2004 di tengah tuduhan bahwa sebagian besar ekspor intan mereka sebenarnya diselundupkan keluar dari Republik Demokratik Kongo yang bertetangga; itu diterima kembali ke organisasi pada 2007.[46][47]

Republik Kongo juga memiliki endapan logam, emas, besi dan fosfat besar yang belum dimanfaatkan.[48] Negara ini adalah anggota Organisasi untuk Harmonisasi Hukum Bisnis di Afrika (OHADA).[49] Pemerintah Kongo menandatangani perjanjian pada 2009 untuk menyewakan 200.000 hektar lahan kepada petani Afrika Selatan untuk mengurangi ketergantungannya pada impor.[50][51]

PDB Republik Kongo tumbuh sebesar 6% pada tahun 2014 dan diperkirakan akan tumbuh sebesar 7,5% pada tahun 2015.[52][53]

Pada tahun 2018, Republik Kongo bergabung dengan Organisasi Negara Pengekspor Minyak.[54]

Transportasi

sunting

Transportasi di Republik Kongo mencakup transportasi darat, udara dan air. Sistem kereta api negara dibangun oleh pekerja paksa selama tahun 1930-an dan sebagian besar masih beroperasi. Ada juga lebih dari 1000 km jalan beraspal dan dua bandara internasional utama (Bandara Maya-Maya dan Bandara Pointe-Noire) yang memiliki penerbangan ke tujuan di Eropa, Afrika, dan Timur Tengah. Negara ini juga memiliki pelabuhan besar di Samudra Atlantik di Pointe-Noire dan yang lainnya di sepanjang Sungai Kongo di Brazzaville dan Impfondo.

Demografi

sunting

Agama di Republik Kongo oleh Arsip Data Asosiasi Agama (2015)[55]

  Katolik (52.9%)
  Protestanisme dan Kristen lainnya (35.6%)
  Agama lainnya (2.3%)
  Tidak beragama (3.0%)
  Tidak diketahui (1.4%)
Populasi [56][57]
Tahun Juta
1950 0.8
2000 3.2
2021 5.8

Populasinya terkonsentrasi di bagian barat daya, meninggalkan kawasan hutan tropis di utara yang hampir tidak berpenghuni. 70% dari total penduduknya tinggal di beberapa daerah perkotaan, yaitu di Brazzaville, Pointe-Noire, atau di kota/desa yang berjejer sepanjang 534 kilometer (332 mi), dengan jalur kereta api yang menghubungkan antar daerah. Di daerah pedesaan, kegiatan industri dan perdagangan telah menurun dalam beberapa tahun, membuat ekonomi pedesaan bergantung pada pemerintah untuk dukungan dan penghidupan.[58]

Ethnologue mengakui 62 bahasa lisan di negara ini.[59] Kongo adalah kelompok etnis terbesar dan membentuk kira-kira setengah dari populasi. Subkelompok Kongo yang paling signifikan adalah Laari, di wilayah Brazzaville dan Pool, dan Vili di sekitar Pointe-Noire dan di sepanjang pantai Atlantik. Kelompok terbesar kedua adalah Teke, yang tinggal di sebelah utara Brazzaville, dengan 16,9% populasi. Mbochi tinggal di utara, timur dan di Brazzaville dan merupakan 13,1% dari populasi.[60][61] Pigmi merupakan 2% dari populasi Kongo.[62]

Sebelum perang tahun 1997, sekitar 9.000 orang Eropa dan non-Afrika tinggal di Kongo, kebanyakan dari mereka adalah orang Prancis; hanya sebagian kecil dari jumlah ini yang tersisa.[58] Sekitar 300 ekspatriat Amerika tinggal di Kongo.[58]

Menurut CIA World Factbook, penduduk Republik Kongo sebagian besar adalah campuran Katolik (33,1%), Lutheran Kebangkitan (22,3%), dan Protestan lainnya (19,9%) pada tahun 2007. Pengikut Islam mencapai 1,6%; hal ini terutama disebabkan masuknya pekerja asing ke pusat-pusat perkotaan.[63]

Menurut survei tahun 2011–12, tingkat kesuburan total adalah 5,1 anak yang lahir per wanita, dengan 4,5 di daerah perkotaan dan 6,5 di daerah pedesaan.[64]

Budaya

sunting

Wilayah itu didominasi oleh suku-suku berbahasa Bantu, yang membangun jalur perdagangan yang mengarah ke lembah Sungai Kongo. Kongo-Brazzaville dulunya merupakan bagian dari koloni Prancis di Afrika Khatulistiwa.

