Karangmalang, Bobotsari, Purbalingga
Karang malang adalah desa di kecamatan Bobotsari, Purbalingga, Jawa Tengah, Indonesia.
Karangmalang | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Purbalingga | ||||
Kecamatan | Bobotsari | ||||
Kode pos | 53353 | ||||
Kode Kemendagri | 33.03.09.2003 | ||||
Luas | 125.140 Ha | ||||
Jumlah penduduk | 3941 JIwa | ||||
|
Pranala luar
sunting- (Indonesia) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-145 Tahun 2022 tentang Pemberian dan Pemutakhiran Kode, Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, dan Pulau tahun 2021
- (Indonesia) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan
- (Indonesia) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan
PROFIL
“Sejarah Desa”
Setelah kasultanan Demak pindah ke pajang (antara grobogan-Solo) Sultan Hadiwijoyo (Joko Tingkir) mengirimkan tentara dengan maksud maksud untuk penyebaran Islam (Waktu itu wilayah kadipaten Onje) yang diperkirakan masih hindu, dalam perjalanannya mereka berhenti di wilayah Banjarsari dan daerah tersebut dibawah wilayah Adipati Pakuncen (sekarang Lor Bocari.Red) dengan maksud memata-mati keadaan Kadipaten Ojne dan ternyata wilayah tersebut sudah beragama islam (menurut Riwayat disebarkan oleh Syeh Jambu Karang dari Kewalian Ardilawet Makam).
Setelah mengetahui Kadipaten Onje beragama islam , kemudian tentara pajang tersebut mendirikan masjid (yang sekarang masjih Al-Falah) dan padepokan (pondok pesantren) diwilayah itu (yang sekarang banjarsari-karangmalang lor) dan mereka kemudian menetap dan tidak kembali lagi ke Pajang karena waktu itu Kadipaten Pajang telah Runtuh dan wilayah tersebut merupakan daerah kekuasaan Kadipaten Pakuncen (Sekarang lor Bocari/red) yang masih saudara dengan Adipati Onje, keduanya merupakan wilayah Perdikan (Wilayah otomi tidak dikuasai manapun) dan waktu itu dilembah sungai klawing hingga Cilacap banyak daerah-daerah perdikan yang berkembang sendiri-sendiri diantaranya Kadipaten Wirasaba , Toyareka dll, karena perlu diingat waktu itu sungai adalah sarana laulintas sosial-ekonomi yang menghubungkan masyarakat.
Pada suatu ketika Adipati Onje akan Besanan dengan Adipati Pasir Luhur (Penguasa Wilayah Banyumas), karena belum memiliki pendopo kadipaten maka Adipati Onje bermaksud meminjam Pendopo milik kakaknya (Adipati Pakuncen), namun tidak diperbolehkan (Karena pendopo merupakan lambang kekuasaan yang tidak boleh dipindahkan), Adipati Onje tetap memaksa memindah Pendopo tersebut walau tidak dengan seijin Adipati Pakuncen, dan pada saat Adipati Onje menggendong pendopo, salah satu pintu pendopo jatuh yang sekarang menjadi Patu Lawang.
Akibat Pemboyongan Pendopo Pakuncen mengakibatkan perselisihan paham antara dua sudara tersebut hingga terjadi peperangan Diriwayatkan Kedua belah pihak mengirimkan tentaranya ke daerah perbatasan untuk berperang Tentara Pakuncen berkumpul di daerah (sekarang Banjarsari, Bandingan dan Kalapacung) Bajarsari : Banjar : (Tempat) Barisan tentara, sari : pilihan, artinya tempat berkumpulnya tentara pilihan) Bandingan : tempat berkumpulnya pimpinan untuk mengukur kekuatan lawan.
Disisi lain tentara Kadipaten Onje berkumpul di wilayah Tangkisan, mereka dipimpin oleh Ki Malang Jaya dan Ki Kendil Wesi. Tentara Onje dibantu oleh Besannya dari Pasir luhur yang berupa pasukan Buaya yang ditempatkan diwilayah yang sekarang Kedung Baya, disamping itu Kadipaten Onje mendapat bantuan juga dari Prabu Siliwang (Karena Pasir luhur adalah cucu dari Prabu Siliwangi) dengan mengirimkan tentara Harimau yang ditempatkan di wilayah yang sekarang bernama Kedungmaung.
Dalam peperangan itu tentara Pakuncen terdesak diwilyah yang sekarang bernama Sigowang ( Tentara yang berkurang) perang terus berkecamuk hingga ke sekitar Patu Lawang dan Adipati Pakuncen dapat dikalahkan, tapi sulit untuk dibunuh karena memiliki Aji Rawarontek. Hingga suatu ketika Kepala Adipati tersebut dapat dipancung di daerah yang sekarang Kalapacung kemudian badanya dikubur disekitar Patulawang dan Kepalanya dikubur di desa yang sekarang Kepetek (tempatnya bersebelahan dibatasi dengan sungai (Klawing) agar tidak dapat bersatu yang menjadikannya hidup kembali)
Setelah perang usai dan untuk mengawasi wilayah yang sudah dikuasai maka ditempatkanlah Ki Malangjaya yang sekarang disekitar Larangan hingga Wafat dan dimakamkan di Makam larangan. (perlu diketahui bahwa pada waktu itu daerah Karangmalang lor adalah wilayah kekuasaan Adipati Pakuncen dan wilayah Karangmalang yang sekarang adalah terjadi mada masa penjajahan Belanda).
Sedangkan Ki Kendilwesi ditempatkan diwilayah selatan (daerah Cungkupsari) hingga wafat dan dimakamkan di Makam Cungkupsari Adapun Cikalbakal nama Karangmalang diambil dari nama Ki Malangjaya.
Demikian sekelumit petilasan tanah tumpah darah kita, semoga dapat menambah khazanah buat kita dan memberi bermanfaat dan tidak menjadikan perpecahan, permusuhan ataupun hal-hal negatif lainya, Terima kasih
“Wilayah”
Luas wilayah : 125.140 Ha. Luas Tanah kas Desa : 25 Ha.
Batas Desa :
Timur : Desa Banjarkerta Kec. KaranganyarSelatan : Desa Tangkisan Kec. MrebetBarat : Desa Kalapacung Kec. BobotsariUtara : Desa Banjarsari Kec. Bobotsari
Wilayah Dusun
Dusun 1Dusun 2Dusun 3Dusun 4
Geografis
Ketinggian tanah : 320 mdpl (meter diatas permukaan laut)Suhu udara : 32 °C (rata-rata)
Orbitasi :
02 Km dari Pusat Kecamatan 13 Km dari Ibukota Kabupaten 300 Km dari Ibukota Provinsi 500 Km dari Ibukota Negara