Gandrung Sewu
Gandrung Sewu (bahasa Jawa: ꦒꦤ꧀ꦝꦿꦸꦁꦱꦺꦮꦸ, Osing: Gandrong Sewu, bahasa Bali: ᬕᬦ᭄ᬤ᭄ᬭᬸᬂᬲᬾᬯᬸ; terj. har. 'Seribu Gandrung') merupakan gelaran festival tahunan tari Gandrung kolosal di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, yang merupakan salah satu bagian Banyuwangi Festival. Acara ini diadakan sejak tahun 2012, yang pada awalnya digelar untuk mengenalkan kebudayaan Banyuwangi khususnya Gandrung ke khalayak luas. Pada saat ini Gandrung Sewu sudah menjadi ikon pariwisata budaya Banyuwangi. Acara ini diadakan setiap tahun sekali di Pantai Boom, yang berlatarkan selat Bali.
Gandrung Sewu Seribu Gandrung | |
---|---|
Jenis | Tari kolosal |
Dimulai | 17 November 2012 |
Lokasi | Pantai Boom, Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia |
Tahun aktif | 2012–sekarang |
Acara pertama | Gandrung Sewu 2012 |
Terakhir diadakan | Gandrung Sewu 2024 |
Peserta | 1.000+ |
Penyelenggara |
Penyelenggaraan
suntingTahun | Tanggal | Tema | Jumlah penari | Ref. |
---|---|---|---|---|
2012 | 17 November 2012 | Jejer Gandrung | 1.044 | [1] |
2013 | 23 November 2013 | Paju Gandrung | 2.106 | |
2014 | 29 November 2014 | Seblang Subuh | 1.300 | |
2015 | 26 September 2015 | Podho Nonton | 1.208 | |
2016 | 17 September 2016 | Seblang Lukinto | 1.300 | [2] |
2017 | 8 Oktober 2017 | Kembang Pepe | 1.286 | [3] |
2018 | 20 Oktober 2018 | Layar Kumendhung | 1.173 | [4] |
2019 | 12 Oktober 2019 | Panji-Panji Sunangkoro | 1.350 | [5] |
2020 | Ditiadakan karena Pandemi Covid-19 | |||
2021[A] | 28 Desember 2021 | Gandrung Sewu Nusantara: Jejer Gandrung Kembang Menur | 250 | [6] |
2022 | 29 Oktober 2022 | Kemilau Bumi Blambangan: Jejer Gandrung Gurit Mangir | 1.248 | [7][8] |
2023 | 16 September 2023 | Omprog: The Glory of Art | 1.200 | [9] |
2024 | 26 Oktober 2024 | Payung Agung: The Diversity of Banyuwangi Culture | 1.350 | [10] |
Tema
suntingJejer Gandrung
suntingTema Jejer Gandrung yang berkisah tentang sejarah kelahiran Tari Gandrung. Jejer Gandrung sejatinya merupakan bagian awal atau pembuka pertunjukan Tari Gandrung Terob yang menyajikan tari lincah dengan menonjolkan gerak pinggul dan getar jari.
Paju Gandrung
suntingKisah Paju Gandrung berasal dari salah satu babak yaitu Paju Gandrung. Pada babak ini penari akan mengajak pemaju untuk menari bersama. Mula-mula penari Gandrung melempar sampur (selendang) kepada pemaju atau mengalungi dengan sampur untuk menari bersama penari. Selain ada di salah satu babak pada Gandrung Semalam suntuk, Paju Gandrung juga biasa dimainkan pada saat menyambut tamu.
Seblang Subuh
suntingTema Seblang Subuh diambil dari salah satu babak Gandrung semalam suntuk, merupakan tarian penutup pada pertunjukan Gandrung Terop (Gandrung semalam suntuk). Tarian ini digunakan sebagai ajakan untuk sadar kembali setelah bersenang-senang atau nggandrung semalam suntuk. Ingat kembali kepada anak istri, pekerjaan esok hari, serta filosofi mendalam mengajak untuk mengingat kembali Tuhan Yang Maha Esa.
Padha Nonton
Tema Padha Nonton mengisahkan sebuah peristiwa setahun setelah perang perlawanan rakyat Blambangan terhadap VOC di Tegalperangan, Songgon. VOC melakukan serangan balas dendam ke Benteng Bayu kekuatan yang tidak berimbangpun membuat masyarakat Bayu menjadi terpojok, namun perlawanan tetap dilakukan dengan segenap jiwa hingga akhirnya banyak yang ditangkap oleh VOC. Kekejaman pun tidak berakhir di sini, banyak kepala yang dipenggal lalu di tancapkan di pagar sepanjang desa, banyak pula yang digantung di pohon-pohon. Sedangkan orang orang yang sudah lemah dan tidak sanggup lagi melawan ternyata juga tidak luput menjadi sasaran kekejaman VOC. Mereka dibawa ke Ulupangpang setelah diikat dengan tali dan diberi pemberat mereka pun dilempar ke Laut Sembulungan. Peristiwa inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya Syair Padha Nonton, yang dinyayikan oleh sekelompok orang dengan diiringi tabuhan rebana, gendhang, juga gong. Dibawakan sembri menari pada perkembangannya sampai saat ini disebutlah mereka Kelompok Seni Gandrung.