Bahasa resmi Republik Kongo adalah bahasa Prancis yang dituturkan oleh 56% populasi Kongo (78% populasi di atas 10 tahun), persentase tertinggi kedua di Afrika pada tahun 2010, setelah Gabon. Sekitar 88% orang Brazzavillan yang berusia di atas 15 tahun mengatakan bahwa mereka memiliki ekspresi yang mudah dalam bahasa Prancis. Republik Kongo memiliki sejumlah penulis terkenal di Afrika dan dunia berbahasa Prancis, diantaranya Alain Mabanckou, Jean-Baptiste Tati Loutard, Jeannette Balou Tchichelle, Henri Lopes, Lassy Mbouity dan Tchicaya U Tam'si.

Referensi

sunting
  1. ^ "Explore all countries–Republic of the Congo". World Fact Book. Diakses tanggal 24 Oktober 2022. 
  2. ^ a b "Report for Selected Countries and Subjects". www.imf.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 November 2020. Diakses tanggal 20 May 2020. 
  3. ^ "GINI index". World Bank. Diakses tanggal 12 September 2015. 
  4. ^ Human Development Report 2020 The Next Frontier: Human Development and the Anthropocene (PDF). United Nations Development Programme. 15 December 2020. hlm. 343–346. ISBN 978-92-1-126442-5. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 15 December 2020. Diakses tanggal 16 December 2020. 
  5. ^ "CIA – The World Factbook – Congo, Republic of the". Cia.gov. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-31. Diakses tanggal 2008-12-26. 
  6. ^ a b c Nzaou-Kongo, Aubin (2018). Exploitation des hydrocarbures et protection de l'environnement en République du Congo : essai sur la complexité de leurs rapports à la lumière du droit international. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 May 2021. Diakses tanggal 15 January 2021. 
  7. ^ Gates, Louis & Appiah, Anthony. Africana: The Encyclopedia of the African and African American Experience, p. 1105. 1999.
  8. ^ Olson, James S. & Shadle, Robert. Historical Dictionary of European Imperialism Diarsipkan 2 May 2016 di Wayback Machine., p. 225. Greenwood Publishing Grp., 1991. ISBN 0-313-26257-8.
  9. ^ Bentley, Wm. Holman. Pioneering on the Congo. Fleming H. Revell Co., 1900. Artikel dengan pernyataan yang tidak disertai rujukan[dibutuhkan verifikasi sumber]
  10. ^ Frau, Giovanni Dizionario Toponomastico Friuli-Venezia Giulia. Istituto per l'Enciclopedia del Friuli-Venezia Giulia, 1978.
  11. ^ a b c d e "Background Note: Republic of the Congo". Department of State. March 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 July 2017. Diakses tanggal 25 June 2017. 
  12. ^ a b c Olson, James S. & Shadle, Robert. Historical Dictionary of European Imperialism Diarsipkan 2 May 2016 di Wayback Machine., p. 225. Greenwood Publishing Group, 1991. ISBN 0-313-26257-8. Accessed 9 October 2011.
  13. ^ Boxer, C. R. The Portuguese Seaborne Empire, 1415–1825, A. A. Knopf, 1969, ISBN 0090979400
  14. ^ "BBC NEWS – Africa – The man who would be Congo's king". 12 February 2003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 November 2016. Diakses tanggal 29 November 2016. 
  15. ^ jeremy, rich (2012), Akyeampong, Emmanuel K; Gates, Henry Louis, ed., "Ngalifourou", Dictionary of African Biography (dalam bahasa Inggris), Oxford University Press, doi:10.1093/acref/9780195382075.001.0001, ISBN 978-0-19-538207-5, diarsipkan dari versi asli tanggal 22 January 2021, diakses tanggal 2021-01-16 
  16. ^ United States State Department. Office of the Historian. A Guide to the United States' History of Recognition, Diplomatic, and Consular Relations, by Country, since 1776. "Republic of the Congo Diarsipkan 12 May 2017 di Wayback Machine.". Accessed 9 October 2010.
  17. ^ United States State Department. Bureau of African Affairs. Background Notes. "Republic of the Congo Diarsipkan 4 June 2019 di Wayback Machine. ". Accessed 9 October 2011.
  18. ^ Robbers, Gerhard (2007). Encyclopedia of World Constitutions Diarsipkan 6 May 2016 di Wayback Machine.. Infobase Publishing. ISBN 0-8160-6078-9. Accessed 9 October 2011.
  19. ^ CONGO REPUBLIC: BRAZZAVILLE RIOTS AFTERMATH Diarsipkan 5 May 2014 di Wayback Machine.. Reuters (27 February 1959)
  20. ^ "Fulbert Youlou facts, information, pictures – Encyclopedia.com articles about Fulbert Youlou". Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 November 2016. Diakses tanggal 27 November 2016. 
  21. ^ Alain Mabanckou "The Lights of Pointe-Noire" ISBN 978-1620971901. 2013. p.175
  22. ^ a b c Shillington, Kevin (2005). Encyclopedia of African history. CRC Press. hlm. 301. ISBN 978-1579582456. 
  23. ^ Bazenguissa-Ganga, Rémy. Les voies du politique au Congo: essai de sociologie historique Diarsipkan 1 August 2020 di Wayback Machine.. Paris: Karthala, 1997. p. 110
  24. ^ Africa Research Bulletin Diarsipkan 13 April 2021 di Wayback Machine.. Oxford, England: Blackwell, 1965. p. 242
  25. ^ Shillington, Kevin (2005). Encyclopedia of African history. CRC Press. hlm. 302. ISBN 978-1579582456. 
  26. ^ Country Report Congo-Brazzaville. The Economist Intelligence Unit. 2003. hlm. 24. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 October 2013. Diakses tanggal 16 June 2013. 
  27. ^ "Congo, Republic of". Freedom House. 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 October 2009. Diakses tanggal 12 June 2009. 
  28. ^ "Congo approves new constitution". BBC. 24 January 2002. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 September 2009. Diakses tanggal 12 June 2009. 
  29. ^ "Congo peace deal signed". BBC. 18 March 2003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 September 2009. Diakses tanggal 15 June 2009. 
  30. ^ "17 candidates in Congo presidential race: commission". AFP. 13 June 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 March 2011. Diakses tanggal 15 June 2009. 
  31. ^ Vote results expected as opposition alleges fraud Diarsipkan 27 July 2009 di Wayback Machine.. France24 (16 July 2009).
  32. ^ "Congo-Brazzaville's hidden war". New Humanitarian. 18 June 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 April 2019. Diakses tanggal 7 April 2019. 
  33. ^ Map: Situation de l'exploitation forestière en République du Congo Diarsipkan 14 January 2009 di Wayback Machine.. (PDF) . Retrieved on 25 February 2013.
  34. ^ Grantham, H. S.; Duncan, A.; Evans, T. D.; Jones, K. R.; Beyer, H. L.; Schuster, R.; Walston, J.; Ray, J. C.; Robinson, J. G.; Callow, M.; Clements, T.; Costa, H. M.; DeGemmis, A.; Elsen, P. R.; Ervin, J.; Franco, P.; Goldman, E.; Goetz, S.; Hansen, A.; Hofsvang, E.; Jantz, P.; Jupiter, S.; Kang, A.; Langhammer, P.; Laurance, W. F.; Lieberman, S.; Linkie, M.; Malhi, Y.; Maxwell, S.; Mendez, M.; Mittermeier, R.; Murray, N. J.; Possingham, H.; Radachowsky, J.; Saatchi, S.; Samper, C.; Silverman, J.; Shapiro, A.; Strassburg, B.; Stevens, T.; Stokes, E.; Taylor, R.; Tear, T.; Tizard, R.; Venter, O.; Visconti, P.; Wang, S.; Watson, J. E. M. (2020). "Anthropogenic modification of forests means only 40% of remaining forests have high ecosystem integrity - Supplementary Material". Nature Communications. 11 (1): 5978. Bibcode:2020NatCo..11.5978G. doi:10.1038/s41467-020-19493-3. ISSN 2041-1723. PMC 7723057 . PMID 33293507 Periksa nilai |pmid= (bantuan). 
  35. ^ Dinerstein, Eric; Olson, David; Joshi, Anup; Vynne, Carly; Burgess, Neil D.; Wikramanayake, Eric; Hahn, Nathan; Palminteri, Suzanne; Hedao, Prashant; Noss, Reed; Hansen, Matt; Locke, Harvey; Ellis, Erle C; Jones, Benjamin; Barber, Charles Victor; Hayes, Randy; Kormos, Cyril; Martin, Vance; Crist, Eileen; Sechrest, Wes; Price, Lori; Baillie, Jonathan E. M.; Weeden, Don; Suckling, Kierán; Davis, Crystal; Sizer, Nigel; Moore, Rebecca; Thau, David; Birch, Tanya; Potapov, Peter; Turubanova, Svetlana; Tyukavina, Alexandra; de Souza, Nadia; Pintea, Lilian; Brito, José C.; Llewellyn, Othman A.; Miller, Anthony G.; Patzelt, Annette; Ghazanfar, Shahina A.; Timberlake, Jonathan; Klöser, Heinz; Shennan-Farpón, Yara; Kindt, Roeland; Lillesø, Jens-Peter Barnekow; van Breugel, Paulo; Graudal, Lars; Voge, Maianna; Al-Shammari, Khalaf F.; Saleem, Muhammad (2017). "An Ecoregion-Based Approach to Protecting Half the Terrestrial Realm". BioScience. 67 (6): 534–545. doi:10.1093/biosci/bix014. ISSN 0006-3568. PMC 5451287 . PMID 28608869. 
  36. ^ "'Mother Lode' Of Gorillas Found In Congo Forests : NPR". NPR.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 August 2008. Diakses tanggal 15 August 2008. 
  37. ^ Samba G.; Nganga D.; Mpounza M. (2008). "Rainfall and temperature variations over Congo-Brazzaville between 1950 and 1998". Theoretical and Applied Climatology. 91 (1–4): 85–97. Bibcode:2008ThApC..91...85S. doi:10.1007/s00704-007-0298-0. 
  38. ^ "FACTBOX-African leaders' French assets under scrutiny". Reuters. 29 April 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 February 2012. Diakses tanggal 1 July 2017. 
  39. ^ "Congo leader son fails in gag bid". BBC. 15 August 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 September 2009. Diakses tanggal 26 July 2009. 