Seblang Lukinto
suntingSeblang lukinto menceritakan perjuangan Rakyat Blambangan melawan Penjajah Belanda pada masa 1776-1810. Merupakan kelanjutan tema Podho Nonton yang menceritakan kebangkitan sisa-sisa prajurit Rempeg Jogopati.[11]
Kembang Pepe
suntingKembang Pepe diangkat dari barisan-barisan bait Seblang Lukinto yang menceritakan perjuangan masyarakat Blambangan melalui media seni budaya seperti gandrung, barong dan lain lain.
Layar Kumendhung
suntingTema Layar Kumendung menampilkan kisah heroisme Bupati pertama Banyuwangi Raden Mas Alit dalam menentang pendudukan VOC Belanda. Meski kemudian Raden Mas Alit harus gugur dalam sebuah ekspedisi pelayaran (Layar) hingga menyebabkan kesedihan (Kumendung) bagi rakyat Banyuwangi.
Panji-Panji Sunangkoro
suntingPanji-Panji Sunangkoro merupakan kelanjutan tema Layar Kumendung. Mengisahkan perlawanan prajurit pahlawan Rempeg Jogopati yang terus melakukan perlawanan terhadap Belanda. Mereka mendapat dukungan secara diam-diam dari Bupati Banywuangi pertama, Mas Alit. Namun, dukungan ini terendus oleh VOC, dan Mas Alit dipanggil ke Semarang dengan menaikkan Mas Alit ke kapal berbendara VOC. Para prajurit yang sudah siap melakukan perlawanan di laut dengan membawa Panji Sunangkoro, begitu melihat kapal VOC melintas mereka langsung menyerang kapal tersebut tanpa tahu bahwa di dalamnya ada Mas Alit.
Kembang Menur
suntingKisah Kembang Menur berasal dari barisan bait Padha Nonton yang menceritakan bagaimana pentingnya nilai kerja keras dan nilai kemandirian, dengan tekad, usaha, dan kerja keras dalam mencapai sesuatu yang positif.
Referensi
sunting- ^ "Parade Gandrung Sewu (1.000 Penari Gandrung) Sebagai Rangkaian dalam Banyuwangi Festival 2012". Kompasiana. 17 November 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-06. Diakses tanggal 30 Oktober 2022.
- ^ "Salinan arsip". ANTARA News. 14 September 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-21. Diakses tanggal 24 Maret 2020.
- ^ Cahyu (5 Oktober 2017). "Festival Gandrung Sewu 2017 Banyuwangi Bidik Rekor MURI". Liputan6.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-30. Diakses tanggal 30 Oktober 2022.
- ^ Fanani, Ardian (18 Oktober 2018). "Ditolak Ormas Islam, Festival Gandrung Sewu 2018 Tetap Digelar". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-30. Diakses tanggal 30 Oktober 2022.
- ^ Connect, Banyuwangi (13 Oktober 2019). "Festival Gandrung Sewu 2019 "Panji Panji Sunangkoro"". Kumparan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-30. Diakses tanggal 30 Oktober 2022.
- ^ "Kreatif! Festival Gandrung Sewu Banyuwangi Digelar di 24 Kota di 16 Provinsi". Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. 28 Desember 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-30. Diakses tanggal 30 Oktober 2022.
- ^ Arifianto, Hermawan (30 Oktober 2022). Erfinanto, Erik, ed. "Tari Kolosal Gandrung Sewu Banyuwangi Pukau Ribuan Wisatawan". Liputan6.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-28. Diakses tanggal 30 Oktober 2022.
- ^ Nabila Tashandra, Nabilla, ed. (30 Oktober 2022). "Festival Gandrung Sewu Digelar Lagi Usai Absen 2 Tahun". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-28. Diakses tanggal 30 Oktober 2022.
- ^ "1.200 Penari Tampil Memukau Dalam Festival Gandrung Sewu 2023 di Banyuwangi". Detik. 17 September 2023. Diakses tanggal 28 Desember 203.
- ^ "Ribuan penari pentaskan tari kolosal di Festival Gandrung Sewu 2024". Antara. 2024-10-26. Diakses tanggal 2024-10-28.
- ^ "Salinan arsip". ANTARA News. 14 September 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-21. Diakses tanggal 2020-04-24.