  40. ^ "Propping Up Africa's Dictators". Foreign Policy In Focus. 22 June 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 October 2009. 
  41. ^ "FACTBOX-African leaders' French assets under scrutiny". Reuters. 29 April 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 February 2012. 
  42. ^ Joan Tilouine; ICIJ (4 April 2016). "Les Africains du Panama (1) : les circuits offshore des " fils de "". Le Monde (dalam bahasa Prancis). Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 November 2016. Diakses tanggal 10 December 2016. 
  43. ^ "Congo-Brazzaville". Energy Information Administration, U.S. Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 March 2008. Diakses tanggal 11 June 2009. 
  44. ^ Republic of the Congo Diarsipkan 4 May 2009 di Wayback Machine. World Bank
  45. ^ "Congo, Republic of". EconStats. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 April 2009. Diakses tanggal 11 June 2009. 
  46. ^ "Kimberley Process Removes the Republic of Congo from the List of Participants". Kimberley Process. 9 July 2004. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 May 2009. Diakses tanggal 11 June 2008. 
  47. ^ "2007 Kimberley Process Communiqué". Kimberley Process. 8 November 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 March 2008. Diakses tanggal 11 June 2008. 
  48. ^ "Mining in Congo". MBendi. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 December 2016. Diakses tanggal 14 June 2009. 
  49. ^ "OHADA.com: The business law portal in Africa". Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 March 2009. Diakses tanggal 22 March 2009. 
  50. ^ Goodspeed, Peter (21 October 2009) "South Africa's white farmers prepare to trek to the Congo". Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 February 2011. Diakses tanggal 10 September 2016.  . National Post.
  51. ^ Congo hands land to South African farmers Diarsipkan 21 May 2018 di Wayback Machine.. Telegraph. 21 October 2009.
  52. ^ "Republic of the Congo GDP Annual Growth Rate". Trading Economics. 
  53. ^ "Republic of the Congo GDP and Economic Data". Global Finance. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 January 2016. Diakses tanggal 14 January 2016. 
  54. ^ "OPEC Member Countries". Organization of Petroleum Exporting Countries. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 February 2019. Diakses tanggal 20 January 2019. 
  55. ^ "Congo, Republic of the". Association of Religion Data Archives. 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 October 2020. Diakses tanggal 18 May 2020. 
  56. ^ "World Population Prospects 2022". Divisi Populasi Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa. Diakses tanggal 17 Juli 2022. 
  57. ^ "World Population Prospects 2022: Demographic indicators by region, subregion and country, annually for 1950-2100" (XSLX) ("Total Populasi, per 1 Juli (ribuan)"). Divisi Populasi Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa. Diakses tanggal 17 Juli 2022. 
  58. ^ a b c Background Note: Republic of the Congo Diarsipkan 4 June 2019 di Wayback Machine. United States Department of State. Accessed on 21 August 2008.
  59. ^ "Languages of Congo". SIL International. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 September 2008. Diakses tanggal 13 June 2009. 
  60. ^ Levinson, David (1998). Ethnic groups worldwide. Greenwood Publishing Group. hlm. 120–121. ISBN 978-1-57356-019-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 April 2021. Diakses tanggal 20 December 2020. 
  61. ^ "Congo Overview". Minority Rights Group International. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 June 2008. Diakses tanggal 13 June 2009. 
  62. ^ "Les pygmées du Congo en "danger d'extinction"". Le Monde. 5 August 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 November 2017. Diakses tanggal 5 November 2017. 
  63. ^ "Congo, Republic of the". CIA – The World Factbook. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 January 2021. Diakses tanggal 30 May 2007. 
  64. ^ Congo. Enquête Démographique et de Santé 2011–2012 Diarsipkan 22 February 2014 di Wayback Machine.. Centre National de la Statistique et des Études Économiques (CNSEE), Brazzaville. December 2012

Pranala luar

sunting
Pemerintahan
Umum
Pariwisata
  • Congo-Brazzaville.com



Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/> yang berkaitan